The House 17

815 173 23
                                    

Shikamaru dan Sai memutuskan untuk masuk kedalam gudang saat hujan mulai turun dengan deras, selama penyelidikan di halaman belakang rumah Tn. Hiroki, atau lebih tepatnya di lokasi tempat ditemukan tulang belulang yang di duga manusia, mereka menemukan potongan mata pisau yang terkubur sekitar dua meter dari tempat ditemukannya tulang belulang tersebut.

Mata pisau yang mereka temukan sudah berkarat dan tumpul, namun yang menarik perhatian Shikamaru adalah noda darah yang masih menempel disana. Akhirnya ia pun mengambil potongan mata pisau tersebut dan memasukannya kedalam kantung plastik berwarna putih.

"Tempat ini benar-benar memerlukan perawatan," ucap Sai saat berjalan semakin masuk kedalam gudang yang diikuti Shikamaru.

Sai menelisik keadaan gudang milik Tn. Hiroki, sama seperti gudang pada umumnya. Disana terdapat banyak benda-benda yang tidak terpakai dan rusak. Seperti kursi, lemari, dan beberapa perabotan lainnya.

"Ya, tempat ini sepertinya tidak pernah dijamah oleh Tn. Hiroki," ucap Shikamaru menatap langit-langit gudang yang penuh dengan jaring laba-laba.

"Aku memang jarang memasuki tempat ini," ucap sebuah suara yang berasal dari balik punggung Shikamaru dan Sai.

Buagh!!

Belum sempat keduanya berbalik, tiba-tiba saja sebuah balok kayu memukul tengkuk mereka dengan keras sampai keduanya tergeletak tidak sadarkan diri.

"Dasar penyidik payah," ucap Souta Hiroki tersenyum miring saat melihat Shikamaru dan Sai yang tergeletak ditanah, ia kemudian menoleh ke samping kanannya pada seorang pria berbadan kekar yang baru saja memukul Sai dan Shikamaru.

"Pukulanmu ternyata kuat juga," ucap Souta lagi yang hanya dijawab dengan senyum mengejek dari pria itu.

...

Prang!!

Temari dan Hinata baru saja selesai membuat hidangan makan malam saat keduanya mendengar suara gelas pecah yang berasal dari luar dapur.

Untuk beberapa saat, Hinata dan Temari hanya bertukar pandangan satu sama lain.

"Kau mendengarnya?" Tanya Temari yang baru saja meletakkan mangkuk berisi sup miso diatas meja makan.

"Ya," jawab Hinata dengan kedua matanya menatap ke arah pintu masuk dapur.

"Itu terdengar seperti dari ruang tamu," sambung Hinata yang kemudian menoleh pada Temari.

"Ya," jawab Temari menatap Hinata.

"Ayo periksa," ajak Temari yang langsung mendapat anggukkan dari Hinata.

Temari dan Hinata berjalan keluar dapur dengan apron yang masih mereka kenakan, namun, baru saja kedua kaki mereka melangkah keluar, tiba-tiba dari arah belakang ada yang membekap mulut dan hidung mereka dengan kain berwarna hitam yang sudah dicampur obat bius.

Hanya dalam hitungan detik, Hinata dan Temari sudah tidak sadarkan diri.

"Ternyata menangkap penyidik terbaik di Tokyo tidaklah sesulit yang dibayangkan," ucap seorang pria berpakaian serba hitam yang tengah menahan tubuh Temari.

"Kau benar," timpal pria lainnya yang  mengangkat tubuh Hinata.

"Tersisa tiga orang lagi, sebaiknya kita selesaikan ini dengan cepat, jika tidak, maka Tn. Hiroki akan mengamuk,"

"Ya, kita masukkan mereka kedalam mobil terlebih dahulu. Setelah itu, kita urus sisanya," ucap pria yang menggendong Hinata.

"Baiklah,"

Kedua pria itu pun berjalan menuju pintu keluar yang terbuka lebar, tanpa mengetahui jika sedari tadi ada seorang pria berambut kuning tengah mengawasi pergerakan mereka berdua.

I Can Hear Your Step 3Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin