04. Jebakan

133 4 0
                                    

"Prinsip orang aja bisa berubah-ubah apalagi sikap dan perasaan. Ia akan berubah seiring berjalannya waktu yang ia tempuh, entah itu hari ini atau besok?"

-

Pulang sekolah Ferani menunggu angkutan umum di halte dekat gerbang sekolahannya. Sepedanya belum ia bawa ke bengkel untuk memompanya, ia lupa akan hal itu karena tugas sekolahnya yang setiap harinya menumpuk. Padahal kemarin ia sudah menyiapkannya sebelum besok berangkat sekolah.

Namun dasarnya Ferani. Jika ia sudah lupa, maka akan lupa seterusnya. Ia akan ingat jika sudah melakukan aktivitas yang lain. Dan kini ia merutuki dirinya sendiri. Ia kesal karena sudah tiga hari ini, ia harus menaiki angkutan umum dan duduk berdesak-desakan.

"Tumben belum pulang Fer? Padahal gue lihat Vegalta udah pulang dari tadi, sehabis latihan basket." Hinton Ariyono. Teman Vegalta yang menyandang gelar wakil ketua ekskul basket.

Ferani menoleh dengan senyuman tipisnya. "Gue masih nunggu angkutan umum, Kak. Lagian tau sendiri, 'kan. Gue sama Kak Vegalta nggak selalu berbarengan. Jangankan di sekolah, di rumah aja nggak akrab."

"Kok bisa?" tanya Hinton penasaran.

Ferani hanya diam tanpa membalas ucapan Hinton. Tak lama kemudian, angkot berwarna kuning pun menghampiri mereka, Ferani melambai-lambaikan tangannya.

"Kak, gue duluan ya. Angkutan umum nya udah dateng," ucap Ferani melangkah, memasuki angkot.

"Oke, hati-hati." Hinton memakai helm miliknya dan melanjutkan perjalannya.

Ia berhenti disebuah warung yang biasa mereka jadikan basecamp. Warung Mang Joko yang terkenal akan gorengannya yang meledak. Membuat para pemuda-pemudi berbondong-bondong memborong jajanannya.

"Habis dari mana aja lo? Lama banget perasaan." Eglar Pangestu. Anak berandalan yang kini menjadi sahabat baiknya.

Hinton tersenyum simpul, sebelum mengatakan. "Habis ngapel," jawabnya ngasal.

"Gaya lo ngapel, emang punya cewek?" tanya Rangga yang kini duduk di hadapan Vegalta. Cowok itu hanya memperhatikan brosur yang berada di tangannya tanpa mengikuti lelucon para sahabatnya.

Hinton terdiam sejenak. Melihat Vegalta yang meremas brosur tersebut dengan tatapan menusuk, bak harimau yang akan mencakar mangsanya.

"Muka lo kenapa berubah dramatis gitu, elah," celetuk Hinton mengalihkan pembicaraan.

"Muka sape?" tanya Regi yang kini menepuk pundak Hinton. Laki-laki itu memonyongkan bibirnya ke arah Vegalta.

"Noh, si Vegal."

"Buset dah, lu kenapa tong? Kesurupan?" tanya Regi tanpa menyentuh Vegalta, ia hanya menatap lelaki itu penuh keraguan.

Vegalta melempar sebuah brosur yang berada di tangannya, lalu berkata. "Malem ini gue ikut balapan. Lawannya Si bajingan Genan."

Genan Fatnon Falues. Seorang musuh bebuyutannya yang menyandang gelar sebagai ketua OSIS di sekolahnya, SMA WYATA DHARMA. Namun dibalik kepribadiannya yang terlihat anak berpendidikan, ia juga seorang lelaki misterius penyimpan dendam.

Vegalta mengetahui seluk beluk lelaki itu, bahkan ia tau dunia gelap Genan yang orang lain tidak ketahui. Lebih tepatnya Genan merahasiakan identitasnya yang sebenarnya.

"Gue cabut!"

Hanya itu yang Vegalta katakan sebelum ia benar-benar meninggalkan warung Mang Joko. Tak lupa ia pun menaruh selembar uang berwarna biru sebagai bayaran makanan yang telah ia pesan.

Gelombang Rasa [SELESAI]Where stories live. Discover now