05

18.8K 1.1K 5
                                    

¤¤¤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

¤¤¤

Abian duduk manis di bagian belakang mobil, anak itu memilih duduk bersama barang-barang belanjaan milik pelanggan, ketimbang duduk di bagian depan bersama dengan Riki dan juga Geri abangnya. Meski sempat berdebat dengan Geri tadi.

Angin yang tertiup kencang membuat Abian tak merasa kepanasan. Meski cuaca terik karena angin kencang mengenainya membuat anak itu tak jadi kepanasan.

Anak itu bahkan melempar senyum kearah pengendara lain yang tak sengaja bertatapan dengannya. Tak jarang ada yang membalas senyumnya, Abian memang berpakaian cukup lusuh, tapi wajah dan kulit anak itu bersih sehingga membuatnya tetap terlihat lucu dan menggemaskan. Apalagi ditambah gigi kelincinya yang terlihat jelas, membuatnya semakin terlihat lucu. Pipinya yang gembul juga semakin membuatnya terlihat begitu manis.

Namun banyaknya pengendara yang berpaspasan, Abian tak menyadari ada sepasang mata yang menatapnya lewat mobil yang kebetulan melintas. Sosok yang beberapa hari lalu membawa Abian kerumah besarnya.

Tidak lama mobil mulai memasuki kawasan kompleks perumahan, biasanya ibu-ibu yang tidak ada waktu untuk kepasar setiap hari, memilih memesan lewat ponsel pada pemilik toko yang sudah langganan, lalu sisanya barang akan diantar kerumah para pelanggan. Awalnya hanya satu rumah yang menggunakan cara ini, lama-lama ibu-ibu kompleks yang lain ikut menjadi langganan, sehingga pemilik toko pun bisa mengantar pesanan, tanpa harus pusing-pusing mencari alamat, karena jaraknya dekat-dekat.

Itu untungnya menjalin hubungan baik dengan pelanggan.

Abian turun dari kap mobil dengan lompatannya.

"Duduk dimobil aja" Suruh Geri pada Abian.

Anak itu mengangguk saja. Lalu membiarkan Geri dan Riki mengantar barang masuk kerumah pelanggan pertama.

Kepala Abian menyembul dikaca mobil, menatap sekitaran kompleks yang sepi di siang hari.

"Pintu rumahnya tutup semua" Gumam Abian yang ternyata memperhatikan setiap pintu rumah di kompleks itu.

"Rumahnya gede-gede, tapi lebih gedean rumah Om yang waktu itu" Gumamnya lagi.

Entah kenapa bocah itu tiba-tiba teringat Arrow, padahal sebenarnya tadi mereka paspasan dijalan, hanya saja Abian tak menyadarinya karena Arrow berada didalam mobil mewahnya.

•••

Sejak sore tadi hujan deras, padahal siang tadi panasnya menyengat. Geri kini tengah memasak air panas, adiknya sejak tadi terbatuk-batuk pasti asmanya kambuh, sedangkan saat ini inhaler mereka tak ada. Karena Abian jarang memiliki benda itu, hanya saat ada uang saja mereka bisa beli. Karena harga inhaler di apotek itu tidaklah murah menurut mereka, rata-rata diatas 100 ribu satunya. Cukup berat untuk keduanya yang kerja saja tak menentu itu.

KATRESNAN [END]✔Where stories live. Discover now