24

1.8K 188 4
                                    

3 Januari
1144 words
.
.
.

Zhuocheng memandangi Tao Hua Yuan yang hari ini terlihat sepi, tidak ada tanda-tanda keberadaan Xiao Zhan yang biasanya berisik.

Sebelumnya ia mencoba menghubungi pamil itu tadi, barangkali Xiao Zhan mau ikut berbelanja dengannya. Ia baru dapat sogokan dari Haikuan supaya membiarkannya masuk dan kartu hitam si mantan duda berada di tangannya.

Tapi Xiao Zhan tidak kunjung mengangkat telepon atau membalas chat dari Zhuocheng, sekedar di baca pun tidak. Jadi, sebagai sahabat yang baik, ia pergi menjenguk Xiao Zhan siapa tau anak itu sedang sakit dan suaminya pergi kerja.

Pemuda pemuja warna ungu itu berjalan sembari celingukan dengan balita di gendongannya.

"Hei kau! Kemari sebentar aku mau bertanya". Panggil Zhuocheng kepada salah seorang pelayan yang kebetulan lewat di hadapannya.

Pelayanan itu menghampiri Zhuocheng dan membungkuk kecil.

"Ada yang bisa saya bantu nyonya Liu?". Tanya pelayan itu.

"Apa Xiao Zhan ada? Apa dia baik-baik saja?". Tanya Zhuocheng balik dengan nada khawatir.

Pelayanan itu sedikit tersenyum sebelum menjawab.

"Nyonya besar ada di kamarnya nyonya Liu, tuan besar berkata beliau sedang tidak enak badan". Jawab si pelayan.

Zhuocheng berdecak sebal.

"Terimakasih, aku akan menjenguknya ". Ujar Zhuocheng kemudian berlalu meninggalkan pelayanan itu menuju kamar si kelinci yang tengah hamil.

TOOK...

TOOK..

TOOK...

Zhuocheng mengetuk pintu kamar utama di Tao Hua Yuan yang di tempati Xiao Zhan dan suaminya.

"Xiao Zhan ini aku". Ujar Zhuocheng.

"Masuk saja A-Cheng!!". Terdengar teriakan Xiao Zhan dari dalam.

Zhuocheng membuka pintu kamar itu kemudian menutupnya kembali. Terlihat si pamil yang terbaring di atas kasur sembari menonton televisi dengan semangkuk salad di pangkuannya.

Zhuocheng berjalan menghampiri Xiao Zhan dan duduk di samping Xiao Zhan.

"Kenapa kau tidak mengangkat telepon ku huh?! Untung aku bertemu dengan pelayan mu, dia bilang kau sakit". Tutur Zhuocheng dengan nada ketus.

Xiao Zhan tersenyum tengil, kunyahan mulutnya terhenti. Dengan usil telunjuknya menoel-noel dagu Zhuocheng. Si empunya melotot, ia melepaskan Chengcheng dari gendongannya terlebih dahulu sebelum memiting leher Xiao Zhan.

"Astaga A-Cheng!! Aku... Ohook!! Ohokk!!". Xiao Zhan memukul tangan Zhuocheng yang memiting lehernya.

"Mampus kau kelinci! Sialan kau!". Ujar Zhuocheng menahan gemas.

Karena tidak mau ketahuan oleh tuan besar Wang bahwa dirinya menganiaya istri tercintanya, Zhuocheng kemudian melepaskan pitingannya.

Xiao Zhan terbatuk sembari mengusap-usap lehernya.

"Kau mau membunuhku ya?". Xiao Zhan mendelik, Zhuocheng memutar matanya malas.

"Tck! Jawab saja pertanyaan ku". Zhuocheng mengalihkan tatapannya, menatap putranya yang berkeliaran di dalam kamar Xiao Zhan menyentuh ini dan itu kemudian duduk di depan televisi sembari mengemut jari.

"Aku lupa menaruh handphone ku dimana A-Cheng. Aku minta maaf". Jawab Xiao Zhan sembari cemberut, ia masih kesal karena pitingan si pemuda maniak ungu itu.

Untitled [ YIZHAN ] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang