12-Pangeran

246 38 4
                                    

Nattawat terperenjat ketika mendengar pengumuman kehadiran pangeran Norawit di kamarnya, omega itu tengah duduk termenung di dekat jendela, memandangi langit malam yang penuh bintang.

Segera Nattawat memberi salam untuk alphanya, menyambut Norawit tanpa minat sama sekali, "Salam pangeran, selamat datang," Sapa Nattawat ramah, hanya sebagai penggugur kewajiban tata kramanya sebagai omega dari Norawit.

Yang lebih tua mengerutkan keningnya, "Kau tidak berdandan?" Tanya Norawit mengamati pakaian Nattawat yang bersiap hendak tidur tanpa memperindah diri dan memakai wewangian.

Mendengar pertanyaan sang alpha, Nattawat ikut bingung, "Untuk apa aku berdandan, Yang Mulia? Apa ada acara di jam larut seperti ini?" Tanyanya kembali.

Norawit menggeleng, "Tidak, maksudku... aku sudah memberitahukan pada pelayanmu jika aku akan berkunjung dan menginap di kamarmu malam ini, apa kau tidak berdandan untuk alphamu?" Tanya Norawit lagi dengan lebih jelas.

Percaya diri sekali! Rutuk Nattawat dalam hati.

Lantas Nattawat tertawa kecil, "Aku bukan istri atau suamimu yang lain, yang semangat mempercantik diriku karena mendapat berita kau akan menghabiskan malam bersamaku," Ujar Nattawat penuh ejekan, "Kau sudah menikahiku, aku menerima kau yang telah membunuh keluargaku, seharusnya kau juga menerimaku apa adanya yang seperti ini, tanpa berdandan ataupun memakai wewangian di malam hari," Lanjutnya dengan nada mengejek.

Yang lebih tua menghela nafas lelah, tidak habis fikir dengan isi kepala si omega yang berparas indah tersebut. Pasalnya, berbeda dengan istri atau suaminya yang lain yang berbenah diri dan menyambut pangeran dengan hangat, Nattawat justru bersikap seolah-olah kedatangan suaminya bukanlah apa-apa.

"Apa kau tak menganggap serius alphamu sendiri? Kenapa kau tidak menyambutku?" Norawit sedikit murka.

Dan Nattawat semakin terkekeh geli, ia berjalan menuju ranjangnya melewati sang alpha begitu saja, "Dari awal, pernikahan kita adalah berlandaskan politik dengan perjanjian antarkerajaan, bukan?" Papar Nattawat lalu meminum susu kacang yang telah disiapkan pelayannya untuk di minum sebelum tidur, "Hari pernikahan kita juga dilaksanakan tepat saat awal periode eterus kita, sehingga malam itu kebetulan saat malam pertama kita hal itu terjadi, anakmu di dalam perutku sekarang, padahal kita tidak saling mencintai, bukan?" Lanjut Nattawat.

Sedangkan Norawit berdiri di dekat ranjang tanpa bicara sepatah kata pun, karena semua yang di katakan Nattawat benar adanya.

Nattawat bersiap untuk tidur, selimut telah terpasang rapi pada tubuhnya, "Jika kau mengharapkan perlakuan istimewa saat datang ke kamar pasanganmu, pergilah ke kamar lain. Tapi jika kau ingin tidur denganku malam ini, maka cepatlah tidur, aku harus istirahat cukup untuk menjaga bayimu tetap sehat,"

Norawit tertohok, perkataan Nattawat begitu tajam melukai harga dirinya. Tidak, Norawit tidak terima diperlakukan seenaknya oleh omeganya sendiri, itu melukai harga dirinya.

Maka segera Norawit menyibak kasar selimut Nattawat, "Bangun! Kau pasanganku, seperti yang lainnya kau juga harus melayaniku!" Sentak Norawit memaksa Nattawat untuk duduk.

"Tidak!" Balas Nattawat sengit, "Aku mau tidur!"

Namun Norawit apa peduli? Ia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Norawit mulai menyentuh kasar omega yang tengah berusaha untuk tidur itu, "Bangun! Kau harus melayaniku malam ini!" Tegas Norawit.

Nattawat yang tidak terima itu menggeram marah, menampar wajah alpha kurang ajar yang berstatus suaminya itu, "Kurang ajar! Apa kau tidak diajarkan tentang menghormati pasanganmu sendiri, hah?!" Dadanya kembang-kempis, wajah Nattawat merah padam karena amarah yang memuncak.

Keduanya berhenti, bersitatap dengan suasana sengit dan tidak menggambarkan kehangatan sama sekali. Norawit dengan egonya, dan Nattawat dengan harga dirinya.

"Kau tahu? Jika kau bertindak lebih, aku akan menghancurkan harapan Theola," Desis Nattawat di depan wajah Norawit penuh amarah, lalu tangannya meraih belati yang selalu tersimpan di meja kecil di samping ranjang Nattawat, "Akan aku lenyapkan nyawaku sendiri dan janin ini, dan kau yang harus bertanggungjawab," Ancamnya serius.

Norawit membelalak, ia mengambil belati tersebut dan membuangnya ke sembarang arah, "Jangan gila! Kau dan janin itu adalah harapan kita semua! Kau tidak boleh melakukan hal tersebut!" Sentak Norawit ketakutan, air wajahnya berubah menjadi panik dan ketakutan.

Melihat reaksi tersebut, Nattawat tersenyum puas, ia merasa telah menemukan sesuatu yang bisa mengendalikan pangeran tersebut, setidaknya sampai anak ini lahir, alpha tersebut tidak akan menyentuhnya tanpa izin.

Nattawat kembali dalam posisi hendak tidur, mengabaikan Norawit yang masih terdiam, "Aku mengantuk, jika kau ingin tidur di sini, jangan berbuat macam-macam dan tidurlah,"

***

Pagi yang cerah dengan jadwal Nattawat untuk meditasi dengan pembimbingnya yang secara khusus dipanggil Luna untuk kesehatan omega dan janinnya. Di bawah sinar matahari yang belum terlalu panas, Nattawat dengan tenang mengikuti arahan, membuat sedikit banyak pikirannya menjadi lebih tenang.

"...sudah selesai, pangeran omega, sekarang anda bisa kembali beristirahat atau melanjutkan aktivitas anda," Titah sang pembimbing dengan sopan.

Nattawat tersenyum mengangguk, setelah mengucapkan terima kasih, pelayan Nattawat sudah bersiap di sampingnya untuk melayani kebutuhan Nattawat, dan juga membacakan jadwal selanjutnya dari pangeran omega.

"Pangeran, setelah ini ada acara minum teh di istana khusus, kali ini hanya ada istri, suami, dan selir pangeran mahkota, apa anda berkenan untuk ikut?" Tanya sang pelayan penuh ragu, "Saya harap, anda berkenan untuk bergabung, karena semenjak pernikahan anda dengan pangeran mahkota... anda selalu menolak acara ini," Cicit sang pelayan.

Mendengar hal tersebut, Nattawat melirik sekilas pelayannya sambil terus melangkah menuju kamarnya, "Apa manfaatnya untukku? Berkumpul bersama istri pangeran yang hanya membahas malam-malam kesepian mereka tanpa pangeran," Nattawat berdecih pelan, berbelok masuk ke dalam kamarnya.

Sang pelayan dengan gesit membantu Nattawat membersihkan diri sebelum waktu sarapan, "Pangeran omega, maafkan saya jika lancang, menurut saya, kali ini anda sebaiknya ikut di dalam acara itu, karena..." Sang pelayan terdiam sejenak, membuat Nattawat menunggu.

"Katakan saja, aku tidak akan marah,"

Di belakang Nattawat, pelayan itu memejamkan matanya takut seraya menunduk, "Maaf kalau saya harus mengatakan ini, tapi pangeran omega telah digunjingkan dan dicemooh oleh para suami dan selir pangeran mahkota,"

Jantungnya mencelos, sang pelayan berlutut seakan telah membuat kesalahan, ia ketakutan, omega pria itu sangat ketakutan.

Namun Nattawat hanya mengangguk santai, "Kenapa istri pangeran mahkota tidak kau sebutkan?" Tanya Nattawat penasaran.

"Karena... istri pangeran mahkota hanya putri Benyapa, pangeran, kini putri berada di pihak pangeran," Jawab pelayan tersebut dengan suara gemetaran seperti tubuhnya, "Tolong, hamba mohon tolonglah putri Benyapa, pangeran omega, karena ia juga menjadi cemoohan semua orang,"













Bersambung

The Aquatopia [GeminiFourth]Where stories live. Discover now