Lima

7.7K 1.2K 186
                                    

              Walau sangat enggan, tetapi menolak perintah Arsenal adalah hal yang tidak akan Mili lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walau sangat enggan, tetapi menolak perintah Arsenal adalah hal yang tidak akan Mili lakukan. Maka dari itu, ketika pukul 5 tepat Mili langsung menutup pekerjaannya dan bersiap untuk pulang. Dia takut kalau Arsenal sudah tiba lebih dulu di lobi dan menunggunya. Oh, itu tidak boleh terjadi. Mili tidak mau melakukan sesuatu yang bisa membuat Arsenal membahas sesuatu yang salah, atau bahkan lelaki itu yang kesal padanya.

Namun, meski sudah terburu-buru pulang bahkan meninggalkan Kiara yang masih bekerja, Mili tetap mendapati Arsenal tiba lebih dulu. Lelaki itu tengah duduk di salah satu kursi tunggu sembari memainkan ponselnya. Dengan sedikit berdebar, Mili pun melangkah mendekat. Tangannya sudah bertaut di depan tubuh saking groginya.

Dia membuat kesalahan.

Dia membuat Arsenal menunggu.

"Mas," panggil Mili pelan. Gadis itu berusaha menutupi kegelisahannya. "Maaf Mili baru datang." Dia putuskan untuk meminta maaf.

Arsenal tentu saja langsung mengalihkan tatapan dari ponselnya. Menatap Mili yang berdiri di hadapan lelaki itu sedikit jauh. Arsenal juga bangkit dari duduknya dan memasukkan ponsel pada saku celananya.

"Langsung berangkat?" Lelaki itu bahkan tidak menyahuti permintaan maaf Mili sama sekali.

Mili semakin gelisah di tempat. Namun begitu, dia tetap mengangguk dan membiarkan Arsenal berjalan di depannya lebih dulu dan gadis itu yang mengekor di belakang. Bibirnya digigit lagi. Kegelisahan semakin melandanya. Dia akan menghabiskan waktu di mobil menuju rumah lelaki itu hanya berdua. Dengan kondisi suasana Arsenal yang mungkin saja tidak baik karena menunggunya terlalu lama.

Mili menatap jam tangannya.

17.15

Artinya, Arsenal kemungkinan menunggunya lebih dari lima belas menit. Mili memang tadi langsung menutup laptop jam 5 tepat. Namun dia tentu harus berbenah sedikit juga melakukan finger print dan melapor sebentar pada Tamara yang sudah kembali ke kantor pukul 3 sore. Tamara menahannya beberapa menit bertanya soal pekerjaan yang Mili lakukan hari itu sebelum membiarkannya pergi. Kemudian di lift, Mili juga harus menunggu antrean agar bisa turun ke bawah.

Mili kini mengeratkan pegangannya pada tali ranselnya. Sebelum kemudian terpaksa harus dilepasnya saat dia harus masuk ke dalam mobil. Duduk di kursi penumpang depan dengan Arsenal yang langsung masuk ke kursi pengemudi. Diberanikannya diri menatap pada lelaki itu yang wajahnya masih seram seperti biasanya.

"Maaf ya, Mas. Mili turunnya lama." Mili membuka suaranya lagi. Masih tidak enak hati perihal keterlambatannya.

Arsenal yang sudah mulai melajukan mobil hanya meliriknya sekilas. "It's okay. Aku juga baru sampai."

Napas lega baru bisa terembus dari bibir tipis gadis itu. Sedikit tenang meski tidak tenang-tenang sekali. Tentu saja, Mili tidak akan bisa tenang kalau berada berdua seperti ini dengan Arsenal. Apalagi, kini dia juga harus memikirkan bahwa mereka akan berangkat menuju rumah lelaki itu. Bertemu dengan keluarga Arsenal, bertemu dengan Ibu Adis.

Dikejar JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang