BUTTER #12

83 11 0
                                    

Aku nggak mungkin lupa. Semalam aku sudah mengatur alarm di ponsel agar menyala pada pukul enam pagi. Tapi kenapa ponsel sialan itu tidak berbunyi! Aku kaget setengah mati saat bangun jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, dan itu artinya setengah jam lagi aku harus sudah berada di kantor Belle ame untuk meeting! Ah, sialan!

Demi apa pun aku tidak mau terlambat datang ke meeting proyek pertamaku. Saat kucek ponsel, rupanya benda yang katanya pintar itu mati karena kehabisan daya. Pantas saja nggak bunyi. Bapak bilang, Bapak dan Mbak Rum sudah berkali-kali membangunkanku tapi aku nggak bangun-bangun juga kayak orang mati.

Pasti karena sakit kepala semalam. Aku nggak bisa tidur sampai pukul satu dini hari sehingga aku terpaksa meminum obat sakit kepala yang mengandung efek ngantuk. Dan aku minum dua butir! Tolong ini jangan ditiru. Ini memang bukan hal yang benar, tapi ku sudah sangat frustrasi karena tidak bisa tidur. Untung saja saat bangun aku masih di bumi.

Dengan pertimbangan bahwa mandi akan membuatku semakin terlambat, selesai cuci muka, ganti baju dan make up seadanya, aku segera melesat ke kantor Belle ame mengendarai motor Bapak. Rasanya waktu nggak akan cukup kalau aku harus menunggu kendaraan umum atau memesan ojek daring.

Ketika sampai di pelataran parkir Belle ame, aku sudah terlambat lima menit dari waktu meeting yang sudah ditentukan. Sekarang, mari coba berhitung. Berlari dari parkiran ke ruang meeting akan butuh waktu tiga menit, berbasa-basi dengan Ika di meja resepsionis akan butuh tambahan beberapa detik, atau sebaiknya aku abaikan saja dia dan langsung menuju ruang meeting? Dengan begitu aku hanya akan terlambat delapan menit. Sambil berdoa semoga rapat akan molor beberapa menit sehingga aku tidak akan berada dalam masalah. Namun mengingat Bu Sandra adalah orang yang disiplin dan on time, rasanya tidak mungkin rapat akan molor. Semoga saja terlambat delapan menit tidak membuat Bu Sandra marah padaku.

Setelah menggantungkan helm di gagang spion, aku melihat sebuah motor berhenti tak jauh dari tempatku memarkir motor. Aku mengenali helm yang digunakan pengendarainya. Entah harus senang atau tidak, tapi orang itu adalah Kael. Artinya dia juga terlambat. Dan artinya aku tidak harus terlambat sendirian. Haruskah aku senang?

Tapi aku tidak yakin aku akan baik-baik saja kalau datang terlambat bersama dia. Jadi kuputuskan untuk langsung masuk dan tidak perlu menyapanya. Aku berjalan lurus, memutari barisan motor lain agar tidak sampai terlihat olehnya dan segera bergegas menuju ruang meeting sebelum terlambat lebih lama lagi.

"Hei!"

Sialan. Dia udah terlanjur melihatku. Aku menahan kepalaku agar tidak menoleh.

"Lo telat ya?" tanyanya.

Akhirnya aku kalah, aku refleks menoleh ke arahnya dan mau tak mau melihat cengiran sengak khas pria itu. Karena firasatku selalu tidak bagus kalau dekat-dekat dengannya aku memutuskan terus berjalan dan tidak menunggunya yang sedang merapikan tatanan rambut di spion. Sok ganteng banget!

"Buru-buru banget. Tungguin dong!" teriaknya lagi. Langkahku semakin kupercepat, nyaris setengah berlari. Di belakangku aku bisa merasakan langkah kakinya yang hampir menyusulku. Langkahnya yang besar-besar akhirnya bisa menyamaiku.

Ketika aku sampai di pintu masuk kantor, seorang security membukakan pintu untukku. Baru saja melangkah masuk, aku merasakan lenganku ditarik. Aku hampir terpelanting ke belakang.

"Apaan sih!" sentakku pada pria yang menarik lenganku itu. Tentu saja itu Kael. Mau ngapain sih dia?! Aku melirik ke arah meja resepsionis. Thanks God Ika nggak ada di sana. Bisa dibayangkan kan gosip apa lagi yang akan dia sebar kalau melihat aku dan Kael dalam posisi kayak gini?

"Nggak usah buru-buru. Kalo lo bareng gue, lo aman, nggak akan kena marah Bu Sandra," jawabnya sambil menyeretku. Cengkeraman tangannya sangat erat, aku kesulitan melepaskan diri darinya.

LOVE HATE BUTTERCREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang