08

931 2 0
                                    

Jangan lupa vote sebagai uang parkir ya :v

Happy reading...


Roma, Italia - 2010

(Akhir musim gugur)

Udara sejuk menyelimuti bumi hari itu, Rainey dengan baju kaos biru masih duduk diatas kursi roda menatap kosong ke arah taman kecil milik keluarga Adrian-kaki tangan keluarganya. Tampak berulang kali mengecek sesuatu di ponselnya. Seperti menunggu.

Suara piajakan dedaunan kering yang berserakan di halaman membuyarkan lamunannya. Ia menolah ke sumber suara, terlihat Brian yang masih mengenakan baju putih ala Chef menghampirinya.

"Sedang apa nona?" Tanya Brian.

"Tidak" balasnya dingin.

Sejak hari pertama Rainey belum bisa akrab dengan Brian. Selalu jawaban dingin dan tatapan tanpa makna yang gadis itu berikan.

"Apa ayah mu tidak mengatakan apa-apa tentang pekerjaan kakak ku, Brian?" Hawa dingin terselip di nada pertanyaan Rainey. Ia masih memunggungi Brian.

Pria itu berjalan kearah depan dan menghadap Rainey.

"Tidak ada nona,"

Brian menyodorkan paperbag yang ia bawa semenjak datang tadi, berisi makanan dari tempat pria itu bekerja.

"Ini ada saya bawakan makanan nona"

Rainey mengambilnya tanpa memadang bahkan mengucapkan terimakasih.

Gadis itu lembut dan penyayang, tapi semenjak kejadian malam itu pendiam dan dingin yang mendominasi.

◇◇◇

Kini bukan lagi kamar dengan fasilitas lengkap yang gadis itu tempati, tidak terlalu buruk, tapi memang berbeda. Setelah memantapkan hati untuk balas dendam dengan cara halus, Kalara berada di salah satu Club milik keluarga pembunuh kedua orangtuanya ingin menjadi "pelacur" itu tujuan utamanya karena dari info yang gadis itu terima, itu satu-satunya cara halus yang ia miliki. Kalara masih memadang ke arah cermin melihat dirinya sendiri tanpa busana lengkap, hanya mengenakan pakaian dalamnya saja. Kalara membuka salah satu paperbag hasil belanjanya kemarin. Linggeri. Gadis itu tertawa getir saat melihatnya.

Pintu kamarnya di ketok dari luar. Kalara terkejut dan berkeringat dingin, apa dia sudah dapat pelanggan? Bukannya ia baru sehari semalam erada di club itu?

Kalara terburu-buru megenakan kaos hitamnya dan membuka pintu. Tertanya Lussy. Syukurlah pikiran buruknya tadi tidak menjadi kenyataan. Kalara berusaha menampilkan ekpresi tenang saat melihat Lussy. Gadis yang baru saja ia kenal itu kini sudah berdiri dihadapannya dengan baju hitam terbuka di dadanya dan sangat pendek dan sexy, dengan kaki jenjang dan bagus mengenakan heels hitam yang sangat pas di padu dengan drees mininya.

"Kau ingin kemana dengan kaos longgar mu itu?"
"Ganti baju mu Kalara," Lussy membalikkan tubuh Kalara, mendorongnya masuk dan memaksa Kalara membuka baju. Tentu aneh jika ingin menjadi pelacur tidak mengenakan baju untuk menggoda pria-pria itu bukan?

Lussy membuka lemari Kalara mencari-cari baju yang dianggap cocok untuk menggoda seorang pria. Cukup mengobrak-abrik lemari pakaian Kalara yang memang tidak terlalu rapi itu, pencarian Lussy berhenti di baju merah dengan dibagian dadanya ada kain berjaring yang menampakkan aura pengggoda bagi sang pemakai.

"Ini saja!" Ucapnya.

Kalara menggeleng, tidak percaya akan mengenakan baju itu, seumur-umur itu baju yang jarang ia sentuh.

Lussy duduk diatas kasur Kalara yang sedikit rapi itu. Menyilangkan kakinya dan melihat-lihat seisi kamar.

"Kau ingin mencari apa disini?" Tanyanya. Kalara yang sedang berganti pakaian sedikit gelagapan mendengar pertanyaan itu.

Vindicta - Love In RevengeWhere stories live. Discover now