13-Minum Teh

232 36 5
                                    

Akhirnya, Nattawat menyanggupi undangan minum teh tersebut. Para pelayan sibuk menyiapkan sang pangeran omega dalam pakaian khas Theola yang berlengan panjang, cukup membuat Nattawat berkeringat karena cuaca di luar cukup panas.

"Apa aku bisa meminta kain lain yang lebib tipis? Tubuhku benar-benar lengket karena berkeringat," Pinta Nattawat dengan sopan, "Atau tidak, pakaian dengan lengan pendek pun tidak apa-apa,"

Dua orang pelaya langsung berlari keluar kamar sang pangeran omega, mencari pakaian yang diminta Nattawat, sementara yang lain membuka kembali pakaian yang tengah dipakai Nattawat dan mengusap keringat yang keluar.

Sang kepala pelayan itu tersenyum simpul, "Anda berkeringat banyak sekali, apakah karena kehamilan anda, pangeran?" Tanyanya mencoba memahami tuannya.

Nattawat mengangguk resah, "Mungkin saja, semenjak kehamilan ini, tubuhku mulai terasa berisi dan juga berkeringat lebih sering," Ia mengeluh, menghela nafas pelan, hanya berharap musim panas ini segera berlalu.

***

Nattawat dan Benyapa berjalan beriringan dengan aura tenang, keduanya adalah pemegang kedudukan tertinggi sebagai istri pangeran mahkota. Apalagi Nattawat tengah mengandung, semua kendali mengenai urusan para istri ada ditangannya, termasuk Luna yang sering meminta nasehatnya.

Tetapi kenyataannya, perlakuan yang Nattawat terima tidak seperti seharusnya sebagai sang pemilik kedudukan tinggi, para selir Norawit melemparkan tatapan remeh padanya, melupakan siapa Nattawat yang merupakan seorang pangeran omega, calon penerus Luna saat ini.

Nattawat duduk di ujung meja, kursi tertinggi menunjukkan seberapa berkuasanya Nattawat atas para istri dan selir Norawit di dalam istana khusus meskipun usianya belum mendekati angka tiga puluh tahun. Sementara itu Benyapa duduk di sisi kanan Nattawat, kursi yang sebelumnya diisi oleh selir kesayangan Norawit itu terpaksa di pindah dan diisi oleh Benyapa sebagai mantan putri mahkota, karena bagaimanapun, kedudukan Benyapa lebih tinggi daripada selir tersebut.

Di dalam sana, hanya ada beberapa pelayan senior yang bertugas menuang teh dan melayani kebutuhan para pasangan Norawit jika diperlukan. Sisanya menunggu di luar, karena tidak sanggup menahan rasa sesak yang ditimbulkan akibat persaingan tak kasat mata dari para pasangan pangeran mahkota.

"Selamat atas kehamilan anda, pangeran omega," Ujar selir kesayangan Norawit.

Nattawat tersenyum, sama palsunya seperti ucapan yang dilontarkan sang selir, "Terima kasih, Selir Adela,"

Lalu Selir Adela membalas ramah, "Bagaimana Theola, pangeran? Apakah lebih dingin daripada Aquatopia?" Tanyanya penasaran.

Sang pangeran tersenyum kecil, "Apa aku harus menjawab dengan jujur?" Sarkasnya, karena semua orang tahu, jika Benyapa dan juga Nattawat adalah pasangan Norawit dari hasil penaklukan kerajaan, pernikahan mereka dengan pangeran mahkota bukanlah pernikahan yang baik, tak ada yang lebih buruk dari pada itu.

Adela pun terdiam, membuat kecanggungan diantara semua orang, hingga akhirnya Benyapa mulai berbicara, "Ah... sudah lama kita tidak berkumpul seperti ini, dan kini ada anggota baru di sini, kenapa kita tidak merayakannya?" Ujaran sang putri pun disetujui, suasana mencair kembali, tiga selir sah pangeran itu mulai menikmati acaranya.

"Ehm, Selir Rapeepong, kabarnya... kau juga sedang mengandung, ya? Bagaimana keadaanmu?" Tanya Benyapa di sela obrolan.

Satu-satunya selir omega pria itu tersenyum lugu, "Iya putri, usianya mungkin sedikit lebih tua dari pada kehamilan pangeran omega, tapi aku baik-baik saja," Jawabnya senang karena diperhatikan.

"Apa pangeran mahkota sering bermalam di kamarmu?" Sahut selir yang lainnya.

Rapeepong mengangguk, kecil, "Iya kakak, akhir-akhir ini pangeran mahkota lebih sering berkunjung, dan..." Akhirnya ia tersenyum, tersipu malu membayangkan kalimatnya sendiri.

Astaga, benar dugaan Nattawat, obrolan ini begitu membosankan, pembicaraannya hanya seputar 'bagaimana memuaskan pangeran mahkota saat datang ke kamarmu', sementara Nattawat lebih damai jika ia hanya sendirian di kamar saat malam hari.

"Lalu bagaimana dengan anda, pangeran omega? Apakah yang mulia juga sering berkunjung?" Tanya Rapeepong penasaran, begitupun selir yang lainnya.

"Eum... sesekali ia datang," Jawab Nattawat malas.

Rapeepong, selir termuda itu tersenyum lugu, "Pangeran mahkota pasti tengah bahagia, karena ia akan langsung memiliki dua anak sekaligus," Sahutnya senang.

Semua orang di sana tersenyum maklum, pernikahan selir termuda itu berlangsung sesaat sebelum pangeran Norawit pergi berperang melawan Aquatopia dan berurusan dengan Nattawat. Usianya juga baru menginjak sembilan belas tahun, sangat belia karena Rapeepong dijual oleh kedua orang tuanya ke istana. Omega manis itu sangat lugu, lalu saat bertemu pangeran mahkota ketika Rapeepong tengah bertugas melayani Luna, sang pangeran terpikat dengan gerak-gerik tubuh dan wajah polosnya.

"Apa kau bahagia?" Nattawat bertanya, menatap selir termuda yang duduk di ujung barisan karena kedudukannya.

Omega dengan tubuh kecil itu tersenyum lugu, mengangguk sopan, "Iya, pangeran omega, aku mendapatkan keluarga yang menyayangiku di sini setelah aku dibuang keluargaku, lalu kini aku tengah mengandung bersamaan dengan pangeran omega, meskipun nanti kelahiran anakku tidak akan dirayakan, tetapi setidaknya anakku akan memiliki teman sebaya di dalam kerajaan," Ujar Rapeepong sendu, ia mengusap perutnya penuh harap akan kedamaian hidupnya di masa mendatang.

Mendengar hal itu, Nattawat sungguh yakin, bahwa selir termuda itu adalah seorang omega yang polos, benar-benar tidak mengetahui persaingan ketat antara kedua selir lainnya untuk menarik perhatian pangeran mahkota seiring waktu.

Nattawat memandang Benyapa seraya tersenyum sendu, lalu kembali melihat Rapeepong, "Aku turut senang mendengarnya, aku harap kita bisa cepat akrab dan melakukan banyak kegiatan bersama-sama,"









Bersambung

The Aquatopia [GeminiFourth]Where stories live. Discover now