02-War

248 33 5
                                    

TW : Blood, War, Death

Theola telah kehilangan setengah jumlah pasukannya di tangan para Aquatopia. Suara dentingan besi berlumuran darah itu semakin berkurang waktu demi waktu. Namun tidak menyurutkan semangat para prajurit untuk berjuang demi tanah air masing-masing dari mereka.

Di tengah padang yang luas, di tengah banyaknya prajurit yang saling adu kekuatan itu, pangeran Norawit juga tengah beradu kekuatan dengan sang raja Aquatopia, kekuatan raja Atthapan itu tidak bisa diremehkan walaupun usianya jauh berada di atas pangeran Norawit. Sang pangeran kewalahan, tetapi semangatnya tidak luntur.

"Melihat nafasmu yang terengah, yang mulia menyerahlah saja," Komentar pangeran Norawit menantang sambil terus mengadu pedangnya dengan raja Atthapan.

Sebaliknya, sang raja justru terus menyerang, tenaganya yang hilang setengah itu kembali penuh, "Tidak! Aku lebih baik mati daripada tanah kelahiranku direnggut!"

"Kalau begitu, kau ingin mati,"

Pangeran Norawit adalah pangeran yang tak punya hati, namun ia masih menaruh belas kasih kepada pada omega. Tetapi jika omega yang ia hadapi seperti raja Atthapan, maka pangeran Norawit akan memperlakukan sang raja omega seperti raja-raja lainnya.

Gerakan pedang dan tubuh yang ia pelajari dari peperangan satu ke peperangan lainnya itu sangat membantu sang pangeran untuk meminimalisir luka yang tercipta pada tubuhnya. Dan sebaliknya, raja omega di depannya justru berada dalam keadaan sekarat dengan luka tusuk dimana-mana, namun raja tetap berusaha memperjuangkan tanah kelahirannya sampai titik darah penghabisan.

Hingga matahari hampir terbenam, sang pangeran berhasil mengulur waktu, kekuatan raja telah habis, raja telah lengah tanpa pengawasan pangeran mahkota Aquatopia ataupun panglima perang. Saat waktu-waktu terakhir, raja terkulai lemas di tanah, dengan tubuh mengenaskan, hanya nafas terengah yang tersisa di sana.

Pangeran Norawit menginjak perut raja, ia tersenyum angkuh, "Apa ada kata-kata terakhir, yang mulia?" Tanyanya seraya tersenyum miring.

Raja merintih, "Kalian, bajingan! Ayahmu seorang penghianat!" Begitu kata raja sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Peluit ditiup seiringan dengan bendera kebanggaan Aquatopia berwarna biru laut itu diturunkan dari sisi bendera merah darah milik Theola yang tetap berkibar di udara. Pertanda buruk, bagi rakyat Aquatopia.

Sang raja telah gugur, Aquatopia telah ditaklukan.

"AYAH!" Seru pangeran Nattawat begitu mengetahui sang ayah telah tiada. Ia berlari tak tentu arah, menginjak jasad prajurit di medan perang untuk mencari keberadaan sang ayah, yang telah mati di tangan pangeran Norawit yang kejam itu.

Kematian sang raja tentu berdampak besar bagi Aquatopia. Raja Atthapan adalah raja yang disukai para rakyat, Aquatopia berada di dalam masa kejayaan saat raja Atthapan memimpin, rakyat sangat kehilangan raja kesayangan mereka. Kematian sang raja adalah kiamat terbesar daripada kekalahan Aquatopia itu sendiri.

Tangisan mengiringi penghormatan terakhir raja dari para rakyat. Tak terkecuali panglima perang dan para menteri. Jangan tanyakan keadaan sang pangeran mahkota, omega itu telah kehilangan hidupnya, rasanya tak ada lagi yang bisa ia lakukan ketika sang ayah telah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Kematian seorang kesatria itu sudah biasa," Tutur pangeran Nattawat lirih, "Tapi kenapa ayah pergi secepat ini, Arun?" Lanjutnya. Tubuh sang pangeran lunglai tak bertenaga sehingga panglima Arun harus merangkulnya selama prosesi penghormatan terakhir raja Atthapan, "Arun, aku belum siap, harus apa aku?"

Sedangkan Arun tak tahu harus menjawab apa, keadaan pangerannya sungguh tak berdaya. Raja adalah kesayangan pangeran, kepergian raja begitu berdampak bagi seluruh kehidupan sang pangeran, begitupun Aquatopia.

***

"Sekarang Aquatopia telah jatuh ke tangan Theola, maafkan aku karena tak cukup melindungi raja, maaf... maafkan aku..." Pangeran Nattawat berlutut meminta maaf di depan para rakyat yang menjadi korban. Sang pangeran tak tahu apa yang akan terjadi ketika Theola yang memimpin mereka nanti. Keluar dari Aquatopia pun percuma. Hanya ada pilihan mati daripada berada di bawah Theola yang sepertinya hendak menjajah.

Seluruh Aquatopia berkabung, hilang arah semenjak kepergian raja dan Theola mengumumkan kepemimpinan mereka. Bahkan pangeran Nattawat tidak keluar kamar dan memakan makanan apapun selama berhari-hari.

"Sudah kubilang, tinggalkan aku sendiri, Arun-"

"Tidak ada panglima Arun di sini,"

Derap langkah yang mengganggu pendengaran pangeran Nattawat itu kian mendekat, sang pemilik kamar yang tengah merenung di jendela itu tak memiliki tenaga untuk sekedar menoleh. Biarlah ia mati sekarang, daripada melihat rakyatnya terluka, pikirnya.

Sosok di belakang pangeran Nattawat itu duduk sejajar dengannya lalu meletakkan sepiring makanan yang pelayannya sediakan, ia berkata dengan lembut, "Kau belum makan selama berhari-hari, jika itu orang lain, maka ia akan mati-"

"Biar aku mati, sudah tak ada gunanya aku hidup kalau rakyatku menderita," Potong omega itu dingin.

Lalu pria di belakangnya membelai bahu pangeran Nattawat, namun langsung ditepis oleh sang pemilik tubuh, "Jangan berani kau menyentuhku dengan tangan yang telah membunuh ayahku!" Peringat pangeran Nattawat yang langsung beranjak mengambil pedangnya dan mengarahkannya pada sosok tersebut.

"Menjauhlah, pangeran Norawit!" Desis omega itu ketakutan, tangannya bergetar memegang pedang, antara ketakutan dan ia yang belum makan selama berhari-hari.

Pangeran Norawit melangkah maju, "Pangeran, bukan begitu-"

"Tetap berada di tempatmu, pangeran,"

"Nattawat..."

"TOLONG!"

Seruan dari dalam kamar pangeran membuat penjaga di luar kamar itu bergegas masuk untuk memeriksa keadaan kedua pangeran yang ada di dalam ruangan tersebut. Nampak pangeran Nattawat yang menodong pangeran Norawit dengan tubuh gemetaran yang akhirnya jatuh pingsan.

"Panggil tabib! Cepat!"

Pangeran Norawit lalu menggendong omega yang ringan itu ke ranjang, memindahkan tubuh lemah itu dan menunggu tabib dengan cemas.

"Tunggu! Mengapa aku khawatir?" Gumam pangeran menyadari sesuatu, kemudian ia pergi keluar kamar tanpa menunggu tabib yang akan memeriksa keadaan Nattawat.

Pangeran tersebut pergi ke kamar raja terdahulu yang kini ditinggalinya sementara sebelum ia kembali ke Theola. Pangeran Norawit menenangkan dirinya sendiri, "Aku hanya harus memaksa pangeran Nattawat untuk menikah denganku, bukan merawatnya dengan kasih sayang," gumamnya pada diri sendiri.

"Sepertinya es batu telah mencair," Ujar Panglima Pakin dengan wajah percaya diri memasuki kamar sang pangeran.

Panglima Pakin adalah sahabat kecil pangeran Norawit, putra dari penasehat raja Theola saat ini, Pakin adalah orang terdekat Norawit hingga saat ini, melebihi para istri Norawit di Theola sana.

Norawit melirik tajam sahabatnya, "Apa maksudmu?!" Tanyanya ketus.

"Kau tidak bisa menyembunyikan apapun dariku, pangeran," Ujar Pakin lalu duduk di kursi yang berada di dekat jendela, "Kau telah jatuh cinta padanya saat di dalam peperangan itu, kan?" Tebaknya yang dijawab benar oleh hati Norawit, namun tidak oleh pikiran pangeran tersebut.

Tapi Pakin adalah Pakin, beta itu hapal betul bagaimana perangai sang sahabat, "Makadari itu kau tidak langsung membunuh raja Atthapan, dan menyerahkan Aquatopia kepada raja, tapi justru kau meminta untuk mengurus Aquatopia sendiri di sini," Lanjutnya, "Kau belum pernah melakukan ini semua, bahkan kepada Putri mahkota, istri pertamamu yang kau agungkan,"

Norawit terdiam mencerna kalimat yang Pakin lontarkan kepadanya. Pakin benar, ia bahkan tak pernah mengantarkan makanan kepada siapapun melalui tangannya sendiri.

"Kau benar, Pakin. Aku jatuh cinta,"
















Bersambung

The Aquatopia [GeminiFourth]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang