36. Kejutan Tak Terduga

74 6 0
                                    

“Perasaan adalah sebuah hasrat dalam jiwa, yang sangat merepotkan. Walaupun sandar tanpa tepi dan sabar tanpa tapi.”

-

Hendra mengeraskan rahangnya tegas. Wibawanya pria paruh baya itu menghembuskan napas beratnya, usai menyaksikan aksi penyusupan Andika, Hendra memutuskan untuk segera memecatnya dan menjebloskannya ke penjara.

Tangannya terulur mengambil benda pipih yang berada di dalam saku kemejanya. Mengetahui ekspresi Papahnya yang berbeda, Ferani menghentikan gerakan tangan kekarnya.

Gadis itu menundukkan kepalanya. “Setelah Papah mengetahui fakta ini, apa Papah akan langsung bertindak ke jalur hukum?”

“Tentu, Fer. Andika pantas mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya dari tahun lalu, hingga saat ini.”

Ferani menggelengkan kepalanya, pertanda tidak setuju. “Jangan dulu, Pah. Itu terlalu cepat untuk diketahui publik.”

“Bukankah lebih cepat, lebih baik?” Kedua alis Hendra berkerut. Menatap wajah Ferani yang terbesit kekhawatiran.

“Waktunya belum tepat, Pah. Bukannya Om Andika sedang menjalankan beberapa proyek bersamamu? Ini kesempatan yang mudah untuk mengembangkan kembali perusahaan yang telah di renggut olehnya. Kalau semuanya tidak sesuai yang di harapkan, atau mungkin merugikan beberapa pihak. Papah mulai bertindak logis, agar orang lain tidak dapat menyimpulkan bahwa Papah terdeteksi gila harta. Seperti pandangan aku terhadap Om Andika.” Jelas Ferani membuat Hendra menatapnya, takjub. Ia pikir Ferani hanya gadis SMA yang masih polos.

Namun di luar dugaannya. Ferani mampu memberikan arahan serta suatu strategi yang cukup memuaskan, dengan pemikirannya yang terlihat dewasa. Sangat mengapresiasi, Hendra bangga mempunyai anak cerdas dan siap tangkap seperti Ferani.

Terkesan logis and fleksibel. “So beautiful, amazing and perfect. Papah suka dengan cara kamu, Fer.”

“Jadi kapan, kita akan bermain dengan Andika? Papah sudah tidak sabar untuk menghukumnya di dalam jeruji besi,” ucap Hendra mendapatkan kekehan kecil dari gadisnya.

Ferani tersenyum tipis. “Saat peresmian cabang Aglanarta Group's. Penurunan takhta yang Papah berikan untuk kak Vegalta, sekaligus membongkar kedok asli Om Andika yang bersembunyi di balik topeng profesionalnya.”

Untuk kesekian kalinya Hendra memuja pemikiran Ferani yang terkesan bijak. “Ah, kamu sangat benar, sayang. Papah tidak salah membimbing kamu untuk membongkar rahasia yang ditutup-tutupi olehnya. Berkat kamu beban Papah sedikit berkurang, kamu sangat bijak, dan bisa di andalkan.”

“Iya dong, siapa dulu. Ferani!”

Hendra mengacak rambut putrinya dengan gemas. “Yap, Ferani Syahila Aglanarta—.”

“Whatt? Kapan nama panjang ku sama seperti kepanjangan nama kakak?” Ferani mengernyitkan keningnya kebingungan.

Hendra menyentil dahi Ferani yang berkerut karena ulahnya. “Sejak kamu berada di genggaman Papah, kamu juga anak Papah, mana mungkin Papah tidak menyantumkan nama marga Papah di belakang nama kamu.”

Ferani menggaruk-garuk kepalanya. “Tapi aneh aja, aku 'kan taunya cuma Ferani Syahila. Bahkan di kartu keluarga pun namaku hanya itu.”

Perkataan Ferani mampu membuat Hendra terdiam kaku. Itu karena Melina, ibumu yang melarang Papah untuk tidak menambahkan nama marga keluarga kita. Sebab kamu hanya anak titipan sementara, maafkan Papah, Fer. Meskipun begitu, Papah tidak pernah membeda-bedakan antara kamu dengan Vegalta, anak kandung Papah. Batinnya.

Gelombang Rasa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang