04-Anak Dewi

240 37 2
                                    

Pelataran sayap barat istana sore ini nampak indah tersorot sinar oranye yang hangat, suasananya sunyi dan menenangkan bagi dua kepala yang entah mengapa bisa duduk dan bicara berdua di pelataran ini.

Tuan Pakin dan panglima Arun, dua orang terdekat dari kedua pangeran itu terduduk berdua dalam keheningan yang akhirnya dipecah oleh Arun.

"Kau pasti bertanya-tanya, mengapa di Aquatopia hanya berisi omega, bahkan raja kami," Ujar Arun tanpa menatap lawan bicaranya.

Pakin mengangguk, "Bagaimana kalian mempunyai keturunan? Apakah semua keturunan sudah pasti omega? Apa yang terjadi jika ada gender lain dalam keturunan kalian?"

Mendengar pertanyaan itu, Arun tersenyum tipis, "Semua sudah tercatat di dalam sejarah, tapi tidak ada yang menulis bagaimana awalnya,"

Pakin mengangguk lagi, semuanya yang di katakan Arun benar adanya.

"Kami anak dewi laut, kami hanya punya satu orang tua, dari hasil meditasi di dekat pesisir, sebagai prosesi kami untuk mendapatkan keturunan," Jelas Arun singkat, "Orang tua kami dan siapa saja yang ingin memiliki keturunan, kami harus bermeditasi dan menyenangkan dewi selama beberapa waktu. Lalu dewi akan memberikan anugrah kehamilan seperti omega dan yang lainnya yang punya pasangan, janji dewi kepada kami, adalah seluruh keturunan anugrahnya adalah omega,"

"Kenapa?"

Arun tersenyum lagi, memandang Alpha Norawit yang terlihat tengah berlatih di sudut lain istana, "Ambisi alpha tak terkendali, bahkan kami para omega menjadi korban. Dewi laut murka sehingga memusnahkan para alpha dan beta sebagai pengikut alpha di Aquatopia," Jelas Arun, lalu tersenyum pada Pakin, "Sebagai gantinya, dewi laut menjanjikan hal itu kepada kami,"

Di Aquatopia, tidak ada seks dan pernikahan, meskipun semua orang masih mendapatkan heat sebagai fitrah alamiah omega, namun dewi laut meringankan heat mereka hanya cukup dengan nesting di dalam kamar mereka. Kehidupan omega dipermudah. Jika ada yang ingin menikah, mau tidak mau orang tersebut harus keluar dari Aquatopia. Dewi sangat melindungi kerajaan ini.

"Bahaya, tuanku mencintai pangeran mahkotamu," Gumam Pakin panik.

Helaan nafas keluar dari bilah Arun, tersenyum tipis menatap ke depan, "Ternyata pangeran Norawit dan kau orangnya," Gumamnya lega, tak tampak terkejut.

Tiba-tiba Pakin merasa jadi orang yang paling bodoh di sini, "Apa maksudmu?"

Matahari semakin turun, lilin mulai dinyalakan menggantikan kegelapan, namun matahari tenggelam di depannya sungguh indah bagi Arun. Omega itu menatap Pakin lagi, "Dewi laut mengatakan padaku saat aku selesai bermeditasi. Aku dan pangeran Nattawat tidak akan mendapat anugrah langsung dari-Nya, karena karena dewi akan memberi kami anak melalui kalian berdua," Ujar Arun lagi seraya memeluk perutnya, "Pantas heatku dan Nattawat berbeda daripada orang-orang di dalam kerajaan,"

Arun beranjak karena hari sudah gelap, "Tuan, tolong jangan beritahu siapapun dulu, bahkan Nattawat juga belum tahu tentang ini,"

***

Diantara gemerlapnya istana dengan lilin-lilin yang indah, satu ruangan besar justru meredupkan lilin itu, seolah menutup diri, membiarkan tak tersentuh cahaya, bahkan cahaya bulan sekalipun.

Nattawat baru saja terbangun dari tidurnya, ia bermimpi jika ia menikah dengan Norawit. Suatu mimpi buruk yang besar. Karena sekeras apapun Norawit membujuknya, pangeran mahkota Aquatopia itu tak akan mau menerimanya. Norawit telah membunuh ayahnya, tak mungkin Nattawat akan menikah dengan pangeran tersebut.

"Adik, kenapa kamarmu gelap sekali?" Seru Arun panik karena mendapati kegelapan di kamar adiknya. Arun langsung memerintah pelayan untuk menyalakan api di tempat khusus.

Setelah kamar itu terpapar cahaya, nampak jelas isi seluruh ruangan yang sepi, dengan sang pemilik kamar duduk bersandar di sisi ranjang memeluk kakinya sendiri. Arun berseru panik memanggil adik sepupunya, khawatir luar biasa menggerogoti hati dan pikiran yang lebih tua. Nattawat yang menangis dalam kegelapan adalah suatu hal yang tak ingin Arun lihat lagi.

