Capek

14.1K 1.4K 144
                                    

Matahari sudah hampir tenggelam, bertukar tempat dengan bulan dan para bintangnya. Namun sampai kini Rion masih saja berbicara dengan kolega kerjanya, padahal sudah hampir 8 jam rapat ini berlangsung. Hari ini ada pertemuan dengan klien yang berniat untuk membeli senjata dari mereka. Tak banyak orang yang terlibat, hanya Rion dan Caine yang datang untuk berdiskusi.

Tanpa sepengetahuan Rion, pria berambut merah di sebelahnya sudah sangat bosan dan mengantuk. Namun Caine memilih untuk diam saja dan tetap mengikuti rapat ini dengan tenang tanpa mau mengganggu siapapun.

"Aduh ni kalau boleh jujur gue sebenernya gak ngerti ni meeting ngomongin apaan" ucap Caine menggerutu dalam hatinya, matanya sudah kering dan tubuhnya sudah lelah duduk di kursi kayu ini selama berjam-jam. Sibuk bergulat dengan pikirannya sendiri sampai ia tak sadar bahwa rapat sudah selesai.

"Yuk pulang" ajak Rion pada Caine sembari membereskan barang mereka. Kemudian ia beranjak dari kursi dan menuntun Caine untuk berjalan mengikutinya keluar. Belum sempat pintu itu dibuka, terdengar panggilan dari salah satu klien tadi membuat Caine memutar matanya jengah. Keduanya terlihat sangat asik mengobrol tanpa menghiraukan Caine yang berdiri di samping Rion dengan wajah yang masam. Tak tahan lagi dengan perbincangan ini, Caine meraih lengan Rion pelan membuat empunya menoleh.

"Rion~" panggil Caine dengan nada yang sedikit manja, tak lupa pasang wajah murung. Sadar dengan situasi membuat Rion segera berpamitan dengan kliennya. Menggandeng tangan Caine untuk berjalan menuju mobil, buat suara decihan Caine terdengar.

"Lama banget ish" gerutu Caine selama perjalanan menuju mobil, membuat Rion terkekeh pelan. Istrinya ini selalu menggemaskan dalam kondisi apapun, bahkan ketika merajuk seperti sekarang. Ingin ia rasanya mengurung Caine seharian di kamar, tapi apa daya, sudah dipastikan pintu akan terus digedor oleh kelima belas anaknya.

"Maaf ya sayang" pintu penumpang ia bukakan untuk Caine, kemudian ia beranjak untuk duduk di tempatnya. Mobil ia lajukan dengan kecepatan sedang, untuk menikmati waktu berduaan tanpa gangguan anak-anaknya. Sebagai pengemudi handal, mudah baginya untuk mengemudi dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain ia gunakan untuk menggenggam tangan Caine. Mengusapnya pelan sebagai tanda permintaan maaf sudah membuat istrinya bosan.

"Capek banget tau gak sih duduk selama delapan jam" masih dengan wajah tertekuk, Caine terus menggerutu tentang kekesalan yang ia tahan sedari tadi. Bukan ia tak mau membantu, tapi jujur pembahasan selama rapat tadi sangatlah berbelit-belit. Belum lagi ada salah satu klien wanita yang terang-terangan berusaha menggoda untuk mendapat perhatian Rion. Mengingatnya membuat amarah kembali ia rasakan, coba saja bukan klien, satu peluru bisa saja mendarat di kepalanya.

"Iya iya, maaf ya sayang" tangan Caine ia bawa untuk dikecup, membujuknya agar tidak makin merajuk. Dan benar saja, lagi dan lagi rona merah menghiasi wajah cantik itu. Tak pernah bosan bagi Rion untuk memandang istrinya itu. Perjalanan pulang mereka habiskan dengan mengobrol ringan dan sedikit candaan. Hari sudah semakin larut, entah karena tubuh yang sangat lelah atau suasana yang sangat nyaman buat Caine tak sadar tertidur lelap. Merasa suasana hening, Rion menoleh untuk mengecek keadaan Caine. Tersenyum singkat melihat wajah cantik itu terlelap, sedikit merasa bersalah membuat istrinya kelelahan.

Mobil sudah terparkir di garasi, Rion membereskan barang bawaan dengan tenang karena tak ingin membangunkan Caine. Setelah melepas seatbelt, ia membuka pintu pengemudi dengan perlahan tak lupa menutupnya dengan pelan juga, kemudian berjalan menuju pintu sebrang. Pintu dibuka dengan pelan, secara hati-hati melepas seatbelt yang dikenakan oleh Caine dan membopong badan itu perlahan agar tidurnya tak terusik. Seperti hal yang biasa dilakukan, tak ada kesulitan bagi Rion untuk membuka pintu rumah meski tangannya sedang menggendong Caine ala bridal style.

Ruang tamu yang tadinya ramai mendadak sunyi melihat pemandangan romantis yang mereka lihat. Bahkan ada yang dengan sigap mengambil handphone guna memotret tingkah manis orangtua mereka. Selain itu ada juga yang berusaha mati-matian agar tidak berteriak karena kegemasan.

Setelah sampai di kamar utama, Rion menurunkan Caine perlahan, tak lupa untuk melepaskan sepatu dan menggantikan baju Caine menjadi baju yang lebih nyaman. Setelah menutup tubuh Caine dengan selimut, waktunya bagi Rion untuk bersih-bersih. Badannya terasa sangat lengket dan bau karena keringat. Cukup 10 menit Rion habiskan untuk mandi dan berganti pakaian, ia langkahkan kakinya menuju kasur untuk merebahkan diri di samping Caine. Merasa ada pergerakan di sampingnya membuat Caine membuka matanya. Otaknya sedikit linglung dengan situasi ini, seingatnya tadi masih berada di mobil.

"Udah yuk, lanjut tidur. Mandinya besok pagi aja" ucap Rion sembari menarik Caine ke dalam pelukan agar istrinya itu kembali terlelap. Caine tak menolak, ia justru menyamankan diri dalam pelukan tersebut dan kembali menutup matanya. Sungguh keromantisan kedua orang ini membuat siapapun yang melihat merasa iri. Apalagi yang lagi baca, wopsie😋





Tutululut~omagarwwww apa ini, adakah yang nungguin? Siapa yang puasa hari ini angkat tangan☝🏻semoga puasanya lancar yaauurrr🦖

Keluarga Mapia [TNF] [RionCaine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang