Chap 12: Brother's time

351 37 1
                                    

Welcome bulan kelahiran!
Cung yang lahirnya bulan maret☝️

Happy reading
Vote sebelum baca





Let's Start
Typo tandai

*

*

*

*

*

Di ruangannya, Mada sedang sibuk berkutat dengan berkas-berkas. Sesekali ia akan melirik Juna yang berbaring dengan nyaman di sofa. Suara lagu anak-anak islami mengisi keheningan ruangan itu. Suara Juna juga mengalun mengikuti lagu yang tengah di putarnya.

"Abang," panggil Juna sambil membawa tabnya mendekat ke arah Mada.

"Kenapa?" Tanya Mada tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.

"Abang, Juna mau ini," Juna menunjukkan sebuah iklan yang terpampang di tabnya. Mada menunduk ke arah Juna yang menarik-narik ujung jasnya. Matanya menyipit melihat iklan makanan yang di tunjukkan Juna.

"Mau itu?" Tanya Mada yang di balas anggukan Juna.

"Oke, nunggu Bang Rezfan kesini gimana? Biar dibeliin sekalian?" Tawar Mada. Ia berucap dengan tangan yang mengetik pesan pada Rezfan.

"Eum, boleh. Sekalian nunggu Jena ya, abang," ucap Juna dengan antusias.

"Sip. Makan camilannya dulu oke," Mada mengusak surai pink Juna dengan gemas.

"Othe abang!" Juna kembali ke sofa dengan sedikit berlari. Ia duduk sambil memangku tab, memutar kembali lagu yang sempat terjeda. Sesekali tangan mungilnya bergerak memasukkan buah kering kedalam mulutnya.

Tok

Tok

"Masuk," ucap Mada tanpa menengok ke arah pintu.

Pintu ruangan itu terbuka menampilkan seorang pria seumuran Mada. Pria berkacamata itu memasuki ruangan dengan beberapa berkas di tangannya.

"Halo Juna," sapa pria itu pada Juna. Juna mengangkat kepalanya sambil tersenyum manis.

"Halo juga Kak Aron," sapa Juna balik pada sekertaris kakaknya itu.

Pria bernama Aron itu menghampiri Mada, "Ini beberapa berkas yang harus di periksa," ucapnya sambil meletakkan beberapa map di meja Mada.

"Oke, nanti gue periksa. Abis ini gue ada meeting nggak?" Tanya Mada sambil memilah beberapa file. Sesekali ia akan membenarkan letak kacamatanya yang sedikit merosot.

"Nggak ada, sih. Tumben Juna ikut? Jenanya nggak sekalian?" Tanya Aron yang sudah mendudukkan diri di samping Juna. Tangannya mulai bergerak usil menjawil pipi gembul itu.

"Jangan di ganggu. Juna lagi demam itu. Jena ikut Jazil. Nanti juga kesini," Mada menatap tajam Aron yang tak berhenti mengganggu Juna.

"Ron, itu kalo Juna tantrum tanggung jawab lo, ya," ancam Mada.

"Kagak, anteng gini kok," Aron masih tetap mengusili Juna. Bahkan kini ia mulai mencubit pipi mochi itu hingga memerah. Juna yang memang masih dalam kondisi demam, jadi sedikit sensitif. Ia menatap penuh permusuhan ke arah Aron.

Brother and TwinsWhere stories live. Discover now