Arun segera memeluk Nattawat, "Tenanglah, kau punya aku," Tutur Arun tanpa bertanya ada apa dengan adiknya, karena Arun berpikir jika Nattawat merindukan sang ayah dan berduka karena kepergiannya.

"Kak, aku tidak ingin menikah dengan Norawit," Rintih Nattawat.

Arun menekuk keningnya heran, melepas pelukannya lalu menatap lurus adiknya, "Ada apa?"

Tatapan sang adik menyorotkan luka yang begitu dalam, memandang Arun dengan sedih dan terluka, "Norawit menyatakan cinta dan ingin menikah denganku, tapi ia sudah membunuh ayah..." Adu Nattawat dengan terisak sesekali di setiap kata. Di hadapannya kini, Nattawat adalah adik kecil yang selalu merengek pada Arun seperti dulu sebelum mereka beranjak dewasa.

"Aku tidak mau menikah dengan pembunuh ayahku,"

Nattawat kembali menangis di pelukan Arun, mencari rasa aman di dalam pelukan yang tak akan pernah Nattawat dapatkan oleh siapapun.

***

Nattawat terbangun dengan rasa sakit kepala luar biasa akibat tangisannya semalam, di sebelahnya ada Arun yang nampak sembab seperti telah menangis semalaman. Nattawat terkejut bukan main, ternyata Arun menemaninya semalaman.

"Kakak, apa kau baik-baik saja?" Gumam Nattawat, namun ia segera menggeleng, "Tidak! Setelah semua yang terjadi, tidak mungkin kakak baik-baik saja," gumamnya lagi.

Dengan rasa sakit kepala yang masih menggerogoti, Nattawat turun dari tempat tidurnya membuka jendela, menyapa sinar matahari yang ternyata belum terlalu terang menyinari bumi. Nattawat lalu berdoa memohon kepada Dewi.

"Aku bersyukur, setelah kita kehilangan semuanya, kau masih tetap anak yang berbakti kepada Dewi," Ujar Arun yang ikut berdoa di sebelah Nattawat, keduanya selesai dengan cepat.

Yang lebih muda tersenyum, "Aku bersyukur, setidaknya Aquatopia masih dilindungi Dewi, aku berdoa untuk itu,"

"Mohon izin pangeran Nattawat, kami ingin memberitahu bahwa pangeran Norawit ingin masuk ke sini," Sela sang pelayan ketika kakak beradik itu selesai memanjatkan doa di pagi hari.

Nattawat dan Arun saling bertukar pandang. Bertanya-tanya apa yang diinginkan Norawit sehingga menemui mereka pagi-pagi sekali.

"Izinkan dia masuk," Titah Nattawat.

Lalu pangeran Norawit dengan pakaian yang lebih rapi daripada Nattawat itu masuk ke dalam kamar sang omega, dibuntuti Tuan Pakin yang harus mengetahui apa saja yang telah dilakukan Norawit selama di Aquatopia sebagai laporannya kepada raja Theola nantinya.

Norawit memberi salam dengan sopan, Arun juga membalas dengan sopan yang akhirnya diikuti oleh Nattawat, "Ada apa?" Tanya Nattawat cepat.

Sang alpha terdiam sejenak, menoleh kearah Pakin lalu kembali menatap Nattawat, "Maafkan aku, sebenarnya aku tidak berniat membunuh ayahmu,"

Nattawat menghela nafas, "Aku tidak sedang ingin membahas-"

"Tapi ayahku meminta Aquatopia, balasannya adalah daerah ini akan menjadi milikku," Sergah Norawit cepat menahan Nattawat agar tidak meninggalkan obrolan.

Nattawat akhirnya kembali mendengarkan, Norawit berjalan mendekat pada omega di depannya itu, "Karena daerah ini sudah menjadi milikku, aku bisa mengelolanya semauku,"

"Raja yang bertele-tele adalah raja yang lemah," Sarkas Nattawat tersirat, meminta Norawit untuk mengatakan tujuannya segera.

Norawit lalu menghela nafas, "Aku akan mengizinkan dirimu untuk naik tahta, akan kubiarkan Aquatopia berjalan seperti sebelumnya. Tapi dengan syarat..." Norawit menjeda.

Nattawat menghela nafas, ia tahu betul jawabannya, bahkan sebelum si alpha berucap.

"...menikahlah denganku, maka kau dan Aquatopia akan aman dari Theola di bawah perlindunganku,"










Bersambung, Vee kasih dobel sebagai permintaan maaf yaa, maafin banget kemarin lupaa

The Aquatopia [GeminiFourth]Where stories live. Discover now