4. Hujan Kedua

23 13 36
                                    

Riri sampai di rumah dengan keadaan kacau luar biasa. Kalau ada orang lewat yang mengira Riri gembel juga sebenarnya tidak aneh sama sekali.

Sebenarnya, adalah sebuah mukjizat dia bisa kembali ke rumah setelah 'lupa' di mana rumah barunya. Setelah menikah lagi, Papa menjual rumah lama mereka dan membeli rumah ini.

Riri terlihat lelah. Rambutnya kusut dengan seragam basah dan berlumpur. Mata Riri masih saja merah karena semalam tidak bisa tidur, tubuhnya gemetaran karena basah dan lupa makan.

Tukang ojek yang tadi mengantarnya kembali menolak uang yang Riri berikan. Katanya, sudah ada yang mengongkosi Riri.

Saat Riri bertanya siapa, tukang ojek itu hanya berkilah. Ngeles. Tukang ojek itu seolah enggan sekali membocorkan siapa.

"Ada tadi orangnya. Gak mau disebutkan siapa." Begitu kata Tukang Ojek itu sebelum akhirnya menarik gas motornya dan melaju.

Riri melongo. Ada-ada saja kehidupan mempermainkan mereka di saat susah.

-o0o-

"RIRI!"

Telinga Riri rasanya berdengung saat mendengar teriakan itu. Kepalanya sudah pusing, melihat orang ini rasanya lebih pusing lagi.

"Kamu dari mana saja coba? Astaga! Kamu guling-guling di tanah atau gimana? Kamu ini bukan anak kecil lagi, loh, ya! Dea aja gak kayak kamu!"

Riri ingin sekali menutup telinganya lalu berlari ke kamar. Namun, kalau orang ini tidak didengarkan, papanya akan marah.

Riri mau marah juga rasanya.

"Dari makam Mama." Hanya itu jawaban Riri lalu berusaha kembali ke kamarnya.

Ah, lebih tepatnya. Kamar dia dan adik tirinya.

-o0o-

Dea Amalia adalah nama adik tirinya. Anak kecil umur delapan tahun yang masih duduk di kelas dua sekolah dasar.

Dea adalah anak yang baik? Tidak juga. Beberapa kali anak itu membuang barang-barangnya.

Pernah sekali Dea 'tanpa sengaja' menghilangkan kalung Riri dari Mama. Sebagai balasannya, Riri memotong rambut Dea di malam hari saat dia tidur lalu membuang seluruh bukunya.

Sebagai balasannya, Riri dicaci maki ibu tirinya dan ditampar dua kali oleh Papanya. Saat melihat Dea, Riri mencubit lengannya sampai biru.

Siklus itu terus berulang. Begitu-begitu saja. Riri babak-belur, Dea juga ikut menderita.

Semua gara-gara papanya yang aneh dan mau menikah lagi. Ibu tirinya juga, "perempuan gatal," kata Shasha saat memakinya.

Ibu tirinya bernama Ayu. Namanya, sih, berarti cantik. Namun, Ayu yang ini tidak ada cantik-cantiknya sama sekali.

Ayu pernah mencaci-maki mamanya Riri. Besoknya, semua skincare dan make up-nya dibuang Riri ke selokan.

Ayu pernah bilang kalau masakan mamanya Riri tidak enak. Malamnya, Riri menumpahkan semua garam yang bisa dia temukan ke makan malam mereka.

Itu kejadian dua hari yang lalu. Begitulah ceritanya Riri tidak diberi makan selama dua hari.

Sesampainya di kamar, Riri menghela napas. Ada Dea di sana sedang asik menggunting sesuatu yang tidak Riri ketahui itu apa.

November RainWhere stories live. Discover now