A Coffeeshop

18 2 0
                                    

°°°

Ini adalah tahun kedua aku dan Istriku membuka kedai kopi kami sendiri.
Sejak masih remaja aku selalu kecanduan minum cairan gelap yang dapat membuat pikiran segar ini.

Entah aku campurkan susu atau aku minum tanpa gula. Aku menyukainya. Dalam satu hari bisa saja aku minum lebih dari tiga cangkir kopi. Beruntungnya, Istriku tidak pernah komplain dan tidak juga melarang apa-apa yang aku lakukan. Bahkan tahun pertama kami menikah, dia memberikan saran agar kami membuka kedai kopi bersama saja.
Di luar dari pada mendapat penghasilan tambahan, aku bisa minum kopi di kedaiku sendiri tanpa meninggalkan rumah.
Dengan begitu, Istriku tidak perlu cemas ketika aku harus berlama-lama di kedai kopi.

Tahun pertama pembukaan kedai, tentu kami mengalami banyak sekali kesulitan.
Mulai dari desain tempat, biji kopi hingga pegawai. Kami memutuskan membuat kedai kopi di garasi rumah, mengingat rumah kami yang cukup luas bahkan memiliki dua garasi; luar dan dalam. Kami mencari pekerja profesional agar kedai kopi milik kami terlihat menarik, cantik dan terasa nyaman. Dilengkapi dengan empat patung lilin milik Istriku, aku yakin sekali jika kedai kopi kami akan ramai.

Beberapa tamu menatap ngeri, beberapa lagi menatap kagum dan ada juga satu pelanggan yang mengatakan jika patung lilin tersebut sungguh tidak cocok menghiasi kedai kopi. Patung lilin koleksi Istriku itu menciptakan suasana buruk. Sebagai pemilik, kami sangat menghargai semua komentar pelanggan, tetapi Istriku tetap ingin menghiasi kedai kopi kami dengan patung lilinnya.

"Tidak masalah, Sayang. Kau bisa letakkan di mana saja kau suka, kedai kopi ini kita buat karena aku suka kopi dan kau butuh kegiatan. Lihat, 'kan? Ada banyak juga yang menyukai mereka. Ayolah, jangan khawatir."

Aku selalu berusaha agar Istriku tetap merasa senang dan diterima khalayak ramai, aku tidak peduli bagaimana orang-orang berpikir atau beranggapan. Untukku, memiliki kesukaan membuat patung lilin adalah luar biasa. Bukan hal yang mudah untuk dilakukan juga dipelajarai; dimulai dari desain hingga pemahatan. Karenanya, aku ingin dunia tahu bagaimana berbakatnya Istriku, aku ingin dunia melihat lima patung buatan Istriku.

°°°

"Jadi, patung ini dibuat sendiri? Ini sungguh seperti nyata! Luar biasa. Apa ada lagi di rumah?"

"Terima kasih! Haha.
Sayangnya tidak ada, Istriku meletakkan semua patung buatannya di sini. Sering-seringlah datang, aku akan berikan potongan harga." Aku tersenyum ramah pada salah satu pelanggan baru kami, dia wanita yang bekerja di ujung jalan. Dan dia merupakan gadis penyuka kopi sama sepertiku, ada banyak sekali hal yang kami sukai bersama selain dari kopi.

"Sungguh? Haha.
Aku akan datang terus dan berjanjilah memberiku diskon, atau setidaknya sempatkan waktumu untuk bicara denganku. Sampai jumpa lagi."

"Sampai jumpa lagi," jawabku sembari melambaikan tangan. Aku diam dan melirik ke arah Istriku yang ada di meja kasir. Aku harap dia tidak dengar percakapan kami hingga berpikir yang tidak-tidak.

Besoknya, ketika aku membuka kedai aku melihat enam patung lilin yang menghias. Aku mengembuskan napas dan mulai berpikir bagaimana harusnya aku minta maaf. Ternyata Istriku mendengar percakapan kami kemarin rupanya.

°°°

Time and AgainDove le storie prendono vita. Scoprilo ora