Bab 10

7 5 0
                                    

Cyana menghirup udara melewati jalanan senggang kota Wellington. Mobil itu sengaja diturunkan atapnya. Cyana amat menikmati suasana itu.

"Kau terlihat sangat bahagia sepupuku?" Komentar Fizy saat dilihatbnya Cyana begitu bahagia.
"Tidak bisakah kau lihat sepupumu ini bahagia?"
"Ok ok silakan. Oh ya mengapa kau tak mengabari kami sebelumnya?"
"Surprice ..."
"Really? Sepertinya kau ada masalah berat. Aku sudah dengar kabar di perusahaan. Aku sangat kesal dengan paman dan tante," ucap Fizy.

Saat mendengar apa yang dilakukan oleh kedua kakak dan adiknya Razie benar-benar emosi.
"Bagaimana bisa mereka memperlakukan keponakan mereka dengan begitu jahatnya? Apa mereka lupa kak Derriel adalah kakak mereka, orang-orang itu hanya berambisi pada harta papa," ucap Deriel geram. Istrinya, Bianca mendekatinya.

"Sabar sayang, saat ini kita mintalah Cyana kemari, agar ia jauh dari keluargamu yang beracun itu."
"Aku akan meminta Fizy meneleponnya nanti."
Istrinya mengangguk, ia paham alasan suaminya memilih tinggal di Wellington karena tak mau bertengkar perihal harta warisan. Razie memilih untuk merintis usaha di Selandia Baru dan menjauh dari kekuarganya, terlebih kakak dan adiknya juga tidak terlalu menyukai Bianca karena berasal dari keluarga biasa, ayah Bianca hanya seorang dosen sederhana dan tentu tak sebanding dengan keluarga Blaire yang kaya raya. Beruntung Bianca memiliki mertua yang baik hati, Federal tak pernah mempermasalakan latar belakangnta swbab ia pernah kehilangan putranya dan ia tabu menikah dengan wanita biasa.

"Biarkan saja mereka," sahut Cyana.
"Apakah kau akan membalas mereka?"
"Tentu, sediaknya aku akan membuat mereka sadar apa artinyapenderitaan itu."
"Wah, sepupuku kau tampak menakutkan, mama dan papa akan senang melihatmu."

Tak lama mereka tiba di rumah kediaman Razie. Rumah itu berada tak jauh dari pantai dan Cyana selalu bahagia liburan disana.
Bianca langsung memeluknya saat ia tiba.

"Are you ok, dear?" Ia bisa melihat Cyana seolah belum tidur.
"I miss you aunty, dimana uncle?"
Tak berapa lama Omnya itu pun muncul. "Kau tiba sayang?"
Cyana langsung menghambur ke pelukannya.
"I miss you so," rengeknya.
"Kami merindukanmu juga. Kau tak usah cemas kami ada di pihakmu. Kami akan mendukungmu dear," ucap Razie.
"Thank you all," ucap Cyana dengan mata berkaca-kaca.
"Yasudah Fizy antar sepupumu keatas mama masih siapkan makan malam kita, nanti mama panggil."

Keduanya pun memgangguk. Fizy mengantar sepupunya keatas.
Saat melihat pantai Cyana tersenyum. "Esok temani aku kesana ya?"
"Sepulang kerja ok," ucap Fizy.
"Huh sok sibuk, oh ya aku lihat halaman belakang dan semuanta dirapikan, apa akan ada acara?"
"Akan ada pesta menyambut pembukaan cabang papa di kota sebelah. Nanti kita harus berdandan cantik, banyak pemuda tampan disana."
"Kau yakin? Paling seusia papamu, haha."
"Kau ini," umpat Fizy dan melempar bantal, dengan cepat Cyana menghindar.
"Tak kena," ejeknnya.
"Awas kau ya!!" Fizy berlari mengejarnya hingga mereka tiba di bawah.
"Astaga kenapa kalian berdua bermain di dapur, sana nonton tv, agar makan malam kita cepat siap," ucap Bianca tak habis pikir.
"Aunty lihat anak aunty yang suka sekali menggangguku kan?"
"Ma, bukan aku tapi, dia awas kau Cyana."
Mereka memjadikan Bianca sebagai penghalang.
"Cukuuuppp ..." Pekik Bianca.
Keduanya pun terdiam.
"Ayo bantu Aunty Cyana."

Cyan pun mengangguk, lantas ia memotong buah dan menaruhnya di nampan. Dan menaruhnya di meja makan. Sementara Fizy menyiapakan minuman mereka.

"Pa, ayo makan," teriak Bianca.
"Wah, sudah siap, apa yang ribut twdi?"
Fizy dan Cyan saling bertatapan.
"Anak dan keponakanmu bermain diantaraku tadi."
"Astaga benarkah, sudah lama om tidak lihat."
"Papa," ucap Bianca.
Razie malah tersenyum, ia sangat memaklumi kedua gadis itu. Sejakdulu mereka suka begitu. Tak bisa ia bayangkan kalau mereka akan menikah sebentar lagi.
"Kalian memang harus berubah, mana tau tiba-tiba kalian dilamar kan?"
Cyana tersedat mendengarnya.
"Pelan-pelan dear," ucap Bianca.
"Thank you Aunty."
"Mungkin akan ada yang menikah," sindir Fizy. Cyana memelototinta.
"Astaga sayang, apakah kamu?"
"No Mom, mungkin Cyana."
Kedua orang tua Fizy menatap Cyana.
"Kau harus peekenalkan pada om dulu," ucap Razie.
"Fizy hanya bercanda aunty, uncle, jangan dianggap serius."
"Iya tetapi tetap saja, kmi akan memastikan kau menikah dengan pria baik- baik ya kan pa?"
"Tentu, bukankah Om yang akn menjadi walinya nanti?"

Ingin rasanya Cyana menangis karena terharu akan perhatian dan kasih sayang dari Razie, mereka selalu memperlakukannya dengan baik, saat merindukan ayah dan ibunya biasanya ia akan menelepon keduanya.

*****

"Kau tak mengabari akan datang?" Tanya Sammy saat menjemput Xenon di bandara. Pagi tadi sahabatnya itu mengabarkan kedatangannya.
"Aku sudah cerita singkatnya, intinya aku mengejar gadis itu."
"Wah, kau terobsesi dengan Cyana rupanya?"
"Aku hanya kesal, beraninya ia menghindariku."
"Kau kesal atau kesal? Aku rasa kau jatuh hati padanya bahkan sejak sekolah."
"Aku? Kau pasti beecanda," ucap Xenon dengan setengah mengejek.

Marry My RivalWhere stories live. Discover now