sakit

8.5K 1.1K 62
                                    

Seperti yang kita tau bahwa di rumah ini tidak pernah ada yang namanya sunyi kecuali jika mereka sedang tertidur. Ketika pagi menyapa, rumah seketika berubah menjadi pasar. Di setiap sudut rumah ada saja yang bertingkah, jadi tak heran kalau Rion harus mengganti barang yang rusak karena ulah mereka seminggu sekali. Hanya ada dua momen rumah ini akan sunyi, yang pertama ketika mereka tidur dan yang kedua ketika mereka makan.

Seperti yang sedang terjadi pagi ini semuanya tengah duduk dengan tenang di meja makan, menunggu masakan matang. Kali ini adalah giliran Key dan Selia yang membuat sarapan untuk semuanya. Tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk menyelesaikan acara memasak itu.

"Gilaaaa, kata gue lu buka restoran aja sih daripada jadi mafia" ucap Garin ketika mencium bau masakan yang menggugah selera itu. Dirinya berusaha mati-matian menahan liurnya untuk tidak menetes. Bukan hanya Garin, yang lainpun merasa sangat lapar ketika melihat masakan yang dibuat oleh Key dan Selia.

Setelah makanan dihidangkan di meja makan, semuanya bersiap untuk menyantap. Mereka makan dengan tenang dan lahap, tak ada suara selain sendok beradu dengan piring. Di tengah kegiatan makan pagi itu, Rion menoleh ke kursi samping di mana Caine duduk. Dirinya merasa heran karena cara makan Caine yang terlihat lesu dan porsi yang lebih sedikit dari biasanya.

"You good?" tanya Rion pelan, tak ingin mengganggu yang lainnya. Caine menoleh pada Rion dan menganggukkan kepalanya, kemudian lanjut untuk menyantap makanannya. Sebenarnya masih banyak yang ingin Rion tanyakan, tapi ia urungkan karena dirinya selalu mengajarkan untuk tidak mengobrol saat makan.

Setelah selesai dengan kegiatan makan bersama, semuanya kembali melanjutkan kegiatannya masing-masing. Caine berniat untuk meneruskan kegiatan yang belum selesai kemarin, namun tangannya ditarik pelan oleh Rion. Karena tak memiliki tenaga lebih, Caine memilih untuk menurut mengikuti langkah kaki Rion.

Keduanya melangkahkan kaki menuju ke kamar, Rion lebih dulu duduk di tepi ranjang. Dirinya mengisyaratkan pada Caine untuk duduk di sampingnya. Rion mengarahkan tangannya pada dahi Caine untuk mengecek suhunya. Sedikit terkejut ketika merasa suhu badan Caine sangat panas, dirinya bergegas untuk mengambil obat dan keperluan lainnya. Rion menyuruh Caine untuk berbaring setelah meminum obat penurun panas. Memasangkan plester kompres pada dahi Caine supaya membantu mempercepat penurunan suhu badannya.

"Kamu kenapa? Kok bisa sakit gini?" tanya Rion pelan, dirinya duduk di samping Caine yang sedang menatap dirinya. Tangannya mengusap rambut Caine yang basah karena keringat, padahal AC kamar sudah menyala. Mata Caine terlihat sayu, hidungnya memerah lucu seperti tomat ceri. Caine menggigit bibirnya, sedikit ragu untuk menceritakannya pada Rion. Melihat adanya kegugupan dari wajah Caine membuat Rion heran, ia yakin ada sesuatu yang disembunyikan.

"Emm, tapi janji jangan marah ya" ucap Caine pelan, berusaha untuk membujuk Rion agar tidak memarahinya. Mendengar hal itu justru membuat Rion semakin penasaran, dirinya menatap Caine seolah-olah mengatatakan bahwa dirinya tidak akan marah. 

"Sebenernya kemarin aku sempet keujanan waktu nemenin yang lain main, tadinya aku udah minta buat udahan aja karena ujan tapi ngeliat mereka seneng waktu main ujan akunya gak tega" cerita Caine pada Rion, awalnya ia ingin marah tapi mendengar alasan Caine yang memperhatikan anak-anak membuatnya tersenyum. Tangannya mencubit pelan pipi Caine, mendapat perlakuan tersebut membuat Caine merasa lega. Ia yakin bahwa Rion tidak akan memarahinya karena hal itu. 

