06-Bersaing

215 29 1
                                    

"Alpha,"

Suara lembut yang memiliki aksen tegas itu merebut atensi Norawit dari kegiatannya memeriksa persenjataan. Norawit mendapati putri Benyapa masuk ruang senjata dengan raut yang tak terbaca. Bukan seperti Benyapa yang biasanya selalu ekspresif, hal ini tentu membuat sang pangeran khawatir, "Ada apa?"

Benyapa melangkah maju, mendekat pada alphanya, "Aku bersedia turun jabatan, jika Nattawat berhasil mengalahkanku," Ujar sang putri dengan tegas menyampaikan isi pikirannya.

Keputusan Benyapa tentu membuat Norawit mengerutkan keningnya, "Bagaimana? Mengalahkan yang bagaimana maksudmu?" Tanya Norawit tidak mengerti, "Apa kalian akan bertarung?"

Benyapa mengangguk, masih mempertahankan ekspresinya, "Aku seorang putri raja, aku lebih berhak menjadi luna daripada istri atau suamimu yang lain, yang merupakan anak para menteri," Ungkap Benyapa, "Aku dibesarkan untuk naik tahta mendampingi suami atau istriku nanti, dan aku menikah denganmu. Bukankah memang sudah seharusnya aku menjadi Luna?"

Norawit mengangguk setuju.

"Lalu pangeran Nattawat, aku tahu kerajaannya telah kalian renggut. Sedangkan gender keduanya sebagai omega juga memungkinkan jika kau nikahi agar Aquatopia tidak bisa memberontak. Aku tahu pangeran mahkota seperti Nattawat juga dibesarkan sepertiku, untuk memimpin atau mendampingi alphanya memimpin," Benyapa menatap lurus Norawit, keduanya terdiam beberapa saat.

"Selama ini, hanya aku keturunan raja yang telah kau nikahi, makadari itu, ibu suri memintaku untuk menjadi luna bersamamu di masa depan. Lalu kau menaklukan kerajaan Aquatopia dan akan menikahi pangeran mahkotanya, yang mana adalah seorang omega si pewaris tahta,"

"Nora, aku tahu betul perasaan Nattawat, ia hanya ingin harga dirinya sebagai anak raja, begitupun aku. Tidak mungkin kan ada dua luna di dalam satu kerajaan?"

Nora benar-benar memikirkan penuturan Benyapa, apa yang istrinya katakan benar adanya. Nattawat dan Benyapa adalah setara, sebagai seorang pewaris tahta, keduanya tidak memiliki sifat mengalah untuk tahta itu sendiri. Jika ia menikahi Nattawat, harga diri Benyapa akan tercoreng karena diturunkan dari jabatannya sebagai putri mahkota. Tetapi jika Theola kembali menyerang Aquatopia, Nora juga khawatir jika Dewi laut akan membantu Aquatopia kali ini sehingga Theola bisa saja musnah.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Norawit yang buntu.

"Tetap izinkan aku untuk bertemu dengan Nattawat," Lalu Benyapa meminta izin untuk kembali ke kamarnya setelah mengatakan hal itu.

***

"Kita harus segera mencari jalan keluarnya. Jika tidak, Theola akan menjadi seperti Aquatopia belasan abad yang lalu,"

Bercerita dengan Pakin sama sekali tidak membantu. Norawit benar-benar tidak tahu harus membuat keputusan seperti apa. Tidak ada yang salah diantara Benyapa ataupun Nattawat, mereka seorang anak raja, omega seperti mereka memiliki gengsi yang tinggi. Kedua omega tersebut hanya mempertahankan dirinya sendiri, bukan seperti Nora yang memiliki banyak pengganti jika Benyapa dan Nattawat tidak ada.

"Kalau kau mau menyalahkan, salahkan ambisi kalian untuk menaklukkan seluruh daerah tropis," Lanjut Pakin sambil menjalankan bidak catur yang sedang mereka mainkan.

"Berbicara denganmu sama sekali tidak membantu,"

"Maka turuti permintaan putri mahkota yang kau agungkan itu, untuk mencoba bersaing dengan musuh yang kau cintai itu," Usulan yang sudah seribu kali Pakin ucapkan kepada tuannya sampai mulutnya kebas.

Norawit yang belum yakin itu akhirnya pergi ke paviliun sang ibu, mengunjungi wanita yang telah melahirkannya, namun nampak tak berharga di mata raja sebagai suami. Wanita yang kini telah beruban dan sering sakit pinggang itu saat ini sudah tidak banyak melakukan kegiatan kekerajaan, hampir semua tugasnya telah digantikan Benyapa secara perlahan. Makadari itu, berat bagi luna saat ini dan ibu suri untuk menurunkan Benyapa dari jabatan putri mahkota, karena Benyapa telah terbukti bisa bekerja untuk rakyat dengan baik dan sesuai keinginan kerajaan.

"Salam ibu," Sapa Norawit sopan.

Sang ibu pun tersenyum menyambut putranya, "Sudah lama sekali kau tidak mengunjungi ibumu, apa kau mau jadi anak yang durhaka?" Sembur sang ibu kemudian.

Sang putra menggeleng, ia lalu masuk kedalam pelukan sang ibu, "Maafkan aku ibu, yang datang kepadamu hanya ketika aku membutuhkanmu, bukan maksudku mengabaikanmu, maaf,"

Keduanya terdiam beberapa saat, menikmati momen antara ibu dan anak yang jarang terjadi karena tugas kerajaan yang mengharuskan Norawit pergi keluar Theola. Semakin anaknya bertumbuh besar, luna paham jika pangeran mahkotanya ini bukanlah pangeran yang bisa duduk manis menerima perlakuan istimewa. Meskipun keras kepalanya sama seperti sang ayah.

"Nora, apa keputusanmu tentang Benyapa dan pangeran Aquatopia itu?" Tanya luna sambil terus mengusap surai putranya.

Lalu Norawit menceritakan tentang permintaan Benyapa untuk bersaing dengan Nattawat yang bahkan Norawit sendiri belum mengerti apa yang akan Benyapa lakukan. Luna mendengarkan dengan cermat, dan memahami apa yang tengah putranya katakan

"Maka biarkan mereka bersaing, para omega yang seharusnya akan naik tahta itu akan lebih baik kalah di pertempuran mereka daripada diturunkan meskipun dengan cara terhormat sekalipun," Luna mencoba menjelaskan dari sisi lain, yang tak pernah Norawit pikirkan.

Norawit masih merenung, "Lalu setelah itu bagaimana?"

"Biarkan mereka sendiri yang memutuskan,"











Bersambung

The Aquatopia [GeminiFourth]Onde histórias criam vida. Descubra agora