41. Terbongkar

113 9 0
                                    

"Sejauh mana kamu mencari pembelaan, kebenaran akan senantiasa terungkap dengan beberapa fakta yang mengejutkan."

Pesta malam di gelar dengan mewah. Keluarga besar Aglanarta akhirnya mengumumkan hak waris keluarganya jatuh kepada anak pertamanya yang tak lain dan tidak bukan adalah —— Vegalta Aglanarta.

Semua orang bertepuk tangan ketika Vegalta sudah berada di atas panggung. Namun tatapannya tertuju kepada Ferani yang tengah menatapnya dengan bangga.

Gadis yang akhir-akhir ini menjadi sosok paling berharga di kehidupannya. Seorang gadis yang dulu ia benci, kini ia cintai setengah mati. Sungguh, rasa cinta seorang Kakak bisa tumbuh tanpa disadari oleh sang pemilik hati.

“Terima kasih atas semua ucapan do'a serta pesan dan kesan kalian terhadap saya. Alhamdulillah dengan kepercayaan keluarga, saya siap untuk memegang dan melanjutkan perusahaan Aglanarta Group's. Tambahan untuk malam ini saya punya kejutan yang mungkin buat kalian terkejut saat menontonnya.”

Semua para tamu undangan saling berbisik-bisik mengenai pengumuman yang Vegalta utarakan. Seperti film layar lebar, semua pasang mata kini tertuju kepada sorotan InFocus yang menyoroti tirai warna putih.

Disana tertera pembahasan antara pekerjaan Andika dan Hendra. Lalu selanjutnya tampilan sabotase uang perusahaan yang melibatkan kerugian di perusahaan. Hal itu tentu membuat semua para tamu tercengang.

Vegalta tersenyum licik ketika ekor matanya tidak sengaja melihat Andika yang memundurkan langkahnya, berniat kabur dari acara peresmian hak waris keluarga Aglanarta.

“Saya tunjukkan berbagai cuplikan CCTV ini sebagai bukti, jika Tuan Andika telah memakan banyak harta bualan. Mengkorupsi uang perusahaan untuk kepuasan dirinya sendiri. Kalian bisa nilai, disini siapa yang wajib kita hakimi. Saya atau pengkhianat itu!” tunjuk Vegalta kepada Andika yang bersiap untuk kabur.

Namun sialnya belum sempat berlari, ia sudah dikepung oleh para Polisi yang menodongkan pistol ke arahnya.

“Angkat tangan!”

Cahaya laser menyorot ke arahnya, Andika berusaha menutupi wajahnya yang tersorot kamera. Berbagai wartawan berdatangan dari luar membuat pesta yang di gelar semakin ramai untuk diperbincangkan.

“Mari selesaikan di kantor Polisi!”

“Saya tidak bersalah! Lepaskan saya!”

“Anda bisa jelaskan di kantor Polisi! Ikut kami!” tegas salah satu Polisi menyeret tubuh Andika agar masuk ke dalam mobil.

Bukan sampai disitu saja. Vegalta juga menunjukkan berbagai rekaman video saat dirinya menolong Agnes di sekolah dua tahun silam. Disana terlihat jelas jika Agnes di aniaya secara tak hormat oleh seseorang yang memakai jubah hitam.

“Kak Hirandika,” gumam Hinton tanpa sadar.

Sudah cukup ia tercengang atas kebodohan Ayahnya di perusahaan Aglanarta Group's. Dan sekarang Kakaknya?

“I-ini gak mungkin, lo pasti edit rekaman itu kan? Kakak gue gak mungkin bunuh orang anjir!

Vegalta menghela napas panjang, belum sempat ia menjelaskan Ferani lebih dulu menjawab. “Bukti yang Kak Vegalta lampirkan itu adalah kebenaran. Kak Hinton gak perlu ngelak lagi, bahwa keluarga Kakak memang gila harta.”

Hinton mengusap wajahnya frustasi. Merasa malu mendapatkan keluarga yang mempunyai sifat licik seperti Ayah dan Kakaknya.

“J-jadi Kak Hirandika sengaja bunuh diri, karena gak mau semua orang tau kalau dia yang udah bunuh Agnes?”

Semua para tamu undangan terkejut dengan ucapan Hinton. Begitu pun dengan Ferani yang kini terbelalak matanya, kaget. “K-kak! Serius?”

Hinton tersenyum hambar. “Gue gak pernah bohong soal nyawa seseorang.”

“Kak Hirandika meninggal setelah kabar Agnes menghilang dari sekolahan.”

Inalillahi wainna ilaihi raji'un...”

Vegalta turun dari panggung. Menghampiri Hinton yang kini menundukkan kepalanya.

Bugh!

Satu pukulan mulus mendarat di pipi kanan Hinton. Semua para tamu undangan sontak terkejut atas aksi baku hantam yang dilayangkan Vegalta secara tiba-tiba.

“Lo—”

Thanks udah mau bertahan jadi sahabat gue. Keluarga lo emang gak bisa gue percaya, tapi lo. Beda dari yang lainnya.”

Hinton yang awalnya ingin marah pun tiba-tiba terkekeh geli. Vegalta menyeringai lebar, keduanya pun akhirnya berpelukan ala gentle man.

Ferani yang berada di tengah-tengah mereka hanya mampu tersenyum tipis, begitupun dengan para tamu undangan yang lain. Di tengah-tengah keharuan keluarga Vegalta.

Tiba-tiba Ferani dikejutkan dengan tarikan tangan dari belakang tubuhnya. Spontan ia berbalik, menatap seorang wanita paruh baya tersenyum ke arahnya disertai air mata yang berlinang.

“F-ferani... Anakku...”

Ferani mengernyitkan dahinya bingung. “Anda siapa ya?”

Wanita paruh baya itu tidak menjawab pertanyaannya. Ia malah menarik tangan Ferani sampai jatuh ke dalam pelukannya.

“Kamu tidak mengenali Ibu, Nak? Ini Ibumu!”

Deg!

“I-ibu?...”

****

Mendekati End☺


Gelombang Rasa [SELESAI]Where stories live. Discover now