Chap 11: Sick

499 43 2
                                    

Happy reading
Vote sebelum baca


Let's Start
Typo tandai!

*

*

*

*

*

*

*

*

Rezfan dan Mada sedang mengantarkan tamunya pulang. Acara pengajian hari ini berjalan dengan lancar. Sesuai dengan usulan Rezfan tempo hari, Mada pun mengundang seorang ustadz dari kota mereka untuk datang ke rumah. Tak hanya itu, Mada juga mengundang serta beberapa orang tetangga beserta anak-anak panti asuhan Sania. Para sahabat mereka pun turut serta hadir meramaikan acara.

Je-Ju juga terlihat menikmati acara. Juna dengan perlahan mengajak kembarannya untuk berbaur. Dia dengan sabar mencoba membantu Jena mengakrabkan diri dengan anak-anak panti. Dan kini mereka sedang bermain bersama di halaman belakang di bawah pengawasan para bujangan.

"Alhamdulillah, Jena kelihatan seneng banget, ya. Abang jadi lega liat dia bisa berbaur sama yang lain," ucap Jazil penuh rasa syukur sambil menatap Jena yang sedang bermain bersama sekumpulan anak.

"Iya, Alhamdulillah, bang. Semoga saja Jena bisa cepat sembuh. Kasihan Juna selalu ngerasa kesepian di sekolah, padahal udah punya temen banyak," balas Huda sambil terkekeh ringan. Teringat dalam benaknya beberapa kali mendengar aduan Juna yang merindukan kembarannya saat di sekolah. Padahal mereka selalu bertemu setiap sebelum dan sesudah sekolah.

Huda dan Jazil terus mengawasi si kembar yang masih asik bermain. Jadid juga berada di samping kedua kakaknya, sedang bermain game bersama Satria dan Yordan. Rasya pun turut hadir setelah melakukan segala macam bujuk rayu pada kakak tersayangnya itu. Dan kini ia terlihat sedang berkejar-kejaran dengan Juna bermain bola.

"Hah, kayaknya ada yang bakal demam sih nanti malam,"

Jazil dan Huda menoleh kebelakang dan mendapati kedua kakaknya tengah berjalan ke arah mereka. Rezfan yang baru saja berucap menatap Juna yang sedang berlari mengejar bola. Terlihat sedikit gurat kekhawatiran oada wajahnya.

"Biarin, Rez. Yang penting Je-Ju seneng," sahut Mada. Ia juga menatap kedua adik bungsunya itu sambil tersenyum. Namun kemudian ia mengernyit heran ketika Jena yang tadi anteng bermain kelereng, kini malah berlari ke arahnya.

"Abang..." Jena menubrukkan tubuh kecilnya pada Mada dan memeluknya dengan erat. Mada segera berjongkok menyamakan tingginya dengan si kecil.

"Hei, kenapa?" Tanya Mada.

"Hiks....pusing...kepala Jena pusing...hiks..." Jena terisak lirih sambil merebahkan kepalanya pada pundak Mada. Tangan kecilnya memeluk dengan erat leher sang kakak.

Rezfan yang juga mendengar isakan itu langsung meletakkan telapak tangannya di dahi Jena.

"Anget, kayaknya malah Jena yang demam," ucap Rezfan begitu rasa hangat menjalar pada permukaan kulitnya. Juna yang melihat kembarannya langsung berlari mendekat. Ia mendongak untuk menatap wajah Jena yang masih menangis merasa tak nyaman pada tubuhnya.

Brother and TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang