BUTTER #13

96 16 0
                                    

Meeting selesai tiga jam kemudian. Sungguh melelahkan. Geng Belle ame angels—ya setidaknya itu nama yang mereka buat di grup Whatsapp, mengajakku makan siang bersama. Tadinya aku sudah hampir setuju bergabung dengan mereka, kalau saja tidak ada makhluk sengak yang mengacaukan semuanya.

"Flo sudah ada janji sama gue, lain kali saja ya," sahut Kael yang tiba-tiba muncul saat aku mengobrol dengan Aurora dan Willow di lobi kantor.

"Heh, siapa bilang?" kataku bingung.

"Ups." Aurora mengerling pada Willow. "Sorry deh, kita kan nggak tahu. Oke kalau gitu, next time ya, Flo," lanjutnya sambil mencolek Willow.

"Eh, Ra, Will! Gue ikut! Gue nggak ada janji sama siapa-sia... Aaak!! Sakit!" seruku kesakitan karena Kael menarik pergelangan tanganku. LAGI.

Kael dengan cuek menyeretku keluar dari kantor. Tanganku yang bebas melambai-lambai pada Willow dan Aurora yang kebingungan. Ya siapa yang nggak bingung! Aku saja bingung tiba-tiba diseret begini. Maunya apa sih orang ini.

"Lepas! Apaan sih lo!" sentakku di pelataran parkir.

Kael dengan muka tanpa menunjukkan rasa bersalah sama sekali malah berkacak pinggang menghadapku.

"Mau lo apa? Nggak sopan tahu, emangnya gue sapi diseret-seret?" protesku.

"Gue seret karena lo mau kabur," jawabnya santai.

"Emang gue ada kewajiban apa sama lo? Soal food test kan bisa dibahas dari Whatsapp. Nggak harus meeting lagi sekarang kan? Gue capek, laper!" semburku.

"Lo lupa? Gue udah pernah bilang sama lo, kalau gue bakalan minta tanggung jawab lo karena tempo hari udah bikin gue sama Erin salah paham."

Aku menepuk jidat. Orang ini kayaknya ngajak becanda. Memangnya dia sama pacarnya anak SMA apa? Hal sepele kayak gini nggak bisa diselesaikan sendiri secara baik-baik apa? Atau memang dia berniat bikin aku susah?

"Lo mau gue ngapain?" tanyaku langsung sambil melipat tangan di dada. Sengaja aku menatapnya lekat-lekat biar dia nggak seenaknya meremehkanku. Aku jadi penasaran apa sih yang dia mau?

"Temenin gue makan siang," jawabnya sambil berlalu dari hadapanku.

What?

Kael berjalan menuju ke tempat motornya diparkir. Sebenarnya bisa saja aku kabur sekarang mumpung dia sedang lengah. Tapi kalau tidak dibereskan sekarang juga, bisa-bisa orang ini akan menggangguku selamanya. Dan itu akan merepotkan sekali. Jadi aku mencoba untuk rileks, menghela napas panjang dan menenangkan diri. Tenang, Flo, mari kita akhiri semua ini sekarang.

"Gue bawa motor sendiri aja," kataku.

Mengejutkan karena Kael tidak berkomentar. Dia hanya menaikkan alis sebagai isyarat setuju. Baguslah, jadi aku tidak perlu lagi naik ke boncengan motornya yang miring dan menjulang itu. Selanjutnya, aku mengikuti ke mana pria itu akan membawaku makan siang. Tidak jauh dari kantor Bella ame, Kael menghentikan motornya di sebuah warung tegal. Aku memarkir motorku di belakang motornya.

Aku menghampiri Kael yang sedang melepas helm fullface-nya dan bertanya, "Kita makan di warteg?"

"Kenapa, lo nggak mau?" Kael bertanya balik.

Aku mendesis. Sudah kuduga jawabannya akan seperti itu. Padahal aku bertanya hanya untuk memastikan apa benar orang semacam dia mau makan di warteg pinggir jalan. Tahu sendiri kan, gaya soknya Kael itu? Penampilan dan tampangnya tidak mencerminkan sekali orang ini akan belok ke warteg. Beda denganku yang memang sudah anak warteg sejak zaman kuliah.

"Gue bisa makan di mana aja kali," jawabku ketus. Aku melengos dan masuk lebih dulu ke warung.

Warteg itu cukup ramai. Di dalam sudah ada beberapa orang pria dari berbagai macam usia dan kalangan yang sedang menyantap makan siang mereka. Ada yang berkemeja rapi, ada yang mengenakan seragam berlogo perusahaan, dan ada yang berpakaian santai. Mungkin karena in memang sudah jam makan siang. Untungnya masih ada tempat kosong. Aku melihat bangku panjang yang masih kosong menghadap ke jendela. Kuletakkan ranselku di meja dan melesat ke etalase lauk. Sambil sesekali aku mengawasi ranselku agar tetap berada di tempat yang aman.

LOVE HATE BUTTERCREAMWhere stories live. Discover now