09-Pengganti

261 39 21
                                    

"Putri mahkota, jika kau lelah dengan kehamilanmu, kau bisa ajukan cuti kepada pengadilan Theola sampai kau melahirkan. Tapi ketika kau mengundurkan diri, itu sama saja kau mencoreng namamu sendiri!"

Keputusan Benyapa ditolak mentah-mentah oleh sang alpha. Norawit jelas tidak setuju, sangat menyayangkan keputusan sang putri mahkota. Sebelum kedatangan Nattawat, rasanya semua sudah benar berada di tempatnya masing-masing, termasuk Benyapa sebagai calon Luna yang akan menemani Norawit mempimpin Theola.

"Aku benar-benar lelah, pangeran," Lirih Benyapa, ia terduduk sendu seperti langit mendung yang seakan mendukung perasaan Benyapa saat ini.

Norawit masih belum mengerti apa alasan Benyapa mengundurkan diri dari jabatannya sebagai calon Luna. Kinerja Benyapa selama ini selalu memenuhi kriteria dan membuat semua orang puas, Benyapa pun tidak nampak kesusahan selama menjalankan tugasnya. Luna pun terbantu dengan keberadaan Benyapa.

"Apa karena Nattawat? Kalau itu alasannya, aku akan berperang dengannya sekali-"

"Bahkan tanpa ada Nattawat diantara kita, bayi yang kau harapkan selama ini, sudah mencoreng nama baik ibunya sendiri,"

"Apa maksudmu?" Norawit meraih wajah istri kesayangannya, menatap lurus ke dalam manik kecoklatan yang kini telah redup seakan kehilangan semangat hidup. Begitupun sang putri mahkota, Benyapa menatap sendu alphanya, menyiratkan permohonan yang amat sangat kepada lelaki di depannya, "Alpha... anakmu yang aku kandung..." Benyapa menahan nafas sebelum ia melanjutkan kalimatnya.

"...adalah omega,"

Norawit mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan apa yang Benyapa utarakan, "Lalu apa masalahnya jika anak kita omega? Kau bisa memberikannya adik alpha, kan?" Tanya Norawit memastikan.

Namun Benyapa menggeleng, menyingkirkan tangan si alpha yang menangkup wajahnya, "Usiaku lima belas tahun lebih tua dari pada dirimu, aku bukan omega belia lagi," Ujar Benyapa mengingatkan sang alpha, "Saat usia anak ini tiga atau empat tahun, mungkin aku sudah tidak mengalami heat, yang artinya aku sudah tidak bisa memberikanmu penerus alpha,"

Dunia Norawit runtuh seketika, ia melupakan fakta bahwa Benyapa lebih tua darinya. Hingga bayi yang tengah dikandung Benyapa adalah harapan Theola satu-satunya, karena semua orang tahu, jika Norawit tidak mau mengangkat orang selain Benyapa untuk menjadi Luna bersamanya nanti.

Tetapi jika syarat mutlak menjadi Luna tidak terpenuhi, lantas bagaimana?

"Alpha... sakit..."

Rintihan Benyapa sukses mengembalikan kesadaran sang alpha, sang putri mahkota sudah meringkuk dengan memegangi perut besarnya.

"Pangeran mahkota, waktunya telah tiba!"

***

Ibu suri dan Luna Theola berjalan cepat menuju kamar sang putri mahkota, begitu mendengar kabar kelahiran calon penerus mereka, dua omega berbeda generasi tersebut langsung menghampiri Benyapa kesayangan mereka.

Sebelum mereka mengetahui bahwa omega yang telah dilahirkan.

"APA?! OMEGA?!"

Tamparan keras bagi Luna yang ia lampiaskan kepada Benyapa itu menunjukkan betapa murkanya sang Luna. Semua orang tahu, jika Luna sangat menyanjung dan yakin bahwa anak yang dikandung Benyapa adalah alpha, entah lelaki atau perempuan, Luna sangat yakin jika cucunya adalah alpha.

Namun yang dilihat sekarang adalah seorang bayi lelaki omega yang digendong Norawit dengan sayang.

"Tidak tahu diri! Aku sudah bekerja keras untuk membuat kandunganmu kuat agar alpha yang kau lahirkan, tapi sekarang apa balasanmu?!" Cerca sang Luna dengan nafas menderu tak teratur, kulit putih pucatnya memerah karena amarah yang memuncak.

Luna menggelengkan kepalanya melihat Benyapa yang hanya menunduk di atas ranjangnya, "Kau adalah putri mahkota, itu artinya kau harus melahirkan alpha, bukan omega!" Serunya, Luna lalu menatap putranya yang tengah menimang sayang bayi itu, "Benyapa, kau sadar jika usiamu sudah tidak bisa mengandung anak dua kali, lalu kenapa kau menghncurkan harapan kami?!" Luna mengeluh, ia seakan hilang harapan terhadap Benyapa.

Sementara ibu suri masih terdiam di tempatnya, ia belum sanggup menerima kenyataan tentang cucu kesayangan yang ia agungkan selama ini.

"Kalau begini, gantikan Benyapa dengan Nattawat,"

Keputusan Luna sudah final, Nattawat akhirnya menang dan menjadi pangeran omega yang akan naik tahta dengan Norawit di masa depan. Nattawat resmi dipersunting tepat saat pergantian tahun, beberapa hari setelah Benyapa melahirkan putranya dan melepaskan jabatannya dengan sukarela. Tentunya dengan syarat dari Nattawat yang tidak berubah sedikitpun.

Ini memang rencana Benyapa, ia menukar bayinya sendiri dengan bayi omega, karena ia sendiri benar-benar tidak mengharapkan tahta itu. Tuan putri terlanjur sakit hati terhadap kematian orang-orang tersayangnya di tangan Norawit, meski Theola telah memberikannya kehidupan baru, tetapi rasa sakitnya belum hilang. Benyapa hidup setiap hari dalam belenggu rasa bersalah yang makin menguat. Bayangan sang ayah dan tunangannya yang telah pergi itu membayangi Benyapa tiap waktu. Benyapa hampir gila, ia bisa saja depresi kalau dirinya menjadi Luna di Theola.

Ibu suri dengan keputusannya adalah mengikuti apa kata Luna saat ini, karena baginya, keturunan alpha untuk Theola adalah yang terpenting. Kehadiran Nattawat yang usianya belum tiga puluh tahun itu menjadi angin segar bagi ibu suri dan luna. Usia yang muda dan gender utamanya sebagai lelaki, ibu suri dan luna berharap, jika omega tersebut dapat memberikan penerus alpha, karena biasanya male omega akan melahirkan anak alpha.

"Selamat, pangeran! Akhirnya kau berhasil, semoga kau bisa membalas kesakitan kami," Ujar Benyapa dengan semangat. Tidak, Benyapa tidak marah, ia justru senang karena akhirnya ia lepas dari tanggungjawab yang menyiksanya.

Sedangkan Nattawat menghela nafas, ia terkekeh pelan menatap rembulan yang tengah bulat sempurna, "Biasanya, persaingan antar omega adalah menjadi pendamping alpha, mereka saling menjatuhkan untuk menjadi pemenang," Ujar Nattawat tanpa menoleh, "Tapi kita ini apa, kak? Bahkan aku pun mengajukan syarat mustahil agar Norawit tidak bisa menyentuhku. Dan kau juga tidak menginginkan tahta itu," Nattawat menoleh ke belakang, melihat Benyapa dengan bayi ditimangnya.

Pangeran omega itu mendekat, tersenyum lembut membelai bayi tersebut, "Meski ia lelaki, tapi cantik sekali, khas omega bangsawan," Sanjung Nattawat, "Semoga aku bisa memenuhi harapan kita semua, ya?"

"Tentu saja Nattawat akan memenuhi harapan kita semua," Suara langkah sepatu kulit khas Theola itu memasuki kamar Nattawat dengan anggun. Nattawat dan Benyapa sontak memberi salam kepada Luna.

Wanita yang bergaun lebih mewah daripada Benyapa itu masuk ke kamar Nattawat, menghampiri sang pemilik kamar tanpa repot-repot menyapa Benyapa. Luna tersenyum lembut pada Nattawat, membelai wajah menantu barunya yang baru resmi beberapa jam lalu, "Siklusmu dan alpha Norawit jatuh tepat pada malam ini, semoga malam ini, Moon Goddess akan mengabulkan permintaan kami," Sang Luna tersenyum manis, "Semoga dewi kehidupan memberkati anak alpha malam ini,"

Malam ini adalah malam pernikahan Norawit dan Nattawat, selepas keduanya resmi menjadi pasangan yang legal di mata kerajaan, keduanya akan menghabiskan malam bersama di dalam kamar sang omega. Untuk malam ini, Benyapa turun tangan dengan Arun untuk membantu Nattawat bersiap, karena Nattawat hanya mempercayai mereka berdua di Theola.

"Pangeran Norawit akan segera datang, kau bersiaplah," Ujar Luna antusias, "Dan semua orang yang tidak perlu ada di sini, keluarlah,"
















Bersambung, gimana part ini saudara sekalian?

The Aquatopia [GeminiFourth]Where stories live. Discover now