3. Life is like a runway, and you're the designer

7 2 3
                                    

Jese itu sama gilanya dengan Reginald, hanya saja ia tahu bagaimana cara memanfaatkan kegilaannya. Jadi bisnis, misalnya. Jika Reginald menggunakan berbagai perilaku gila untuk menyelamatkan citra teman-temannya, maka Jese akan menggunakannya untuk membuat orang-orang bergantung padanya sehingga ia akan lebih mudah mengendalikan opini publik. Tak akan ada yang akan berani melaporkan Jese atas pelanggaran-pelanggarannya karena mereka butuh keberanian Jese untuk bertahan hidup dari sesaknya kehidupan konservatif di Institut Pascal.

Jese ingin mengendalikan sekolah di bawah pengaruhnya, setidaknya begitulah motifnya. Tetapi berurusan dengan dewan perwakilan siswa itu lebih sulit lagi. Jese menjadi kasus khusus bagi mereka, sebagian orang setuju untuk menutupi perilaku Jese dan sebagian lagi sangat ingin membongkarnya pada pihak sekolah. Masalahnya, hampur sebagian besar barang-barang yang diperlukan dewan siswa itu didapatkan dari transaksi gelap dengan Jese. Kalau mau mengungkapnya, jelas mereka bakal rugi sendiri.

Masalahnya, sekarang Jese tak punya apa-apa sejak pengacak sinyal dinyalakan. Ia tak dapat menghubungi supplier langganan atau kurir kepercayaannya. Jese cukup yakin sekarang anggkta dewan siswa yang selalu merasa paling terhormat bagai pahlawan agung yang berhasil menaklukkan benua itu pasti diam-diam sedang menertawakan Jese dan menunggu momentum yang tepat untuk menerkamnya dalam waktu dekat.

"Apa jaminannya kalau aku membantumu?" Gadis berambut merah penuh gelombang itu menumpu dagunya di atas kedua tangan, sudah mulai muak. Ia jauh-jauh datang dari gedung asrama perempuan hanya untuk melihat Jese menggerutu kesal dengan kondisi bisnisnya yang mulai kacau.

Jese tak bisa tinggal diam kecuali minta bantuan pada Percival dan ketua asrama perempuan, Serena. Keduanya punya pengaruh yang cukup kuat di Institut Pascal sebagai orang kepercayaan para jajaran petinggi sekolah serta ditakuti sebagian golongan siswa.

"Aku tak tertarik dengan daganganmu, jadi jangan tawarkan hal receh," Percival menimpali.

Jese menghela napas. "Baiklah-baiklah, apa yang kau mau? Akan kuusahakan ada."

Percival tampak menimang-nimang, kesempatan apa yang kira-kira bisa dia manfaatkan dari membuat kesepakatan konyol dengan Jese ini. Ia pikir Jese tak akan punya sesuatu menarik kecuali ia sendiri yang memberi ide. "Bagaimana kalau kunci perpustakaan? Perpustakaan selalu ditutup saat matahari terbenam, aku kesulitan belajar di kamar dengan Reggie yang banyak tingkah."

Jese mendelik tak percaya, Percival benar-benar sudah terlalu gila belajar. Serena mengernyitkan dahi skeptis. "Kau tak mungkin bakal belajar saja di perpustakaan sampai malam, kan? Kau ada janji kencan dengan seseorang?" Tudingnya dengan gamblang. "Ingat ya, perpustakaan itu tempat suci tempat kau belajar dan sarang segala ilmu-"

Percival membekap mulut Serena dengan satu tangannya yang jelas dua kali lebih besar daripada milik gadis kurus itu. "Siapa juga yang punya pacar. Bilang saja kau takut aku menyaingi peringkatmu,"kata Percival membela diri. "Lagi pula kita sama-sama hanya stagnan di lima besar dengan peringkat naik turun bergantian, kalau mau bersaing aku akan menyingkirkan si nomor satu dulu," lanjutnya mengingat bagaimana ia bahkan pernah hanya selisih nol koma lima saja untuk total nilainya dengan si peringkat satu paralel.

Serena menggigit telapak tangan Percival, lantas membuat pria itu melepaskan bekapannya dengan mengaduh kesakitan. "Ya, ya, baiklah. Terserah kau saja."

Jese berdeham, mengingatkan mereka kalau ia masih ada di depan mereka. "Ini." Ia menyerahkan salah satu dari beberapa kunci ruangan dari saku celana seragamnya. "Bagaimana denganmu? Apa yang kau minta?" Jese menunjuk Serena dengan dagunya, gadis itu mulai berpikir dan yang menunggunya berharap ia segera memutuskan sebelum pertemuan mereka mulai dicurigai orang-orang.

"Kau mau ke mana setelah ini?"

"Ke warung madura di persimpangan jalan," balas Jese cepat.

Serena mengangguk, sepertinya ia sudah tahu apa yang diinginkanya dari Jese. Serena sebenarnya sudah lama ingin pergi ke sana, tetapi itu tak memungkinkan mengingat betapa ketatnya peraturan di Institut Pascal.

Dies Iræ [DWC NPC 2024]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang