0. Night Has Come

66 15 11
                                    

JESE bukan anak yang mudah penasaran seperti dalam film-film horor, tetapi malam itu sesuatu mengganggu tidurnya. Jese terpaksa keluar untuk menghentikan siapapun yang membunyikan lonceng tua di belakang asramanya, suaranya sangat jelek dan Jese tak suka itu. Masalahnya, saat ia keluar dari kamar yang tak terlalu besar itu tidak ada orang di lorong. Bahkan rekan sekamarnya, Seth, masih mengorok dengan tenang seakan telinganya sudah tidak berfungsi.

Lorong asrama benar-benar seperti hutan mati. Gelap dan pengap. Bahkan Jese dapat mendengar deru napasnya sendiri. Dia mulai berjalan menyusuri lorong dengan penerangan seadanya-senter mini-sebab jika ia membawa ponsel dan penjaga asrama menangkapnya maka tamatlah ponsel Jese. Mereka akan mengirimkannya ke rumah Jese bersamaan dengan surat panggilan orangtua, dia sudah pernah mendapat detensi lumayan berat saat tahun pertamanya karena itu.

Suara lonceng berhenti ketika Jese sudah berdiri menghadap gerbang belakang asrama. Ia berniat kembali ke asrama karena tidak ada lagi suara mengganggu sebelum lonceng tua sialan itu lagi-lagi mengeluarkan suara nyaring nan berat khas benda tua.

"Ah, sial."

Ketika dia membuka gerbang, suara nyaring yang tak lebih mengganggu daripada lonceng itu turut berderak meramaikan telinga Jese yang mulai panas. Dia benar-benar kesal, tidurnya tak nyenyak, sekarang dia sendiri yang harus turun tangan menghentikan suara-suara mengganggu itu. Di balik gerbang belakang asrama hanya ada ladang dan pepohonan besar, nyaris seperti hutan meski letaknya masih di dalam area asrama. Ladang yang gelap tanpa penerangan tak membuat Jese takut, dia tetap berjalan lurus menuju menara lonceng di depanya.

Cerita-cerita horor tentang menara lonceng yang dituturkan para seniornya tak memengaruhi Jese, dia tak pernah percaya hantu. Dan masih tak percaya meski telah mendapati tidak ada orang di menara lonceng ketika dia masuk. Jese pikir itu mungkin karena tuas loncengnya masih menggunakan sistem kuno sehingga geseran sedikit saja benar-benar dapat memengaruhi tali loncengnya. Dia segera mengikat kembali talinya dengan kencang agar tak lepas lagi.

"Dasar merepotkan, kau jangan sampai lepas lagi."

Jese kira itu sudah cukup membuatnya dapat tertidur tenang. Tetapi suara-suara yang lebih aneh membanjiri pendengarannya. Kali ini suara manusia, bukan seorang, tetapi beberapa atau bahkan lebih banyak lagi. Seperti nyanyian dan orasi dengan bahasa yang tak pernah ia dengar sebelumnya. Kali ini Jese penasaran, dia mematikan senternya dan mencari sumber suara itu.

Ladang di belakang asrama hanya dibatasi oleh pagar kayu rendah di depan pohon dan semak-semak lebat. Jauh di depan sana, Jese dapat melihat pendar cahaya remang dari api kecil dan lentera-lentera yang tertutup postur tubuh orang-orang yang mengelilinginya. Mereka membaca sesuatu seraya berpegangan tangan, seperti mantra dan pujian. Dia tak bisa melihat dengan jelas wajah siapa saja di sana, mereka memakai jubah hitam dengan tudung yang nyaris menutupi seluruh wajahnya. Setelah puas dengan mantranya, mereka melepar seperti kepala ke dalam kobaran api, Jese memicingkan matanya dan yakin itu kepala rusa. Setelah api melahap kepala rusa, kobaran itu menjadi lebih terang dan panas.

Jese hanya mengitip dari jauh, tetapi entah mengapa tubuh Jese malah merinding. Dia tak nyaman mendengar mantra-mantra itu. Jese segera mundur, niatnya ingin kembali tidur dengan tenang. Tetapi kakinya malah menginjang ranting kering hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras. Sangat klise seperti di dalam film.

"Siapa di sana?!" Tampaknya seseorang menyadari itu.

"Hei, loncengnya mati. Pasti ada yang mematikannya."

Jese menahan teriakannya dan segera berlari seraya berjinjit ketakutan. Meski ladang itu sangat gelap, dia yakin ada yang mengejarnya. Jese tahu betul, setelah malam itu hidupnya tak akan lama lagi.








***

First time menantang diri sendiri ikut DWC NPC yang ceritanya bersambung wkwkwkk, wish me luck 😭🙏

Dies Iræ [DWC NPC 2024]Where stories live. Discover now