07-Cinta, Suka, Gengsi, Harga Diri

259 36 14
                                    

Mendengar kabar tentang putri Benyapa yang menantangnya, pangeran Nattaaat pun setuju. Nattawat mencoba meminimalisir peperangan yang lebih besar dengan datang ke Theola untuk menghadapi putri Benyapa sendiri, daripada berperang yang pasti akan mengorbankan nyawa rakyat kecil yang tak bersalah.

Akhirnya, pangeran Nattawat pergi ke Theola bersama Arun, didampingi para prajurit Theola yang akan menunjukkan jalan. Arun dan Nattawat duduk di dalam tandu, kini mereka berdua bukan datang sebagai kesatria, melainkan seorang omega yang mereka anggap lemah, mengesampingkan fakta jika setengah pasukan Theola telah hancur karena Aquatopia.

"Selamat datang, pangeran Nattawat, dan panglima perangnya," Sambut ibu suri, di belakangnya juga ada luna dan Benyapa yang ikut menyambut di istana khusus.

Istana itu khusus dibangun raja terdahulu untuk tempat tinggal para istri maupun suami mereka yang sah dan juga dari pernikahan siri. Meskipun ada omega lelaki dan juga perempuan dalam gender lain di sana, namun paviliun mereka dipisahkan aula besar yang sengaja dibuat. Meskipun omega lelaki, tetap ada batasan bagi mereka. Pun tidak bisa sembarang orang bisa masuk selain raja dan pelayan yang memang bekerja dengan prajurit yang berjaga. Istana khusus adalah area privasi.

Sedangkan untuk calon luna seperti Benyapa, ia mendapatkan ruangannya sendiri di istana utama, di dekat ruangan pangeran mahkota. Status kasta Benyapa adalah yang paling tinggi saat ini diantara semua istri dan suami Norawit, sehingga mendapat perlakuan khusus untuknya.

"Salam ibu suri, kami datang bukan sebagai kesatria, karena pangeran Norawit telah melamarku, aku datang sebagai calon luna," Tutur Nattawat lembut yang angkuh saat memasuki gendang telinga ketiga omega di hadapannya.

Sombong sekali-batin ibu suri tidak suka, namun tetap menyambut tamunya dengan senyuman, "Ayo masuk,"

Istana khusus itu dibangun dengan arsitektur khas Theola yang megah, menggambarkan kemewahan dan istri raja yang tidak hanya satu. Nattawat sebenarnya muak, melihat banyak wanita dan omega yang bahagia berada di sana. Cantik dan terawat menandakan pangeran mahkota menikahi seseorang hanya karena parasnya saja. Namun di dalam lubuk hatinya, Nattawat merasa kasihan dengan para istri yang tinggal di sana, mereka nampak tidak benar-benar bahagia, mungkin mereka tidak benar-benar dicintai Norawit.

"Ini kamarmu pangeran, dan di sebelah sana kamarmu Tuan Arun, kami mempersilahkan anda berdua untuk beristirahat sampai nanti malam kami akan menjamu kalian secara resmi," Ujar ibu suri dengan senyum formal khasnya, "Panggil saja pelayan jika kalian membutuhkan sesuatu, permisi kami tinggal dulu,"

Kedua anak dewi itu lalu ditinggalkan dengan para pelayan yang sedia melayani mereka kapanpun di butuhkan. Arun singgah di kamar Nattawat sebentar untuk mendiskusikan sesuatu.

"Putri Benyapa benar-benar cantik, anggun, dan cerdas," Keluh Nattawat berkomentar.

Arun mengangguk setuju, "Namun kita belum berbicara kepadanya, jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan,"

Nattawat menghela nafas, ia duduk di samping kakaknya, "Aku hanya tidak ingin peperangan terjadi lagi, kita hanya memiliki satu sama lain,"

"Istirahatlah, aku akan ke kamarku,"

***

Jamuan diadakan di ruang makan di istana utama, dihadiri oleh keluarga inti kerajaan termasuk putri Benyapa yang tengah mengandung dan hampir melahirkan beberapa minggu lagi. Nattawat dan Arun disambut baik oleh seluruh keluarga, namun tidak oleh ibu suri yang nampak tidak menyukai pangeran Aquatopia tersebut sejak awal pertemuannya.

Namun Nattawat tidak peduli, ia tidak cemburu, meskipun ibu suri nampak tidak adil dengan lebih merawat Benyapa ketimbang tamunya ini.

"Jadi, seperti yang disampaikan pangeran Norawit, dan undangan putri Benyapa, aku bersedia melakukan tantangan yang diberikan putri mahkota," Ujar Nattawat setelah makan malam selesai.

Semua orang di sana tidak suka bertele-tele, jadi obrolan mereka malam itu cepat selesai dengan Benyapa dan Nattawat bertugas di kerajaan bergantian. Benyapa di tanggal genap dan Nattawat bekerja di tanggal ganjil.

Baik Benyapa maupun Nattawat tahu, jika Norawit tidak benar-benar mencintai para istri ataupun suaminya. Norawit menikah karena menyukai parasnya, tolong bedakan antara cinta dan suka. Maka keduanya akan bersaing bukan karena cintanya Norawit, tanpa cinta pun terbukti Benyapa dan luna saat ini dapat hidup sejahtera dibawah Theola, karena raja Theola semuanya sama saja.

Semua karena gengsi dan harga diri.

"Putri Benyapa, maafkan aku yang datang tiba-tiba ingin merebut posisimu," Ujar Nattawat ketika Benyapa mampir ke kamarnya setelah makan malam.

Benyapa tertawa pelan, sangat anggun khas seorang putri, "Aku tahu, aku juga seorang putri raja yang kerajaannya ditaklukkan Theola," Ujar Benyapa begitu santai, ia menatap Nattawat, "Ayahku juga dibunuh Norawit, bersama calon suamiku sebelumnya,"

Nattawat terhenyak, mengetahui fakta tersebut membuatnya takut. Bagaimana nanti jika ia menikah dengan Norawit dan memiliki keturunan bersamanya? Ia tidak ingin anaknya menjadi pembunuh seperti ayahnya sendiri.

"Aku turut berduka cita,"

Lagi-lagi Benyapa tersenyum, "Aku sudah mengikhlaskannya, karena Norawit menjanjikan tahta untukku di sini,"

Malam itu angin berhembus kencang, cukup dingin menerpa kulit Nattawat yang terbiasa dengan atmosfer pesisir yang hangat. Theola berada di dekat pegunungan sehingga udaranya sedikit dingin. Nattawat mengusap lengannya yang tidak tertutup kain pakaiannya.

Yang lebih tua meminta kain yang pelayannya bawa, menyelimuti Nattawat dengan senyuman lembut, "Udara di Theola lebih dingin daripada di Aquatopia yang hangat, aku mengerti mengapa pakaian khas kalian tidak memakai lengan. Tetapi sekarang musim hujan di Theola, tolong sering memakai pakaian berlengan, kau akan kedinginan," Ujar Benyapa lembut.

Perlakuan Benyapa membuat Nattawat terenyuh, "Terima kasih, kau baik sekali,"

Sang putri mahkota tersenyum tulus, "Aku tidak peduli siapa diantara kita yang akan menjadi luna, bersainglah secara sehat. Kerjakan apa yang menurutmu baik, karena keputusanku untuk menantangmu adalah karena ibu suri yang ingin disenangkan," Jelas Benyapa jujur, ia kembali duduk dan mengusap perut besarnya, "Ibu suri hanya takut kehilangan calon penerusnya, bukan takut kehilangan aku,"

Nattawat mengerti sekarang, dunia luar begitu jahat. Ia mengerti, mengapa dewi laut membiarkan puluhan generasi Aquatopia hidup tanpa Alpha dan dewi sendiri yang akan memberikan anak tanpa suami bagi para Aquatopia. Dan kini dewi laut mempercayainya dan Arun untuk merubaj takdir.

"Putri, apa kau baik-baik saja?" Tanya Nattawat sendu, kini akhirnya terlihat raut lelah di wajah cantik putri tersebut.

Benyapa menggeleng, "Siapa yang akan baik-baik saja jika kau tinggal sebatang kara di tempat orang-orang yang telah membuatmu sendirian?" Putri itu mulai menitikkan air matanya, meremat perutnya benci, "Dan kini aku malah mengandung keturunan mereka yang jahat,"

Nattawat segera memeluk Benyapa, membiarkan sang putri menumpahkan kesedihannya. Mungkin saat ini Benyapa hanya memiliki dirinya sendiri.

"Aku percaya bahwa kau akan merubah tradisi jahat Theola, Nattawat,"










Bersambung, ini terlalu toksik ga sih relationship di ceritanya?😅

The Aquatopia [GeminiFourth]Where stories live. Discover now