Chap 4: Masa lalu Je-Ju

357 37 0
                                    

Happy reading





Let's Start

*

*

*

*

*

*

Seorang anak kecil terbaring di atas sebuah kasur lantai tipis. Tubuhnya meringkuk sambil meremat perutnya. Isakan lirih keluar dari bilah bibirnya yang memucat. Air mata pun turun membasahi kedua pipi tirusnya.

Ceklek

Pintu ruangan itu terbuka. Seorang anak kecil masuk perlahan dengan membawa sebuah bungkusan kecil. Anak berusia sekitar 5 tahun itu mendudukkan dirinya di kasur. Di tatapnya wajah anak kecil yang terbaring tadi. Tangannya terulur untuk mengusap rambut hitam itu.

"Juju...Ayo mam. Jeje bawa mamaman," ucap anak kecil yang menyebut dirinya Jeje. Bocah yang di panggil Juju pun membuka matanya. Ia menatap sayu ke arah anak kecil yang merupakan kakak kembarnya.

"Ayo mam sama Jeje," ajak Jeje.

Juju mengangguk lesu. Ia berusaha duduk dengan di bantu Jeje. Jeje membuka bungkusan berisi nasi dan meletakkannya di antara mereka berdua. Perlahan, kedua tangan mungil itu mulai menyuapkan nasi dengan lauk tempe ke dalam mulutnya. Juju menatap kembarannya dengan tatapan sedih.

"Jeje, Juju minta maap. Juju ndak bantu Jeje," ucap Juju dengan sedih. Jeje menghentikan makannya. Ia menatap adik kembarnya sambil tersenyum lembut.

"Ndak papa. Juju agi sakit. Halus istilahat," ucap Jeje.

"Tapi-"

Brakk

Keduanya berjengit kaget mendengar pintu yang di buka begitu keras. Takut-takut mereka melihat seorang pria paruh baya yang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah marah. Pria itu lantas mendekati dua bocah kembar tak identik itu. Dengan kasar ia membuang nasi bungkus yang masih tersisa setengah.

"Arghhh hiks...sakit..." Rintih Jeje saat pria itu tiba-tiba menarik rambutnya kuat.

"Heh! Waktu kerja lo itu belum selesai! Sana balik! Bagian adek lo belum lo kerjain!" Sentak pria itu. Juju yang melihat kembarannya kesakitan pun berniat menolong.

"Pak Heli tolong lepasin Jeje, Jeje ndak salah," mohon Juju sambil menahan rasa sakitnya. Ia hendak mendekat, namun pria bernama Heri itu justru mendorong tubuh kecil Juju hingga terantuk dinding. Jeje semakin menangis begitu melihat adik kembarnya di dorong. Ia berusaha melepaskan Cengkraman Heri pada rambutnya. Tapi, bukannya melepas, Heri Justru semakin mengeratkan jambakannya.

"Berani lo ngelawan gue hah?! Belum kapok lo gue hukum kemarin?!" Bentak Heri.

"Hiks... ampun...hiks...maap...hiks..." Isak Jeje antara takut dan menahan rasa sakitnya. Heri tak peduli. Ia malah membawa Jeje keluar dengan menyeret rambutnya. Juju hendak menyusul, tapi Heri terlebih dulu menutup pintu reot itu dengan keras.

"JEJE! PAK HELI BUKA! JEJE! HIKS! JEJE!" Teriak Juju sambil memukul-mukul pintu. Tubuh kecilnya merosot turun dengan lemas. Ia menyembunyikan wajahnya pada lipatan kakinya sambil menangis keras.

"Hiks...Jeje...maapin Juju...hiks..." Isak Juju.

Juju selalu merasa bersalah pada kakak kembarnya itu. Ia yang sering sakit, membuat kakaknya harus selalu menggantikan ia dalam bekerja.

Brother and TwinsWhere stories live. Discover now