Bab 7

11 6 0
                                    

Xenon tak percaya apa yang dilihatnya di club malam itu. Cyana ada dihadapannya sedang minum seorang diri.
"Astaga apa yang dilakukannya disini?"
Xenon hanya tersenyum memandangi makhluk cantik yang mulai mabuk itu. Saat beberapa lelaki mulai mendatanginya dengan cepat Xenon berlari.
"Sayang, maaf aku lama?"
Antara sadar dan tak sadar Cyana menatap pemuda di depannya.
"Xenon Oliver Harberth! Huh sial hari ini aku di depak dari posisiku dan bertemu denganmu!" Umpatnya.
"Apa? Kau di depak dari kantor?"
"Bukan urusanmu kau pergilah. Aku ingin sendiri, hari ini aku tak punya siapapun, kemarin juga, esok juga."

Entah mengapa perkataan Cyana membuat Xenon sedih. Ia menarik tangan gadis itu agar berhenti minum.
"Berhentilah aku akan mendengarkanmu dan menjadi temanmu."
"Apa ?" Cyana tertawa teebahak. "Xenon kau yang mabuk atau aku?"
"Sepetinya kita berdua mabuk."
"Tidak ... tidak ... tidak, aku tak mau dekat denganmu!!!
"Mengapa kau tak mau dekat denganku?" Kini mata mereka slaing bertaut, Cyana mendekati mata indah Xenon.
"Kau sangat tampan, wajar banyak yang menggilaimu dulu. Namun kau sangat jahat padaku."
"Bukankah kita rival, mengapa kau heran aku jahat padamu?"
"Itu dia wajahmu tak selaras dengan sikapmu. Kau tahu dulu matamu seakan keluar saat melihat aku."
"Kalau sekarang?" Xenon mendekati wanita itu.

Cyana menyetuh alis, hidung dan mata itu.
"Kalau sekarang seakan kau berkata kau menyukaiku. Haha tak mungkin kau menyukaiku kan?"
"Ayo kita menikah Cyana."

Cyana yang mendengarkan itu seketika ia pun terjatuh pingsan. Dengan cepat Xemon menahannya. Lantas ia mengangkat tubuh itu.
"Xenon!!' teriak Hanso.
"Nanti aku telepon."

Kemudian dia memasukkan Cyana ke mobilnya. Gadis itu masih tak sadarkan diri saat Xenon kembali menganggkatnya ke ranjang.
"Astaga, dimana rumahmu. Mengapa kau berani sekali keluar minum sendirian?"

Xenon sengaja membawanya ke hotel agar tak ada tetangganya yang melihatnya membawa seorang gadis, lagi pula pelayannya akan bertanya dan terkejut melihatnya membawa seorang wanita.

Ia melepaskan heels Cyana dan menidurkannya di ranjang. Otak kotornya tiba-tiba bekerja, namun dengan cepat ia menepisnya. Saat dilihatnya Cyana kesulitan karena pakaiannya ia pun hanya bisa mengumpat.

"Mungkin keputusanku membawanya kesini adalah sebuah kesalahan." Mau tak mau ia pun harus membuka pakaian gadis itu. Ia berulangkali memejamkan matanya agar tak melihat sesuatu yang tak pantas. Ia tak mau merubah kesepakatannya dengan Cyana menjadi permusuhan yang semakin mendalam jika ia melewati batasannya, meski sebagai pria normal ia hanya bisa berulang kali mengumpat kesal.

"Akhirnya, ini lebih sulit daripada memenangkan tender." Setelah ia lihat Cyana tertidur pulas, ia menyelimuti gadis itu.
"Lihatlah betapa manisnya ia, ahhh, apa yang ku pikirkan ayolah Xenon, sudahi naluri kotormu itu."

Selanjutnya ia menuju kamar mandi dan selanjutnya ia merebahkan tubuhnya di sofa. Pikirannya masih terpaut pada wanita cantik yang berada tak jauh darinya itu. Tentu Cyana membutuhkan bantuannya dan ia pun dengan senang hati membantu Cyana meski ia tak tahu apa sebabnya. Ia hanya tak ingin kehilangan kesempatan untuk dapat berinteraksi dengan Cyana dan tak lagi kehilangan jejak wanita itu.

"Semestinya tadi aku merekam ucapannya? Ahh kenapa aku mendadak bodoh. Bagaimana jika ia esok mengelak? Tetapi tak apa ia takkan bisa lari dari seorang Xenon kali ini. Karena aku akan mengejarnya meski kemanapun ia bersembunyi. Aku takkan melepaskanmu Cyana. Takkan."

Pemuda tampan itu tersenyum kecil. Ia mengambil tuxedonya dan menutup tubuhnya, ia amat kedinginanan. Ac di ruangan itu ia kecilkan dan ingin rasanya ia memeluk Cyana jika saja ia kehilangan akal sehatnya. Tentu berada dalam selimut dan dekapan wanita secantik Cyana adalah impian banyak pria. Berbeda dengannya yang tak ingin merusak wanita itu sebab meski mereka adalah rival, ia menghormati wanita itu sebagai saingannya dalam urusan bisnis.

Kembali ia ingat setelah pertemuannya dengan Cyana dan opanya waktu, ia sempat berberapa kali bertemu Cyana di berbagai tempat. Mulai dari kafe, acara temu pengusaha maupun makan malam bersama para klient. Dan seperti biasa Cyana selalu dingin, ia bahkan menunjukkan sikap seolah tak melihat Xenon, Xenon hanya menatapnya dari kejauhan. Ia tahu Cyana tak mau mencari ribut dengannya. Maka ia pun hanya bersikap biasa, meski sesekali ia tahu Cyana kedapatan melirik kearahnya.

Xenon berdiri menatap wajah pulas itu. Ia mendekati wajah itu, menatap dari jarak begitu dekat mata itu, alis itu, bibir itu, dan ia terpaku disana.
"Apa yang akan kau lakukan setelah ini Cyana? Aku penasaran apa isi kepalamu itu." Rambut yang tergerai itu menambah indah pemandangan malam itu.
"Kau sangat cantik, juga cukup gila," gerutunya. Ia kembali ke sofa dan mencoba memejamkan mata, namun belum juga berhasil. Ada pesan Hanso yang masuk namun ia mengabaikannya dengan sengaja.
"Anak itu sangat kepo," gumamnya dengan senyuman liciknya.

Marry My RivalWhere stories live. Discover now