REDFLAG - 15

1.9K 148 7
                                    

REDFLAG - 15

Sapphire sangat suka mencari makanan di sekitar apartemen Raven. Bergandengan tangan dengan pakaian santai, berjalan menikmati udara segar sambil bergandengan tangan.

Sepanjang dia berjalan, toko-toko berjajar menawarkan berbagai macam makanan, pakaian, aksesoris, jasa dan lain sebagainya.

Hal sederhana yang dia inginkan di tengah riuhnya ibukota. Keluar rumah tanpa harus menggunakan kendaraan, tanpa harus bernaung dengan polusi serta macet dan tidak bisa menikmati sekitar dengan santai.

Di satu sisi, pekarangan rumah Sapphire jauh dari kebisingan kota. Hidup tenang dan damai. Namun, kadang dia bosan. Sesekali ingin seperti orang lain.

Memiliki Raven adalah hal yang terindah dalam hidupnya. Kerap kali meminta pada Raven untuk tinggal bersama sementara waktu. Sapphire sedang bosan di rumahnya yang megah dan super lengkap namun bagai penjara yang dingin. Hanya dia sendiri, merasa kesepian.

"Sayang," gumam Raven dengan suara berat. Dia membiarkan Sapphire berada di atasnya. Gadis itu tengah sibuk mencumbuinya, meremas rambutnya dan menghisap bibirnya.

Berbeda dengan Sapphire. Raven mencari seribu alasan agar Sapphire mengurungkan niatnya untuk tinggal bersama. Raven tidak bebas. Selain itu, Sapphire menyiksa Raven.

Seperti saat ini, Raven hanya pasrah. Sapphire enggan menyudahi permainan itu. Dia sangat senang bercumbu dengan Raven. Bermanja-manja dengan lelaki itu, dan tanpa sadar menyiksanya.

Bagi Raven, kebersamaan yang terlalu lama akan membosankan. Setelah Sapphire puas bermain di luar, mereka akan pulang dan melanjutkan bermesraan.

"Bentar lagi, aku mau cium kamu lagi." tolak Sapphire enggan turun dari atas Raven.

"Kamu nggak lapar?" tanya Raven mengingatkan. Mencengkeram paha Sapphire di kedua sisinya.

"Belum, sekarang masih jam empat." jelas Sapphire sambil menegakkan badannya.

"Katanya mau jalan-jalan," cibir Revan pura-pura sebal.

Sapphire menyengir lebar. Menimpa kedua tangan Raven dari sisinya dan saling mengisi ruas-ruas jari. Raven membawa tangan Sapphire sejajar dengan dadanya, membuat gerakan acak lalu mengecup punggung tangan gadis itu.

"Nasi ayam yang waktu itu sudah buka?" tanya Sapphire sambil mengerutkan dahi.

"Udah,"

"Jam berapa bukanya?"

"Dari siang,"

Sapphire tidak percaya, menyipit curiga jika Raven sedang mengerjainya. "Waktu itu belum buka,"

"Waktu itu libur,"

Manggut-manggut sambil berdeham panjang. Ingatan Sapphire kembali beberapa minggu lalu, mereka membeli ayam bakar di sebuah restoran. Sapphire menyukainya, lalu mengajak Raven mampir di hari selanjutnya.

Sayangnya tutup, Sapphire kecewa. Dia sangat ingin makan ayam bakar yang telah dia putuskan salah satu makanan kesukaannya.

"Ayo kita makan di sana." ajak gadis itu bersemangat.

Dia menunduk untuk mencium Raven. Lelaki itu melepaskan tautan tangan mereka, menerima ciuman Sapphire sambil memeluk erat.

Mereka sibuk bercumbu, Raven bergerak menjadikan Sapphire di bawahnya. Bunyi decapan ciuman itu terdengar jelas mengisi kamar.

Raven sangat ahli berciuman, Sapphire candu. Berciuman menimbulkan getaran-getaran listrik di antara mereka berdua.

Sapphire merintih, tangan Raven entah sejak kapan berada dibalik pakaiannya sedang memijat dadanya lembut. Memilin ujungnya dan memberikan sensasi panas yang mengikis kewarasan Sapphire dan membuat napasnya naik turun kasar.

REDFLAG Where stories live. Discover now