04

1.9K 6 0
                                    

Jangan lupa vote sebagai uang parkir :v

Selamat membaca


Roma, Italia. - kediaman Caleste.

Buku-buku tersusun rapi di rak lemari yang ada diruangan kerja milik Dante, ayah Kalara. Gadis itu melihat-lihat sambil mengingat masa lalu yang sejak masuk ke ruangan itu sudah kembali ke memori Kalara. Tawa riang yang selalu hadir saat usianya masih kecil. Bermain, tertawa, membaca buku dan menceritakannya kembali adalah hal yang sangat disukai kalara dan ayahnya lakukan dulu. Senyum tipis muncul diwajah Kalara saat ia bertemu satu bingkai foto, terlihat sudah lama. Ada 4 orang yang berdiri tersenyum dengan tulus disana. Dante, Aletta, Kalara, dan Rainey. Kalara memeluk bingkai itu kuat. Ia menangis.

"Kau di panggil ke ruang makan, Kalara" suara berat menyeludup ke telinganya, Kalara terkejut hingga membuat bingkai itu terjatuh, itu pamannya. Saudara laki-laki tua dari ayah Kalara. Padahal seingat Kalara pintu kamar ayahnya sudah di tutup, berani sekali pamannya itu masuk tanpa memberi permisi.
Kaca pecahan bingkai berserakan di lantai, dengan cepat Kalara mengambil fotonya sedikit membersihkan bekas pecahan dengan kakinya,

Tapi tunggu

Ada kertas kecil diantara Bingkai kayu itu, tanpa pikir panjang Kalara mengambilnya.

"Iya, ada apa, paman?" Ucap Kalara dengan keheranan melihat pamannya itu sudah mencoba mengenakan jam tangan milik Ayah Kalara.

"Itu punya ayah, jangan di pakai" suara Kalara yang tadinya sopan kini berubah tegas dan mengintimidasi.

"Dia sudah tidak ada, lebih baik saya yang kenakan," sambil menyeringai kecil
"Lagi pula, sebentar lagi akan jatuh ke tangan saya" sambungnya dengan nada santai dan gembira.

Kalara heran, apakah ini pamannya? Kakak dari ayahnya? Bukankah seharusnya dia bersedih karena baru saja kehilangan adik laki-lakinya?

Dengan cepat Kalara berlari ke arah laki-laki yang berstatus sebagai pamannya itu, mengambil paksa jam milik ayahnya.

"Jangan harap, keluar!" Bentak Kalara dengan ekspresi sedikit marah.

Pria itu keluar dengan tenang, sambil melihat-lihat seisi kamar milik Dante dulu.

"Kau di panggil, dan disuruh ke ruangan makan" pria itu mengulang kembali ucapannya tadi saat masuk ke kamar milik ayah Kalara.

◇◇◇

Kalara tiba di ruangan makan yang semua kursi telah di isi oleh masing-masing orang termasuk Rainey. Hanya tersisa satu kursi yang belum terisi dan tentunya kursi itu  untuk Kalara.

Kalara duduk.

Seorang laki-laki yang sudah sedikit berumur dan  mengenakan tuksedo hitam dengan penampilan rapi dan mengenakan kaca mata membuka pembicaraan, mengeluarkan Tas koper kecil berwarna Hitam dengan sandi angka yang rumit. Kalara sudah tau persis arah pertemuan ini, ia melihat ke arah Rainey dan membentuk ekspresi untuk menyuruh mereka berdua pergi dari sini. Rainey yang melihat itu langsung menyangkal kakaknya dan berekspresi seakan menyuruhnya untuk tinggal dan mendengarkan notaris itu.
Mereka seakan mengobrol lewat ekspresi.

"Saya disini ingin menjelaskan bagaimana kelanjutan pemegang kekuasan Caleste ini. Berikut saya bacakan surat wasiat dari Mr. Dante Caleste dan Mrs. Aletta Caleste".

Bersama ini saya akan menerangkan dan meninggalkan beberapa wasiat sebagai berikut:

Saya Dante pemilik sekaligus pemimpin sah keluarga Caleste, pada Jully 17 2010 ini menuliskan bahwa setelah sepeningalnya saya, seluruh harta, kepemilikan aset dan kepemimpinan jatuh ke tangan anak saya yang tertua yaitu Kalara Caleste.

Vindicta - Love In RevengeWhere stories live. Discover now