03

2.4K 8 0
                                    


Jangan lupa votenya sebagai uang parkir :v

Selamat membaca


Roma, Italia - Friguso's family house.

Dinding-dinding pembatas menjulan tinggi, tebal dan kokoh, layaknya benteng pada saat peperangan, aura gelap memancar kuat mencari sumber untuk dimasuki. Tak ada yang ingin memiliki rumah seperti itu, megah memang namun mencekam. Penjagaan ketat dimana-mana mereka berdiri tegap tersusun rapi di titik masing-masing.
Malam itu suasana kediaman keluarga Friguso seperti merayakan sesuatu, Ray, Vito, Zavion dan seorang lelaki dewasa yang sepertinya tidak baik-baik saja, ia duduk di atas kursi roda dengan kaki yang tampaknya hanya diam saja-lumpuh. Semuanya berkumpul di ruang makan yang remang, ditemani berbagai hidangan lezat nan mewah, dan tentunya minuman alkhol yang dilambangkan untuk kemenangan.

"Untuk kemenangan pembalasan dendam kita" Ucap seorang pria yang bernama Ray disana. Dengan mengangkat secangkir gelas cantik yang elegant. Bersulang. Semuanya mengikuti dengan memasang wajah senang, terkecuali satu orang, seperti ada beban yang menutupi kesenagan itu, Zavion.

Perbincangan tentang bisnis gelap mereka berlansung lancar dengan makan malam itu, kepala musuh yang sudah mereka tumbangkan membuat pemasukan lebih banyak tentunya, penjualan kokain yang melejit tinggi membuat Ray tampak senang bukan main. Ia di beri tepuk tangan yang sangat meriah dari ayahnya, Costanzo Friguso.

Makan malam sepertinya sudah usai, dilihat dari para pelayan yang mulai mengambil alat-alat makan dan banyak sisa makanan disana. Dan ayah mereka yang sudah terlebih dulu meninggalkan ruang makan. Ray menjabat sebagai pemimpin pengganti sementara ayahnya kini berdiri, menatap ke arah Zavion. Tangannya yang penuh akan tato itu menunjuk tepat ke wajah Zavion.

"Kau, pergilah selesaikan tugasmu, rusak semua gadis-gadis itu dan buat nama mu jelek di mata massa, agar ketakutan mereka semakin tinggi!" Senyum sumringah tercipta di wajah Ray, seringai iblis nya muncul begitu ide brilian hinggap di pikirannya.

"Akan ku habisi kalian, penganggu!" Bisiknya pada diri sendiri.

Zavion yang tak ingin mencari masalah, langsung berdiri dan meninggalkan ruang makan, seakan sudah paham betul apa yang du maksud oleh "tugasmu" itu.

Zavion keluar dari rumah utama, melihat ke arah datu gedung panjang di sebelah barat, menarik nafas panjang dan mulai berjalan mendekati gedung itu.

Langkah kaki yang tegas itu berjalan tidak berlari namun cepat. Tepat berada di pintu kedua pengawal memberikan anggukan kecil tanda paham harus melakukan apa. Zavion yang sudah terbiasa melakukan ini dengan mudahnya memasukkan kata sandi pintu itu.

Sangat mencekam, lembab, dingin dan remang, hanya sedikit ventilasi udara disana. Zavion menghelas nafas pendek, melihat ke kiri-kanan-kiri-kanan, tak ada yang menarik, itu penjara perempuan, lebih tepatnya pemuas nafsu. Bejat memang.

Zavion melihat ke arah sudut ruangan, itu CCTV, ia tahu pasti sedang di lihat, CCTV ada disetiap sudut ruangan, terkecuali di dalam bilik setiap perempuan itu. Zavion di tugas kan Ray untuk memaksa mereka melakukan hubungan dengan kejam dan tanpa ampun, membuat image Zavion sebagai 'malaikat maut' bagi para gadis yang ia pilih. Pria itu masuk ke salah satu bilik, dengan takut perempuan didalam sana menjauh, tangan di rantai dengan rantai yang panjang dan kuat, layaknya penyekapan.

"Dont hurt me please.." tangisan kecil menyertai permohonan gadis itu.

Zavion duduk di atas kursi kayu yang memang di sediakan disana, dengan malas dan dingin pria itu mulai angkat bicara

"Kau tau siapa aku, dan aku tidak akan"

Selang 20 menit Zavion hanya bermain ponsel di dalam bilik itu, berpura-pura seperti telah melakuka hubungan panas disana, bilik itu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, tidak ada jendela dan hanya 4 ventilasi kecil di dindingnya.

Vindicta - Love In RevengeWhere stories live. Discover now