Chap 1: piyik dan kakan

686 48 0
                                    

Happy reading










Let's start

*

*

*

*

*

*

Pagi yang tenang dengan aroma khas masakan yang membaur dengan sejuknya udara pagi hari. Suara dentingan alat masak menjadi pengiring suasana minggu pagi ini. Di dapur, Rezfan dan Jadid tengah menyiapkan sarapan untuk seluruh penghuni rumah. Tangan lihai dari si guru Matematika itu bergerak gesit memotong aneka bahan dan bumbu yang dibutuhkan.

"Bang, udah mateng nih ayamnya. Masak apa selanjutnya?" Tanya Jadid tanpa mengalihkan fokusnya dari ayam goreng di depannya.

"Tinggal masak sup ayamnya. Kamu bangunin Je-Ju aja. Biar abang yang lanjutin," jawab Rezfan.

"Oke bang," sahut Jadid. Selesai dengan ayam gorengnya, si mantan bungsu bersurai biru itu bergegas naik ke lantai atas, untuk membangunkan kedua bocah yang telah menggantikan poisinya selama tiga tahun ini.

Rezfan mulai memasak menu selanjutnya. Sup ayam, kesukaan si kembar. Rezfan cukup bersyukur karena si kembar tidak pilih-pilih makanan. Tubuh yang tiga tahun lalu masih nampak kurus, kini telah berubah menjadi dua buntalan lemak yang menggemaskan. Tentu saja orang yang menjadi penyokong utama dari perubahan si kembar adalah Rezfan. Memastikan setiap makanan yang di konsumsi saudaranya dengan baik menjadi alasan utama Rezfan menghandle urusan dapur sendiri. Untuk ART, hanya bertugas membersihkan rumah itupun hanya sebatas lantai satu dan selain lantai dua.

"Bang, jus jeruknya habis," Rezfan menoleh ke samping, mendapati adik keduanya, Huda yang sedang meneliti isi kulkas. Kaos oblong dan celana training yang dipakainya menandakan kalau remaja itu baru saja berolahraga.

"Abang belum beli jeruknya. Itu masih ada jus semangka sama jambu kalau mau," jawab Rezfan dengan tangan yang masih mengaduk sup di dalam panci.

"Jambu aja deh. Nanti Huda di julidin Bang Mada lagi kalau minum jus semangka dia," gumam Huda yang masih bisa di dengar oleh Rezfan. Rezfan menggeleng mendengar gumaman Huda itu.

Huda mendudukkan diri di kursi pantry, menikmati segelas jus jambu dingin sambil memandang punggung kakak keduanya yang terlihat lebih kecil dari miliknya. Meski menjadi anak kedua, Rezfan justru memiliki badan yang lebih kecil dibandingkan ketiga adiknya. Gen sang bunda lebih dominan di dalam tubuh Rezfan, berbeda dengan keempat saudaranya yang lebih di dominasi oleh gen sang ayah.

"Je-Ju belum bangun bang?" Tanya Huda.

"Tadi lagi di bangunin sama Jadid. Bang Mada sama Jazil mana?" Tanya Rezfan balik. Ia mulai memindahkan sup ayam yang telah matang ke dalam mangkuk.

"Masih di teras. Nunggu tukang jamu katanya," jawab Huda sembari berjalan menghampiri rak piring untuk membantu menata peralatan makan di meja.

Setelah semua hidangan tertata rapi di atas meja, Rezfan memanggil abang dan adik-adiknya untuk makan. Mendengar panggilan Rezfan, Mada dan Jazil pun masuk beriringan. Jadid pun turun dengan si kembar di gendongan depan dan belakangnya. Nampaknya kedua bocil bersurai pink dan biru itu masih mengantuk, terlihat dari mata keduanya yang masih sayu.

Brother and TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang