10-"Kau Anakku"

273 36 3
                                    

Malam itu, ketika Benyapa baru saja menemui Nattawat untuk membujuknya agar mau naik tahta, Benyapa didatangi seorang pelayan dengan bayi lelaki di dalam dekapannya. Pelayan itu tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Hingga akhirnya Benyapa buru-buru membawa sang pelayan ke ruang pribadinya.

"Kau tahu ini sudah malam, angin malam tidak baik untuk bayi!" Tegur Benyapa khawatir.

Sang pelayan pun bersimpuh di kaki Benyapa, "Ampun yang mulia, maafkan hamba, hamba butuh pertolongan dan perlindungan yang mulia," Ujar sang pelayan tergesa, dengan isakan yang sudah terdengar sedari tadi.

Hari sudah larut, semua orang pasti sudah bersiap untuk tidur di kamarnya masing-masing begitupun Benyapa yang seharusnya sudah harus berada di kamarnya, karena pangeran mahkota sudah menunggu di sana, alpha itu berjanji akan berkunjung malam ini.

Namun yang terjadi di sini adalah Benyapa diberhentikan oleh seorang gadis belia dengan bayi di dalam dekapan. Benyapa tak tahu apa hubungan antara dua insan ini.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Benyapa anggun.

Tubuh pelayan itu bergetar hebat, menceritakan tentang ayahnya yang murka karena sang istri telah melahirkan seorang omega lelaki. Di Theola, omega lelaki tidak diterima di kasta rakyat biasa. Omega lelaki sangat di pandang rendah dan hidup malangnya hanya akan berakhir di rumah bordil.

".... ayah memukuli ibu, sementara itu ibu menyuruhku untuk membawa adik ke sini, tolong lindungi kami," Pinta gadis belia yang berpakaian ala pelayan Theola, nyatanya gadis itu adalah anak pelayan yang bajunya ia pakai. Pelayan yang asli adalah ibunya.

Benyapa sungguh tidak tega, melihat paras manis yang tenang dari bayi itu membuat hatinya tergerak, "Aku akan membantumu, tapi kau istirahatlah dulu di sini sampai besok pagi, malam ini aku harus kembali ke kamarku agar tidak ada orang lain yang curiga,"

***

Begitulah rahasia yang Benyapa simpan agar syarat menjadi Luna pada dirinya gugur, karena Benyapa dianggap melahirkan anak omega. Padahal bayi Benyapa adalah alpha, ia ditukar demi kepentingan politik. Rahasia Benyapa ia simpan sendiri sudah beberapa bulan, sampai akhirnya Norawit telah menikahi Nattawat karena jabatan Benyapa tergantikan oleh anak dewi tersebut.

"Bayi yang malang, tapi sekarang kau aman di sini, dan anakku juga tak akan sengsara di sana," Lirih Benyapa kala menimang putranya, senyumnya lembut penuh keibuan, "Kau anakku,"

Saat-saat menyusui adalah saat sendiri Benyapa dengan bayinya, semua orang termasuk pelayan pribadinya pergi menunggu di luar kamar, berjaga jika sang putri membutuhkan sesuatu. Saat-saat ini juga waktu di mana Benyapa merindukan anaknya di luar sana. Meskipun Benyapa mengirimnya ke tempat yang aman, namun tempat itu teramat jauh baginya. Dalam benaknya selalu bertanya, apakah anaknya baik-baik saja? Apakah tidurnya lelap? Apakah pengasuhnya mengasuh ia dengan baik? Semuanya berkecamuk dalam pikiran Benyapa.

"Kakak, kau mengambil lebih banyak waktu hari ini, apa ada yang kau pikirkan?" Tanya Nattawat yang saat ini juga ikut serta menjaga Benyapa di waktu menyusuinya. Omega itu ada di ujung ruangan, berjaga kalau saja Benyapa belum selesai memberi asi putranya.

Lalu Benyapa menggeleng lembut, ia meminta Nattawat masuk ke kamarnya, "Aku hanya berpikir, kau sudah menjadi pangeran omega, aku sudah tidak memiliki jabatan apapun di sini, sebentar lagi kami juga akan mendapatkan penerus tahta yang baru..."

Nattawat menghela nafas, "Aku belum hamil, kak,"

Sang putri mengendikkan bahunya, "Siapa tahu, adik? Kalian sudah matting, kan? Rut yang mulia kan belum lama terjadi, dan kau yang malam itu bersamanya," Ujar Benyapa acuh.

"Kak, aku mohon jangan bertele-tele," Pinta Nattawat menyela.

Yang lebih tua menghela nafas, "Aku berpikir akan pergi ke Aquatopia, disana semuanya omega, mungkin aku akan merasa aman di sana, aku hanya ingin menghabiskan masa tuaku berdua saja dengan putraku," Jelas Benyapa seraya memindahkan putranya ke dalam ayunan khusus bayi di dalam kamarnya.

Benyapa menatap Fourth dengan binarnya, "Bolehkah aku tinggal disana dengan putraku? Aku akan mengajarinya banyak hal dan mendidiknya dengan baik sampai aku puas," Seru Benyapa bercerita.

Lalu wanita tersebut menggenggam tangan Nattawat yang duduk tepat di hadapannya, "Lalu ketika aku pergi, aku akan pergi dengan tenang, dan kalian bisa meminta putraku bergabung ke dalam pemerintahan Aquatopia, atau membiarkannya menikah dengan alpha yang baik," Benyapa mengakhiri cerita khayalannya yang indah dengan wajah yang berseri-seri, berharap khayalannya akan terkabul dengan mulus.

Sedangkan Nattawat tidak tahu harus berbuat dan menanggapi seperti apa, ia bingung, namun ia tetap tersenyum, "Sebaiknya kau bicarakan ini dengan yang mulia," Tutur Nattawat memberi saran, lalu ia menunduk, lalu kembali menatap Benyapa dengan lembut, "Tapi aku tidak ingin kau pergi, hanya kau yang bisa aku percaya, setelah Arun mengikuti Beta Pakin suaminya bertugas di Aquatopia. Jika kau pergi, aku akan sendirian," Sendu sang pangeran omega.

Memikirkan Arun yang telah pergi saja sudah membuat Nattawat murung berhari-hari. Kini ditambah lagi putri Benyapa yang ingin pindah. Nattawat merasa sendirian, ibu suri dan Luna nampaknya tidak begitu senang dengan kehadiran Nattawat sebagai pengganti. Pangeran mahkota juga sama saja, hanya manis di awal, setelah rut malam itu, ia pergi berperang dengan raja tanpa pamit. Sedangkan raja tidak berkomentar apa-apa. Jika Benyapa pergi, kepada siapa ia mengeluh?

"Kakak, aku pamit, perutku tidak enak," Pamit Nattawat sambil memegangi perutnya yang betulan tidak nyaman.

"Seseorang, panggilkan tabib untuk pangeran omega," Perintah Benyapa mutlak kepada pelayannya meskipun Nattawat menolak, "Minta luna atau ibu suri mendampingi pangeran omega, tak apa jika pangeran menolak, ia harus tetap memeriksakan kondisi perutnya," Titah Benyapa selanjutnya seraya tersenyum.

"Aku yakin akan ada hal baik datang hari ini,"










Bersambung

The Aquatopia [GeminiFourth]Where stories live. Discover now