Bab 5

13 8 0
                                    

"Maaf saya kurang setuju menurut saya tak mengapa mana yang ingin anda inginkan, sebab keduanya juga penting contohnya buat saya. Terima kasih. Setelah itu Cyana mulai beragumen sementara Xenon terus membantahnya dan tibalah keduanya milai meninggikan suara mereka.
"Kau pasti sengaja menghinaku bukan?" Ucap Cyana emosi.
"Oh ya kau merasa terhina? Baguslab itu  pantas untukmu. "Kau sadar diri bukan?"
"Lihatlah bagaimana tingkah ketua osis ini!"
"Jangan lupa berkaca siswa berprestasi!!'
Cyana mulai melempar berkas dan Xenon membalasnya, suasana semakin tak karuan sebab beberapa teman mereka yang lain mulai mendamaikan.
"Sudahlah !!! Kau memang sangat kurang ajar! Ayo pergi."

Para dewan guru yang melihat lansung memanggil keduanya.
"Apa kalian tak malu?"
"Dia yang mulai Buk," ucap Xenon.
"Sudahlah tulis surat pemohonan maaf untuk ini."
Keduanya mengangguk. Setelah selesai keduanya saling membuang wajah. Sejak saat itu julukan rival abadi mereka semat.

"Kenapa kau tertawa sendiri?" Tanya Hanso.
"Tak apa aku hanya ingat saat sekolah dulu."
"Kau ingat Cyanamu ehh," goda Hanso.
"Ku hanya heran bagaimana ia bisa membenci diriku."
"Apa kau lupa ungkapan Xenon? Bahwa jarak antara kebencian dan cinta amat tipis. Bisa saja hari ini kau membencinya beberapa detik kemudian kau jatuh hati dan mencarintya."

Xenon hanya diam, ia tak mau memikirkan ucapan Hanso meski ia tahu itu tak sepenuhnya salah.
"Kau terlalu banyak menonton drama dari negrimu," sindir Xenon.
"What? Omo, tidak begitu cinggu, aku hanya takut nanti kau menyesal kalau tak menyadarinya."
Xenon menatapnya lekat.
"Aku menyesal? Sudahlah lebih bicarakan soal klien kita sudah berapa yang Blaire Grup rebut."
"Kita masih mereka anggap anak bawang, haha."
"Akan kita buktikan kita tidak demikian kawan. Setelah ini meeka takkan berani memandang kita sebelah mata."
"Aku setuju denganmu. Blaire atau siapapun kita kan melampaui mereka."
Keduanya lantas menyatukan tangan mereka.
"Tosss."
"Oh ya setelah ini kau langsung pulang? Aku akan mengantar Diana dulu."
Xenon mengernyitkan dahinya.
"Ohh, ada apa ini apa ada ya g tak kutahu?"
"Diamlah bocah besar, aku pergi dulu."
"Hmm ...."

Tak lama Diana menghampiri Xenon.
"Kemana Hanso? Dia bilang akan mengantarku?"
"Ke parkiran." Xenon mulai melangkah dan teringat sesuatu.
"Oh ya Diana, Hanso lelaki yang baik." Lantas ia pergi meninggalkan Diana yang masih mematung.

Kau bahkan tak tahu bukan dia yang aku sukai Xenon. Batin Diana.
Sejak sekolah Diana sudah menyukai Xenon. Setelah tamat sekolah komunikasi mereka terhenti hingga suatu hari saat bekerja part time Xenon melihatnya dan memanggilnya.

"Kau apa kabar?"
"Baik kau sudah kembali, apa Sammy sudah mengetahuinya?"
"Aku masih mencari nomor barunya. Oh iya nomorku simpanlah, lain kali aku traktir makan siang."

Diana mengangguk. Saat itu Xenon masih bekerja sebagai karyawan, maka ia tak bisa banyak membantu, namun mereka sesekali saling berkomunikasi, dengan Sammy juga.
Suatu hari saat mereka makan siang Diana mendapat telepon dari rumahnya.
"Ada apa?"
"Ibu jatuh aku harus segera pulang."
"Ayo aku antar."

Setibanya di rumah mereka langsung membawa ibunya Diana ke rumah sakit.
"Kau tenanglah, ibumu takkan kenapa-kenapa."
"Nona apakah anda anak ibu Linda?"
"Benar sus."
"Anda harus menyiapkan biaya administrasinya."
Diana menghela napas, ia tak punya banyak tabungan.
"Kau kenapa? Ayo pakai uangku dulu."

Setelah membayar biaya administrasi Xenon pun izin pulang, sebenarnya saat itu ia tanpa sengaja seolah melihat Cyana di rumah sakit. Karenanya ia berlari ke parkiran.
"Mungkin hanya hayalanku."
Diana mengejarnya ke luar.
"Aku akan membayarnya nanti aku janji."
"Aku akan mencarimu untuk membayarnya nanti. Aku berencana mendirikan perusaahan setahun lagi. Kau mau bekerja denganku?"
Diana mengangguk.

Setelah itu setahun berlalu dan Diana bekerja bersama Xenon dan Hanso dan perasaanya terhadap Xenon semakin dalam, meski sejak sekolah ia mencurigai sesuatu dan ia tak pernah mengungkapkannya kepada Xenonmaupun yang lain.

****

"Nak Xenon sehat?" Sapa ibu Diana sore itu. Ia dan Hanso singgah sebab Diana bercerita ibunya sedikit sakit.
"Sehat ibu."
Hanso memberikan buah kepada wanita itu.
"Gomawo Hanso."
"Wah ibu sudah bisa bahasa korea," goda Hanso.
"Ibu kan suka lihat drakor, Diana juga, sampai ibu berpikir apakah Diana akan menikahi orang korea."
Hanso dan Diana jadi salah tingkah karenanya. Xenon sendiri malah menggoda keduanya.
"Aku sebagai atasan sih stuju bu."
Berbeda dengan Hanso yang bisa melihat raut wajah Diana yang berubah.
"Ya sudah makan malamlah dulu."
Kedua pemuda tampan itu mengangguk.
"Oh ya sejak terakhir kita bertemu Cyana mengapa kita tk pernah lagi bertemu dengannya?"
"Mengapa tiba-tiba kau membahas soal Cyana?"

Marry My RivalWhere stories live. Discover now