Weird Things That My Friend Do

21 1 0
                                    


°°°

"Aku ingin naik Bianglala!"

Aku menoleh ke arah suara itu berasal; teman baikku yang sudah aku kenal sejak kecil. Aku tidak tahu dari mana asalnya dan bagaimana dia bisa pindah ke sini, tetapi yang jelas dia sering sekali main ke rumahku lalu kami akan menghabiskan waktu bersama. Dia suka boneka, dia juga suka menggambar. Sejak kami kecil dia terbiasa meminjam semua barang yang aku punya, tidak seperti aku keberatan, hanya saja dia sering kali merusak barang-barang milikku bahkan menghilangkannya.

Temanku ini juga tergolong aneh, saat masih di bangku sekolah dasar ia punya cita-cita menjadi seorang Rentenir. Aku sungguh tidak habis pikir apa yang membuatnya ingin jadi Rentenir.

"Karena punya banyak uang!"

Aku ingat betul itu adalah jawaban yang ia berikan saat aku tanya, maksudku ada banyak pekerjaan yang bisa ia kerjakan jika hanya ingin punya banyak uang. Dan mengejutkannya, setelah lulus sekolah ia benar-benar mulai menjadi seorang Rentenir. Pada awalnya, ia hanya meminjamkan uang pada orang-orang di sekitar. Agar tidak timbul masalah katanya, sayang kami tetap bertemu dengan masalah. Ada salah satu pelanggan yang kesulitan untuk membayar, kami sudah lakukan banyak cara agar Si pelanggan dapat membayar tetapi nihil, tidak berhasil sama sekali. Pada akhirnya kami harus lari meninggalkan kota itu karena temanku berakhir menjual organ dalam Si pelanggan di pasar gelap agar tetap untung.

Tiga tahun kemudian kami berhasil membeli rumah di sebuah peternakan kecil yang penduduknya sedikit. Di sini suasananya tenang sekali, udara yang sejuk dan para tetangga ramah suka bertegur sapa. Mereka juga tidak pernah pelit dan yang paling penting mereka jarang baca berita atau sekadar menonton televisi untuk tahu dunia luar.

Karenanya, kami dapat merasa aman saat berada di sini. Pekerjaan yang bisa kami lakukan pun tidak banyak selain membersihkan kandang, memberi makan ternak atau membantu para orang tua membenahi rumah. Jika sedang beruntung kami akan dapat upah besar dan beberapa bahan makanan gratis. Dan jika sedang sial, kami hanya akan dapat susu atau buah-buahan, yah, setidaknya kami tidak akan kelaparan.

Aku menyenangi kehidupan seperti ini, tidak harus berhadapan dengan polusi atau sekumpulan sosialita dengan Anjing mereka. Namun, rasa senang dan tenang itu benar-benar tidak dapat bertahan lama. Lagi-lagi temanku melakukan hal tidak masuk akal. Kali ini ia menenggelamkan pria di sungai. Aku sungguh tidak percaya ia bisa melakukan hal tersebut, saat aku tanya kenapa, jawabannya terdengar santai dan menyebalkan.

"Kami hanya berlatih tahan napas, tetapi dia mulai membicarakan hal yang membuatku kesal. Jadi, aku memutuskan untuk melatihnya menahan napas, sayang aku lupa mengangkat kepalanya ke atas."

Jujur saja, yang harusnya kesal itu aku. Kami baru saja hendak menikmati hidup dan sekarang kami sudah harus lari lagi. Setelah melakukan ini dan itu agar kami bisa keluar dari sana tanpa tertangkap, akhirnya kami menemukan tempat untuk bersembunyi; bangunam bekas Rumah Sakit yang sudah diabaikan belasan tahun lamanya. Tempatnya besar, meski separuh bangunan sudah hampir hancur dan banyak perabot yang mulai lapuk. Namun, sejauh ini tidak ada Polisi datang untuk memeriksa tempat ini. Sebenarnya aku cukup tidak percaya diri, aku yakin Polisi tinggal menunggu waktu untuk menangkap kami.

Lalu kembali pada temanku dan ucapan anehnya.
Ia baru saja berteriak ingin naik Bianglala. Aku mencoba membujuknya untuk mengurungkan niat tetapi temanku tetap bersikeras ingin naik itu. Aku tidak paham apa yang ada di pikirannya; setelah apa yang ia lakukan padaku, setelah membuat kami menjadi bagian dari kriminal dan dikejar-kejar Polisi!
Aku mulai muak dan bosan mendengar raungan-raungan kecilnya yang tetap meneriakkan bianglala.
Aku tidak mau naik bianglala dan aku tidak punya cara lain. Aku raih tas yang tadinya aku jadikan bantal, mulai merogoh bagian saku depan dan dengan sesegera mungkin aku minum obat.

Aku hanya butuh menunggu lima belas menit dari efek obat untuk tidak mendengar juga melihatnya.

°°°

Time and AgainWhere stories live. Discover now