Bab 1

59 28 10
                                    

Delapan tahun sebelumnya

"Kau pasti sengaja membangunkanku kan? Kau tak suka melihat orang lain tidur dengan nyenyak hah?" Ucap Xenon dengan nada tinggi. Cyana yang berusaha menahan amarahnya pun menampar pemuda itu.
"Hebat sekali, bukankah kau sebagai ketua osis enak-enakan tidur sementara anggotamu menjadi pesuruhmu begitu?"
"Mengapa kau sangat suka mencari ribut denganku? Aku ingat sejak awal kau sudah salah paham padaku!"
"Kau mau tahu? Cari tahu saja sendiri!'

Cyana membanting pintu ruangan olahraga dan menuju kelasnya. Disana dua orang sahabatnya sudah menunggu.
"Ada apa ini? Kau ketemu musuh bebuyutanmu itu?" Tanya Nara sahabatnya.
"Hmm ... Kalian tahu dunia sangat sempit. Aku malas berurusan dengannya."
"Sst ...mereka datang." Tegur Tania.
Xenon datang bersama dua orang sahabatnya Diana dan Sammy. Mereka adalah anggota osis yang utama.
"Perhatian seluruhnya pengutipan uang untuk hari guru sudah dimulai dan bisa dikumpulkan ke bendahara kelas dan kemudian disetor ke teman kita  yang cantik Diana ini."
Cyana memalingkan wajahnya ia menatap ke arah jendela agar tak beradu pandang dengan Xenon, sementara Xenon menatapnya lekat. Dan tak lama mereka meninggalkan kelas itu.
"Musuhmu? Kalian bertengkar lagi tadi?" tanya Sammy.

Seluruh sekolah tahu Xenon dan Cyana adalah rival abadi dan mereka bahkan pernah saling mengumpat dan hampir kena skorsing karena itu. Meski mereka memilih perang dingin tetap saja suasana sekitar mendadak membuat bulu kuduk merinding. Apalagi saat keduanya saling beradu pandang.

Selepas bel berbunyi dengan cepat Cyana menuju parkiran mengambil sepedanya. Setiap hari ia menaiki sepeda ke sekolah ayahnya seorang pegawai bank biasa dan ibunya meninggal saat ia masih di sekolah dasar sejak itu ia tinggal bersama ayahnya berdua.

Xenon memperhatikan gadis itu yang seolah tak melihatnya dan langsung pergi dari sana.
"Kau langsung kerja nih?" Tanya Sammy.
Xenon mengangguk. "Aku pergi dulu, para bosku sudah menungguku."

****

"Sayang bangunlah ini sudah pagi," panggil Derriel, ayahnya Cyana. Ia sedang memasak di dapur untuk sarapan putrinya itu.
"Iya Ayah, selamat pagi. Ayah masak apa? Wahh enak sekali." Cyana langsung mengambil ayam goreng dan mengunyahnya.
"Pergilah mandi dan setelah itu sarapan. Ayah akan berangkat kerja."
"Hmm ...''
Tak lama ayahnya sudah bersiap dan lantas mengecup kening putrinya itu dan mengendarai motornya membelah jalanan.

Selanjutnya Cyana dengan riang mengendarai sepedanya membelah jalanan. Ia amat menikmati suasana di pagi hari. Di lampu merah ia melihat sosok yang tak asing, Xenon sedang memegang banyak koran dan menaruhnya di jok motornya.
"Apa yang ia lakukan? Ahh ... Itu bukan urusanku."

Setibanya di sekolah ia melihat Xenon dan dua sahabatnya di parkiran.
"Cyana ..." Kode Sammy.
Xenon memperhatikan gadis itu dan Cyana berjalan seolah tak melihat mereka.
"Mungkinkah kita sudah seperti hantu?"
"Haha ... Jangan berkecil hati setidaknya pagi ini kalian tak bertengkar. Aku dan Diana sudah lelah melihat kalian berdua."
Xenon mengajak keduanya berjalan. Saat melewati kelas Cyana Xenon mencari gadis itu namun tak nampak.
"Mungkinkah para wanita berisik itu dikantin?"

Saat jam istirahat Xenon, Sammy dan Diana berpapasan dengan Cyana dan dua orang sahabatnya.
Diana, Sammy, Tania dan Nara menatap keduanya yang saling bertatapan penuh kemarahan, lantas Cyana melanjutkan perjalanannya.
"Hari ini kau tak cari ribut?" Tanya Tiana.
"Tidak aku bosan bertengkar dengannya anggap saja ia tak ada."
Sementara dua sahabat Xenon juga mengomentari gelagat keduanya.
"Wahh aku kira kalian akan beradu mulut, tampaknya Cyanamu itu sedang malas ribut."
"Cyanaku? Apa maksudmu?"
"Sorry, Cyana Blaire rivalmu maksudku"
"Ia amat tak menyukaiku."
"Begitu juga denganmu bukan?"
"Entahlah."

Sepulang sekolah Xenon langsung bergegas menuju parkiran Cyana dan sahabatnya ada disana. Ia sedang terburu-buru. Maka saat tak sengaja menabrak Cyana ia hanya berjalan tanpa mengubrisnya.
"Kenapa ia terlihat sangat buru-buru?"
"Kau pasti selama ini tak tahu kalau rivalmu itu adalah seorang pekerja keras," ucap Tania.
"Maksudnya?"
"Ini rahasia semua orang. Tetapi banyak yang sering lihat Xenon bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran, ia juga berjualan mengantar koran di hari minggu. Ia membantu ibunya sebab ayahnya lumpuh sejak 5 tahun lalu.'

Cyana hanya diam, namun entah mengapa ia amat penasaran. Ia pun menuju jalan pulang saat tanpa sengaja melihat motor yang ia kenali. Dari kaca restoran itu ia bisa melihat Xenon mengelap meja dan mengantar pesanan sebab restoran mulai ramai.

"Jadi ia bekerja part time. Pantas terkadang ia ketiduran. Ahh sudahlah apa urusanku."
Sepanjang perjalanan pulang Cyana tak bisa melupakan apa yang ia lihat, namun hubungannya dengan Xenon sangat buruk maka ia tak tahu apa yang terjadi dengan pemuda itu.

Marry My RivalWhere stories live. Discover now