Chap 13: Brother's time- bagian 2

372 37 10
                                    

Happy reading

Vote and comment


Let's Start
Typo tandai

*

*

*

*

*

Mada dan keenam adiknya sampai di alun-alun. Melihat jam yang menunjukkan pukul 5 sore, akhirnya Mada memutuskan untuk membawa adik-adiknya ke sebuah mall terlebih dahulu.

"Kok ke mall bang?" Tanya Jadid bingung.

"Udah jam lima. Nanggung kalau mau masuk sekarang. Keburu maghrib," jawab Mada yang menggandeng tangan kecil Jena.

"Iya, sekalian kita makan malam. Ke pasar malamnya nanti abis isya' aja. Biar nggak punya tanggungan shalat nanti," sahut Rezfan. Jadid hanya mengangguk mengerti.

Ketujuh saudara itu berkeliling sambil melihat-lihat. Mereka tak membeli apapun karena merasa belum membutuhkan. Mada dan Rezfan selalu mengajarkan para adiknya untuk pintar-pintar dalam mengatur keuangan mereka. Jika dirasa tidak terlalu membutuhkan, maka tidak perlu beli. Terlebih jika barang itu tidak penting atau sekedar mengikuti trend yang tak akan pernah ada habisnya. Sebelum membeli sesuatu, mereka biasanya bertanya terlebih dahulu pada Rezfan. Lebih baik membeli atau tidak.

"Abang, Jena mau beli cat minyak lagi boleh?" Tanya Jena ketika mereka melewati sebuah toko yang menyediakan berbagai alat lukis.

"Cat yang lama sudah habis?" Tanya Mada.

"Sudah abang. Terakhir Jena buat lukis kemarin," jawab Jena.

"Oke, Juna juga butuh sesuatu? Buku bacaannya masih ada?" Tanya Mada pada Juna.

"Eum, masih ada satu buku abang. Buku contoh soal matematika. Belum sempat Juna coba kerjain," jawab Juna setelah mengingat-ingat deretan buku di rak kamarnya.

Juna begitu menyukai matematika, sama seperti Rezfan. Ia sering meminta kakak keduanya itu untuk membantu mengerjakan soal dari buku yang di belikan oleh Mada ataupun kakaknya yang lain. Sedangkan Jena, ia lebih memiliki ketertarikan pada dunia lukis dan olahraga. Namun untuk saat ini Jena lebih condong ke melukis. Ia kadang masih suka terkontaminasi virus mager Jadid soalnya.

"Oke, Je-Ju kita cari cat sama buku baru, ya," ucap Rezfan, ia kemudian mengalihkan pandangan pada ketiga adiknya yang lain, "Kalian bertiga mau ikut atau nggak?"

"Kita ke time zone aja dulu, bang. Gue juga mau beli sesuatu nanti," jawab Jazil. Huda dan Jadid mengangguk antusias di belakang Jazil. Lumayan, mereka bisa melarikan diri agar tak ikut dibelikan buku oleh Rezfan.

"Oke. Nanti kumpul di mushola. Jangan lupa waktu," ucap Mada mewanti-wanti. Jazil, Huda, dan Jadid hanya mengangguk. Ketujuh saudara itu akhirnya berpencar menjadi dua kelompok. Mada, Rezfan, dan si kembar yang ke toko buku dan alat lukis. Serta Jazil, Huda, dan Jadid yang pergi ke time zone.

⭐⭐⭐🌈⭐⭐⭐

Jam menunjukkan pukul 19.00. Sesudah makan malam dan shalat isya', kini rombongan Mada dan adik-adiknya telah memasuki pasar malam. Tatapan berbinar si kembar begitu kentara ketika menyorot berwarna-warni lampu yang gemerlapan. Je-Ju duduk di bahu Mada dan Jazil dengan cukup tenang meski kepala mereka bergerak menoleh kesana kemari. Rezfan berjalan di tengah antara Mada dan Jazil.

Brother and TwinsWhere stories live. Discover now