Chap 14: Get well son adek

333 38 5
                                    

Ada yang menunggu cerita ini update?

Happy reading

*

*

*

*

*

Kesunyian melingkupi ruangan serba putih itu. Aroma obat-obatan yang menyengat seakan tak mengusik si kembar Je-Ju untuk beranjak dari sana. Keduanya berdiri mengelilingi sebuah brankar dimana salah satu kakaknya sedang terbaring lemah. Juna yang berada di sisi kanan brankar memegang tangan pucat yang terbebas dari infus itu.

"Abang kok nggak bangun-bangun ya, Juna?" tanya Jena lirih dengan suaranya yang bergetar.

Juna meletakkan tangan sang abang dengan lembut. Ia berjalan perlahan menuju ke sisi brankar yang lain. Juna langsung memeluk kembarannya dari samping. Juna tak mengucapkan apapun. Ia hanya diam sambil membelai surai biru Jena dengan lembut.

Jena langsung balas memeluk Juna dengan air mata yang tumpah membasahi pipinya. Semenjak traumanya kambuh terakhir kali, Jena dan Juna seakan bertukar kepribadian. Jena yang awalnya selalu cerewet kini malah terkesan tenang dan sedikit cengeng. Juna sendiri merubah sikapnya yang pendiam hanya untuk menghibur kakak kembarnya. Ia menjadi sangat aktif dan bahkan begitu usil. Jena seakan menjadi penentu bagaimana Juna dalam bersikap.

Para kakaknya juga memaklumi hal itu. Selagi tidak berdampak buruk bagi si kembar, maka mereka akan mendukungnya. Jena yang kalem bahkan terlihat lebih manis dari sebelumnya. Sementara Juna, tingkah anak itu terlihat menggemaskan meskipun terkadang menjengkelkan.

Pintu ruangan terbuka, menampilkan dua sosok kakak mereka yang lain. Melihat kedua adik mereka yang berusaha saling menguatkan, Huda dan Jadid tersenyum haru.

Setelah meletakkan makanan yang baru dibeli di atas meja, mereka menghampiri si kembar. Huda dengan lembut melepas pelukan itu. Ia tak bisa dibohongi kala melihat wajah Juna yang sedang berusaha keras untuk menahan tangis. Huda segera mengangkat Jena ke gendongannya. Jena sendiri langsung mengalungkan tangannya pada leher Huda dengan tangisan yang sedikit lebih keras. Jadid juga ikut menggendong Juna. Bocah itu menangis sambil membenamkan wajahnya pada dada Jadid.

"Adek, udah dong tenang. Jangan nangis lagi," Jadid menimang Juna ke kiri dan kanan sambil menepuk pelan bokong Juna.

"Abang nggak bangun-bangun," Juna terisak sambil berusaha menghalau tangan Jadid yang masih menepuk bokongnya.

Plak

Tamparan sedikit keras pada bokong Juna Jadid daratkan. Ia menatap datar Juna yang kini mencebik ke arahnya. "Abang baru tidur belum ada 1 jam lho dek."

"Ya tapi tetep aja lama..." cicit Juna dengan kesal.

"Abang 'kan lagi sakit, dek. Jadi harus banyak istirahat. Jangan lebay deh," cibir Jadid seiring langkahnya menuju sofa. Ia mendudukkan Juna di sampingnya. Tangannya meraih satu kotak makanan yang tadi ia beli bersama Huda.

"Ayo mam dulu. Kamu dari pagi belum makan apa-apa," ucap Jadid sambil menyodorkan satu sendok nasi goreng ke arah Juna.

"Mau nunggu abang aja," cicit Juna.

Brother and TwinsWhere stories live. Discover now