02

3.9K 6 0
                                    

Jangan lupa vote sebagai uang parkir :v
Selamat membaca..


Roma, Italia - 2010

Jam besar di rumah itu berdenting, tanda waktu sudah menunjukkan tengah malam, dilihat dari gaya dan warnanya, jam itu antik, sangat antik. Mahal tentunya. Rumah megah dengan cat tembok coklat muda dan sedikit sentuhan putih itu sangat sepi malam ini, hening sekali. Bahkan suara dari mesin akumulator air di aquarum kaca yang terpampang megah di tengah ruangan pun sampai terdengar. Tidak ada aktivitas dari pelayan atau pun dari keluarga inti.

Hening.

Bulan purnama menyembul dari sebalik awan hitam, setelah hampir dari setengah malam bulan tertutup oleh awan. Kini Dante kembali menghampiri kasur, menatap dalam wajah istrinya, Aletta. Pria ini kuat, perkasa dan tangguh, tapi malam itu semuanya terasa tidak berguna, malam itu air mata Dante jatuh membasahi pipinya, ia menangis.

"Aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi Aletta, tidak akan!" Serunya di dalam hati. Sentuhan hangat dari tangan Dante membuat Aletta sedikit terbangun, sayup-sayup matanya terbuka melihat ke arah suaminya yang sedang berusaha menghapus sisa air mata di wajahnya. Dante tidak ingin Aletta sadar sepenuhnya, ia langsung mencium lembut dahi Aletta.

"Good night" ucap Dante.

◇◇◇

Dante berjalan ke arah jendela kamar, memperhatikan rembulan terang di atas sana. Ia menutup mata, seakan berfikir keras, di genggaman tangannya terdapat ponsel yang terus menerus menampilkan layar penelfon, ada yang menghubungi pria itu. Dante tak memperdulikan panggilan itu, ia terus saja menatap rembulan- memejamkan mata - menatap lagi - dan memejamkan lagi.

Sampai tiba saatnya, salah seorang pelayan pria yang berumur jauh lebih tua dari Dante mengetuk pintu kamar, Dante tersadar dan membuka pintu itu.

"Tuan, mereka datang" Kata pelayan itu dengan wajah pucat dan tangan yang gemetaran.

"Suruh semua penjaga, menjaga kamar Rainey, sekarang!"

Tanpa pikir panjang, pelayan itupun langsung meng-iyakan dan segara pergi.

Dante tau saat ini akan tiba, tapi dia harus apa? Pria itu tidak tau siapa yang melakukan kecuarangan itu, semua anak buahnya sudah di periksa dan di ancam jika ketahuan melakukannya. Tapi nihil, tidak ada yang mengaku barang satu persen pun.

Suara ricuh dari sebalik pintu kamar Dante mulai terdengar, tembakan demi tembakan mulai bersahutan, Aletta yang terbangun karena suara bising itu langsung memasang wajah panik dan khawatir, wanita itu menghampiri Dante yang sedang duduk di depan pintu.
Untuk pertama kalinya, Dante berperilaku pengecut seperti itu, ia tidak keluar kamar dan melawan, hanya duduk diam dan menatap kosong seakan menunggu.

Aletta tau, insting perempuannya kini berfungsi baik. Ia tau diluar sana ada serangan mendadak yang sedari tadi menjadi gangguan di pikiran suaminya ini. Aletta mendekati Dante dan berbisik di telinganya.

"Aku tidak pernah menikahi pria pengecut, Dante!"

"Maju lah, dan buktikan apapun itu, aku tidak tahu masalah nya, tapi aku yakin kamu tidak seperti yang kamu pikirkan sekarang"

Dari balik manik indah Dante tampak seperti ada yang berkobar, semangat Dante kini hidup kembali.

Dante menuju salah satu meja di kamar itu, mengambil senjata api terkuat miliknya. Mengisi penuh amunisi. Tentunya Dante tidak bodoh keluar dan menghadapi serangan dengan tangan kosong.

"DANTE, KELUAR, JANGAN PENGECUT"

suara berat itu menggema ke seluruh ruangan. Disambut dengan suara tangis kecil dari gadis yang kini tangan dan kakinya di kunci oleh tangan berurat milih laki-laki itu.

Vindicta - Love In RevengeWhere stories live. Discover now