09

851 4 0
                                    

Jangan lupa vote sebagai uang parkir ya :v

Happy Reading•••


Roma, Itallia-2010.

(Akhir musim gugur)

Langit yang dari semula hitam legam tanpa bintang kini sudah beralih merah keunguan. Pagi itu seorang Pria dengan stelan jas hitam menyusuri koridor bandara dengan dua bodyguard yang mengikutinya. Bandara bersih yang di penuhi dinding kaca tidak ramai sesak seperti biasa, mungkin hanya beberapa penerbangan di pagi buta. Tak perlu mengantri dan bersesakan, mereka bertiga masuk ke dalam mobil yang terparkir tepat dipintu keluar bandara. Dua mobil hitam melesat meninggalkan bandara.
Roda berputar dengan kencang, orang-orang belum terlalu berserakan di jalanan. Suasana yang didambakan semua orang yang tinggal di kota itu.

Mobil mereka berhenti tepat di kediaman Caleste,

"Selamat datang kembali tuan Lucas" seorang pelayan membukuk didepan pintu.

Tak mengubris sapaannya,  Lucas masuk dan langsung menuju kamar. Meregangkan dasi dan menggeletakkan jas hitamnya begitu saja di atas sofa. Lucas menghempaskan badan keatas kasur, menarik nafas dalam lalu di buang perlahan. Mata terpejam.

Waktu begitu cepat berjalan, kini matahari sudah berhasil menembus jendela kamar Lucas, menyalurkan cahaya dan hangat kedalam kamar itu. Lucas menggeliat, melawan rasa malas dan kantuk yang menguasai matanya. Seperti baru terpejam, waktu sudah memaksanya terbangun kembali. Dengan gontai Lucas berjalan kearah pintu, membukanya lalu menuju ruang makan.

Ayah dan Ibunya sudah duduk disana dan makan, mereka hanya menoleh sebentar saat mendengar ada seseorang yang datang, dua orang pelayan dan satu orang koki berdiri di sudut ruangan mereka menunduk saat Lucas lewat di depan mereka, satu diantara dua pelayan kembali ke dapur dan mempersiapkan sarapan pagi untuk Lucas.

"Kenapa tidak memanggilku?" Lucas membuka bangku lalu duduk.

"Kami saja baru tau kau sudah kembali" Ayahnya menjawab tak acuh.

Pelayan itu dengan sopan menyediakan dua potong roti dengan selai kacang dan segelas air sari jeruk, kesukaan Lucas tentunya. Lalu mundur perlahan.

"Panggil Kalara, suruh berhadapan dengan ku setelah sarapan."  Langkah pelayan itu terhenti, dan dengan ekspresi cemas ia berusaha bicara terbata-bata-tidak jelas.

"Berbicaralah dengan jelas, pelayan!" Bentak Lucas setelah meminum satu tegukan minumannya.

"Nona. Kalara dan Nona. Rainey sudah ti..tidak dirumah ini tuan" , gugup dan takut. Pelayan itu hanya menunduk.

"Apa, mana mungkin?" Lucas menyangka.

Roti yang sudah ja potong dan bersiap untuk dimakan, terlepas begitu saja.

Lucas berdiri, amarah sudah menguasai sebagian hatinya.

"Kenapa berita itu tidak sampai ke telinga ku?" Teriakan yang menggema dibarengi gebrakan meja yang membuat siapa saja yang melihat tahu kalau itu amarah yang besar.

Lucas meninggalkan ruang makan, tidak ada lagi kata lelah, kantuk, malas, pria itu dengan langkah tegasnya pergi menemui Adrian, si orang kepercayaan Kalara dan Rainey.

Tepat sekali.
Orang yang dituju sedang bercengkrama di halaman belakang dengan rekan sesamanya. Satu pukulan mendarat di wajah Adrian tiba-tiba. Terkejut.

"Kenapa tidak memberi tahu tentang Kalara dan adik bangsatnya itu, ha?" Ucap Lucas dengan seru nafas tak teratur.

Adrian hanya diam, tidak menjawab dan hanya menunduk. Laki-laki itu tahu kemana Rainey tidak dengan Kalara, tapi tidak mungkin  ia menghianati orang yang sudah percaya kepadanya. Lucas yang hanya mendapat respon diam, kembali memukul wajah Adrian.
Sekali
Dua kali
Tiga kali
Hingga tersungkur dan membiru di bagian pelipisnya.

Vindicta - Love In RevengeWhere stories live. Discover now