Mami?

14.9K 1.4K 134
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, sudah waktunya bagi semua orang untuk beristirahat setelah melakukan aktivitas seharian penuh. Beberapa sudah ada yang memilih untuk tidur di kamarnya masing-masing, namun ada juga yang masih terjaga di ruang tamu seperti Mia yang ditemani oleh Caine. Anak bungsu kesayangan itu sedang menonton tv sambil tiduran di paha si mami, rambutnya diusap pelan agar terlelap. Kegiatan manis ini bermula ketika Mia yang melihat maminya itu tetap duduk di ruang tamu saat yang lain berpamitan untuk beristirahat. Padahal biasanya Caine akan berjalan di belakang mereka dan memastikan semuanya masuk ke kamar masing-masing. Dirinya bersikeras untuk tetap berjaga demi menemani Caine, karena papinya sedang tidak ada di rumah jadi ia merasa bahwa Caine butuh ditemani.

"Mami emang belum ngantuk?" tanya Mia dengan suara pelan, dengan sekuat tenaga menahan matanya agar tidak tertutup. Sungguh, elusan di rambutnya benar-benar seperti mantra yang bisa membuat siapapun jatuh ke dalam mimpi saat itu juga. Wakyu pertama kali dia bergabung di sini, ada rasa takut dalam diri Mia saat berada di sekitar Caine karena dirinya sangat jarang mengeluarkan suara. Namun lambat laun ia tau bahwa dibalik diamnya itu terdapat sisi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

"Belum, Mia tidur dulu aja, tuh matanya aja udah ga bisa buat melek" dengan suara lembutnya Caine tertawa, bohong jika dirinya tidak mengantuk apalagi setelah melakukan banyak pekerjaan rumah dari pagi buta. Namun, rasanya ia belum bisa beristirahat jika Rion belum ada di rumah. Sang kepala keluarga itu pamit sesaat setelah makan malam, dengan alasan ada klien yang ingin melakukan transaksi secara mendadak. Awalnya Caine bersikeras untuk ikut menemani, namun Rion dengan tegas menolak karena tak ingin membuat Caine kelelahan.

"Mia tidur kalau mami juga tidur" mendengar ucapan itu membuat Caine tak bisa menahan senyumnya, meski Mia anak yang paling kecil tapi dia adalah orang yang paling perhatian kepada semua orang. Melihat bagaimana kerja keras Mia untuk tetap terjaga bersama dirinya memunculkan perasaan tak enak dalam diri Caine. Ia memutuskan untuk berpura-pura akan tidur supaya Mia mau beristirahat di kamarnya, Caine mengantar Mia sampai ke kasurnya dan memastikan bahwa anak itu benar-benar terlelap.

Setelah menutup pintu kamar si bungsu, Caine berniat untuk kembali ke ruang tamu dan melanjutkan kegiatannya menunggu Rion. Baru sampai anak tangga terakhir, telinganya menangkap suara mobil masuk ke dalam garasi rumah. Ia urungkan niat ke ruang tamu dan bergegas berjalan menuju pintu utama untuk menyambut sang kepala keluarga. Pintu dibuka dari luar, menampakkan Rion dengan setelan kerjanya yang sedikit berantakan dan rambut yang acak-acakan serta wajah lelahnya itu.

"Dor" ucap Caine dengan senyuman lebar di wajahnya, perasaan senang memenuhi dadanya hingga buat ia sedikit kesulitan bernafas. Meski begitu, ada perasaan lega saat Rion sudah kembali ke rumah. Sedangkan Rion yang melihat tingkah menggemaskan Caine tak dapat untuk menahan senyumnya juga, bahkan ia sedikit tertawa karena tidak tahan melihat tingkah lucu itu.

"Papi peluk" ucap Caine manja dengan merentangkan tangannya, berikan gesture pada Rion untuk memeluknya. Dihadapkan dengan tingkah yang bisa dihitung jari membuat Rion tak tahan, namun ia tak langsung memeluk Caine.

"Aduh, tapi aku kan baru dari luar, kotor sayang" tolaknya dengan pelan, tak ingin melukai perasaan lelaki di depannya itu. Wajah yang tadinya dihiasi dengan senyuman indah berganti menjadi sedih dengan bibir yang sedikit mengerucut. Kakinya ia hentakan tanpa sadar sebagai bentuk protes dan kesal, alisnya menukik tanda tak suka dengan penolakan yang ia dapatkan. Melihat hal itu membuat Rion sedikit merasa bersalah, ia yakin bahwa Caine sudah lama menunggu dirinya pulang.

"Iya udah sini" tangannya menarik Caine untuk masuk ke dalam pelukannya, mengecup pucuk kepala Caine yang mengeluarkan aroma favoritnya. Tangannya mengusap pelan punggung Caine untuk meredakan kekesalan yang dirasakan oleh istrinya itu. Rasa lelah yang ia rasakan setelah bekerja tadi langsung hilang karena istrinya ini, memang hanya Caine yang ia butuhkan.

"Mami kenapa belum tidur, hm?" tanya Rion memecahkan keheningan, matanya melirik jam dinding yang sudah menunjukkan waktu hampir tengah malam. Tangannya beralih untuk membopong Caine ala koala, dan berjalan ke lantai atas menuju kamar. Diperlakukan seperti itu sedikit membuat Caine terkejut, tangannya memeluk erat leher Rion dan kakinya melingkar di pinggang suaminya itu.

"Nungguin papi lama banget gak pulang-pulang, humph" meski tak bisa melihat wajah Caine, Rion tau jika lelaki dingendongannya itu sedang mencebik lucu. Entah kenapa panggilan yang sebenarnya sering ia dengar terasa berbeda jika terucap dari mulut Caine. Setelah masuk ke kamar, ia berjalan menuju kasur dan duduk tanpa menurunkan Caine dari gendongannya. Kini Caine berada di pangkuannya, Rion sedikit mendongakkan kepala agar bisa melihat wajah cantik itu.

"Maaf ya sayang, aku ga tau kalau bakal lama" jelas Rion pada Caine, tangannya membelai lembut pipi yang sedikit gembul itu. Membuat semburat merah lagi lagi menghiasi wajah cantik itu. Entah sudah keberapa kalinya Rion jatuh pada pesona lelaki berambut merah itu.






Haaaaloooooorrrrrrr~ met berbuka olllll. abseng dong yang nunggu cerita papi dan mami ini. Setiap notif yang aku dapet tiap buka wattpad bener-bener makes my day. Melihat antusias kalian semua bikin aku kepikiran buat bikin jadwal update aja. Jadi aku berpikir buat update dua kali dalam seminggu, kira-kira enaknya hari apa ya? Anyway hopes y'all enjoys this story, and see you in another chapter, byeeeee~ aop🦖

Keluarga Mapia [TNF] [RionCaine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang