🍁Zayvar 11

34 5 0
                                    

𝐒𝐄𝐋𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀...

        Malam yang sunyi dan hening. Begitu tenang bagi yang merindukannya. Nampak jelas sebuah bulan menyambut kehangatan malam itu.

    Saatnya semua kembali dengan lukanya. Malam seperti moment indah untuk setiap insan menyampaikan isi hatinya.

Bahkan disaat malam yang indah. Bulan harus menyaksikan sakitnya seorang anak broken home yang merintih mengeluarkan derai air matanya.

Dia memang memiliki banyak kasih sayang disekitarnya. Tapi dia masih menyimpan kesepian dalam hatinya yang kosong. Tempat yang harus diisi oleh seorang wanita hebat yang telah menghadirkanya didunia.

Dihadapan bulan dan didalam kesunyian malam, dikala seorang anak laki-laki menangis, merindukan mimpi indah yang menjadi kenyataan. Begitu lelah dengan semua yang terjadi.

"Mom, Kali ini Kara cape boleh ya mom? Izin rehat bentar ya, cape nya dah banyak. Kara bingung..."

Anak laki-laki itu memeluk kakinya. Duduk sendiri di taman sembari memegang foto ibunya.

Dan sekarang ke siapa ia mengadu dan bersandar. Siapa yang bisa mengetahui lukanya tanpa bertanya. Dan menghapus air matanya tanpa bersuara.

Menjadi anak pertama adalah hal sulit.

Dia Bagaskara Wijaya, telah berhasil membuat bulan bersembunyi dibalik awan malam, dan bintang meredupkan cahayanya.

Dia telah menjadi garda terdepan untuk keluarganya.

"Mom. Kara harus apa? Kara bingung. Kara tau daddy mau menikah lagi. Kara ga mau daddy nikah lagi. Apa Kara harus benci dengan mommy baru pengganti Mommy?"

"Dia mungkin memperlakukan Kara dengan baik. Tapi dia bukan Mommy. melihat wajah Asa bahagia, Kara ga mau egois. Balik ya mom. Asa dan Kara butuh sosok itu. Kasian dede belum ngerasain hangatnya pelukan mommy."

"Kara dah jadi yang momy mau. Mom Kara pengen cerita banyak hal..."

Bahkan dikala sendiri ia tetap berusaha menahan air mata itu jatuh mnelusuri pipinya. Namun, ya. Air itu tetap keluar bahkan tanpa suara.

Jika air mata itu keluar tak bersuara, maka sakit tak akan sanggup berbicara.
Kelopak matanya sudah berat untuk terbuka. Ditengah samar-samar matanya, ia melihat sosok wanita cantik hadir dihadapannya.

"Mommy" panggilan samar dari mulut kecilnya itu, mampu membuat wanita dihadapanya menjatuhkan air matanya.

Wanita itu bukanlah hanya sekedar bayangan. Dia nyata. Dia membaringkan Bagaskara pada pangkuanya.

Dia mendekap anak laki-laki yang tengah berbaring di pangkuanya. Wanita cantik itu mengelus lembut  rambut Bagaskara.

Nampak jelas dari wajahnya, ia rindu dengan putranya. Matanya tak bisa berbohong.

"Anak ganteng nya mommy, kuat banget sayang. Mommy bangga. Mommy kangen kalian. Mommy tau Kara cape ya?"

"Istirahat ya nak. Mommy yakin, Kara bisa mengambil keputusan yang tepat. Jangan membenci siapapun dalam hidupmu. Karna dari kebencian akan ada orang tak bersalah harus menjadi korban."

"Momy Kara kemarin-" Bagaskara berbicara disela tidurnya. Dia terlihat Nyenyak di pangkuan sang ibu.

"Momy tau, mommy liat. Anak mommy hebat. Mommy bangga." Wajah cantik itu tersenyum sambil menahan tangis. Dia terlihat jelas sedang tidak baik-baik saja

"Kara" Teriakan seorang pria terdengar sangat jelas memanggil Bagaskara.

Seorang misterius menarik Athalacia
"Kamu?" tanya Athalacia kebingungan.

ZAYVAR [On Going]Where stories live. Discover now