6. If i killed someone for you

6 2 2
                                    

Sudah seminggu sejak empat sekawan kembali ke waktu asli mereka. Dan buku anatomi mayat milik Seth masih belum dapat mereka temukan di mana-mana. Bukunya sangat mencolok dengan sampul hitam tebal dan kertas lawas yang mulai menguning, tetapi di perpustakaan ada lebih banyak buku serupa. Percival sudah membantu mengeceknya setiap malam ketika ia diam-diam menyelinap ke perpustakaan hanya untuk belajar. Mereka tahu betul betapa bahayanya buku itu jika tak segera ditemukan, bisa saja akan terjadi kiamat yang lebih buruk daripada minggu lalu. Mungkin semua orang bisa saja tiba-tiba jadi ayam, atau ada bulan jatuh, bahkan mungkin saja bumi bertubrukan dengan klonnya dari dimensi lain. Masalahnya ini sudah hari kesepuluh sejak buku itu hilang. Rasa putus asa tak dapat ditepis begitu saja.

"Jangan-jangan bukunya sudah dibawa ke luar Institut Pascal?" Reginald mulai melempar asumsi setelah mereka mengecek ruang guru. Jangan tanya bagaimana mereka mengecek ruang guru, sebab yang mereka lakukan justru mengacak-acak ruangannya dengan dalih mengejar tikus. Tentu saja tikusnya salah satu mainan konyol Reginald.

Percival mengangkat bahu. "Kalau begitu tak ada gunanya kita mengecek setiap sudut sekolah begini," katanya penuh rasa skeptis.

Seth mengangguk setuju. "Mungkin sebaiknya aku memang harus mencoba pulang dulu ke Irlandia dan mencarinya di rumah."

"Mana bisa, ini belum waktunya liburan," ujar Jese cepat.

Memang benar tak mungkin meninggalkan asrama di luar hari libur untuk pulang. Selama ini Jese hanya keluar masuk sekolah diam-diam dan sebentar sebab terlalu lama di luar juga berpotensi tertangkap pegawai yang sedang keluar atau orang-orang sekitar yang kenal staf Institut Pascal seperti pemilik rumah bowling minggu lalu. Tetapi, masalah buku ini juga tak bisa diselesaikan dengan tenang dan perlahan.

"Tunggu dulu," Percival memotong. "Seth kau tidak mungkin mengatakan sesuatu semudah itu kalau memang tidak siap. Kau punya sesuatu yang bisa kita gunakan untuk perjalanan cepat seperti jam pemutar balik keadaan dari sang Waktu itu?"

Jarang bicara, hanya mengatakan hal yang penting. Seperti itulah Seth di mata teman-temannya selama ini. Dan ia jelas jarang sekali mengatakan sesuatu yang tidak benar-benar ia yakini. Seth mengangguk pada Percival. "Ayahku berteman baik dengan sang Ruang dan aku diberi kartu perjalanan cepat gratis."

Meski apa pun yang dikatakan Seth masih sulit dipercaya, segala hal-hal aneh yang sudah mereka saksikan dan alami secara langsung, sejauh ini sudah cukup jadi bukti yang meyakinkan bahwa semua ini nyata dan mereka tidak bermpi. Masih ada banyak hal yang tak mereka tahu tentang perjanjian keluarga Seth, bisa saja ia punya sesuatu yang lebih mengejutkan dari ini.

"Kalau begitu aku akan ikut denganmu." Percival mengajukan diri, ketiga orang di sana mendelik dengan terkejut. Percival sering sekali kontra dengan apa pun yang dilakukan Seth, dan mengajukan diri menemani sj maniak mayat itu tidak pernah terlintas di otak mereka.

"Apa?" Percival membalas tatapan heran mereka. "Seth bilang kan keluarganya tak terlalu menerima dia, terlebih lagi keluarganya punya perjanjian dengan dengan banyak entitas astral, kalian pikir dia bakal dibiarkan kembali ke Inggris hidup-hidup?"

Jese tersenyum miring. "Baiklah-baiklah, kau pergi dengan Seth sementara kami berdua akan mengawasi situasi di sini. Benar kan, Reggie?"

Reginald hanya mengangguk, hal yang aneh darinya adalah ia tak terlalu bersemangat hari ini. Dan itu bukan pertanda baik, sebab terakhir kali Reginald menjadi seperti ini wig punya kepala bagian kesiswaan dicuri dan dibakar di perapian ruang kepala sekolah. Jese tak tahu rencana apa yang bakal dilakukan Reginald kali ini.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Jese bingung.

Reginald mengangguk lagi. "Tidak apa-apa. Kalian sebaiknya segera pergi dan kembali sebelum jam makan malam."

Dies Iræ [DWC NPC 2024]Where stories live. Discover now