"Ya udah gapapa, aku yakin mereka juga butuh hiburan. Apalagi mereka masih muda tapi harus terjun di dunia gelap gini. Tapi yang lain sakit juga gak?" dirinya paham, meski pekerjaan mereka berat tapi ia yakin dalam diri mereka hanyalah seorang anak kecil. Melihat mereka yang bisa bahagia dengan hal kecil buat dirinya juga bahagia. Tangannya masih setia mengusap rambut Caine, ia senang melihat bagaimana perhatiannya Caine pada anak-anak. Dirinya tak salah pilih Caine sebagai tangan kanannya, dengan adanya Caine ia merasa terlengkapi.

"Engga kok, mereka baik-baik aja. Kayaknya emang akunya aja yang udah tua jadi gampang sakit" terdengar tawa Rion ketika mendengar ucapan itu, sontak Caine ikut tertawa karena ucapannya sendiri. Tawa keduanya terhenti karena suara ketukan pintu, Rion berdiri untuk membuka pintu sedangkan Caine berusaha untuk duduk dan memperhatikan dari ranjang. Rion dikejutkan dengan semua orang yang kini berdiri di depan pintu, matanya menatap mereka semua meminta penjelasan.

"Anu, mami gapapa?" tanya Echi mewakili semuanya, mereka menyadari jika keduanya tidak berada di bawah setelah sarapan. Setelah pencarian di semua sudut rumah, mereka memutuskan untuk mendatangi kamar keduanya.

"Mami demam, katanya kemarin abis keujanan" jawaban Rion membuat yang bersangkutan panik, tubuhnya menegang takut takut akan dimarahi karena sudah membuat Caine jatuh sakit. Rion bisa melihat jika Echi, Krow, Mia, Garin  dan Jaki memasang wajah panik, dalam hatinya tertawa karena tingkah mereka. Bahkan kelimanya kini sudah berusaha untuk menghindari tatapan Rion, ada yang menunduk dan juga berpura-pura melihat sekeliling. Sedangkan yang lain hanya diam, takut jika akan ikut terseret masalah itu. Cukup trauma melihat proses sidang beberapa hari lalu di mana Caine tak sengaja terpukul.

"Kalian gak sakit juga kan?" mendengar pertanyaan Rion membuat kelimanya menggeleng pelan, belum sempat mereka mengucapkan permintaan maaf, Rion sudah kembali berucap.

"Gapapa kok, kalian juga jarang kan main kaya gitu, pasti capek ya kerja terus. Maaf ya udah bikin kalian ikut kerja kotor kaya gini" tangan Rion mengusap kepala Mia yang berada di dekatnya, kemudian menatap yang lain dengan senyum. Sedikit sedih karena sudah membuat mereka ikut bergabung dengan bisnis kotor ini.

"Tapi lain kali harus inget kesehatan ya, kalian masih bisa main lagi kok di lain waktu" mendengar hal itu membuat yang lain terharu, bahkan beberapa diantara mereka sudah menahan air matanya.

"Papi, makasih udah selalu ngertiin kita. Minta maaf juga kalo suka bikin papi pusing sama kelakuan kita" mendengar ucapan Mia buat Rion ikut terharu, dirinya benar-benar merasa seperti ayah mereka semua. Meski ia sering naik darah dengan segala tingkah yang dilakukan anak-anak, namun ia juga merasa bahagia bisa melalui semuanya bersama mereka.

"Papi mau peluk" kini giliran Echi yang merengek, ia sadar dirinya paling sering membuat Rion naik darah. Dengan senang hati Rion merentangkan tangannya memeluk Echi, tangannya mengusap punggung itu ketika mendengar isak tangis dari anak itu.

"Ih kak Echi, Mia juga mau dipeluk papi" selayaknya anak bungsu, Mia juga ingin memeluk kepala keluarga itu. Kini semuanya saling berpelukan seperti teletubies, sungguh menggemaskan.

"Ini gak ada yang mau meluk mami kah?" sedari tadi Caine hanya diam melihat drama di depan pintu itu. Sontak semuanya langsung berlari masuk kamar, berlomba-lomba untuk bisa memeluk Caine. Rion hanya melihat kelakuan anak-anak dari pintu, tersenyum lebar melihat pemandangan lucu itu. Dalam hatinya bersyukur bisa bertemu dengan mereka dan menjadi keluarga.














EAK EAKKKKKKK, update kali ini disebabkan oleh :

Gak lagi lagi deh begini, kalian ganas banget bacanya😭 yang tadi bilang kalo ceritanya pendek, nih aku kasih lagiiii💋🦖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak lagi lagi deh begini, kalian ganas banget bacanya😭 yang tadi bilang kalo ceritanya pendek, nih aku kasih lagiiii💋🦖

Keluarga Mapia [TNF] [RionCaine]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang