BAB 16

4.3K 311 11
                                    

"Assalamu'alaikum" kata seseorang yang masuk ke dalam mansion nya.

"Wa'alaikumussalam" jawab serempak mereka yang ada di mansion itu.

"Hay kak devan" sapa Calvin.

"Hm" jawab singkat Devan.

"Kemana kak" tanya brayan.

"Urusan"

"Ouh" balas brayan.

Devan hanya bingung melihat mereka, kenapa mereka selalu berkumpul di mansion ini? Bukankah seharusnya mereka punya markas kalau mereka anak geng motor. Itulah isi pikiran devan sekarang.

"Jam berapa sekarang" tanya devan.

"Jam 16.10 kak" jawab Vino.

"Udah sholat azhar" tanya devan.

"Heh belum kak" serempak mereka kecuali gara dan anna.

"Sholat sana"

"Gak deh kak malas" jawab Calvin.

"Udah login aja jadi Kristen, sholat cuman sekali seminggu"

"Ye gak gitu juga kali kak"

"Kalian gak berguna kalau islam dalam kk dan bentar lagi kalian mau punya KTP kan tu KTP juga gak berguna ada agama islam seharusnya tulisane Kristen aja"

"Kejam amat kak" kata Vino.

"Seorang laki-laki itu harus rajin sholat, mengaji dan jangan selalu malas. Karena perempuan yang akan menjadi istri kalian itu membutuhkan imam masa depan nya bukan hanya ketampanan dan kekayaan yang hanya sementara itu" ujur devan.

"Ya kan cuman sekali doang kak, gara aja juga tuh" kata Calvin.

"Kalau ingin seperti gara yasudah jadi Kristen aja, kan kamu ingin sehari saja. Setiap minggu jangan lupa ke gereja okay" balasa devan.

"Gitu amat kak, tapi kan kami ingin nemanin anna dan lagi ma-" kata Vino terpotong karena di elak oleh seseorang yang memiliki aura yang mengancam.

"Gak ada sekali dan gak ada yang namanya nemanin perempuan yang belum berstatus muhrim, sholat sana atau jangan pernah datang lagi ke mansion ini lagi" kata devan dengan dingin.

"Ya yaudah deh" pasrah Calvin.

"Gak ikhlas gak usah, yang rugi juga bukan gue"

"Kami ikhlas kok, ya gak vin" kata Calvin.

"Bene bener kak, kami ikhlas suer ✌" ikutan vino.

"Mampus kena ceramah kak awan kan" batin brayan.

"Yang gak sholat pergi ke taman" kata devan kepada anna.

"Hm a aku disini a aja deh kak" jawab anna.

"Taman atau tidak sama sekali" kata devan yang dingin dan tatapan mengancam.

"Ya yaudah deh kak" anna terpaksa pergi di temanin pelayan ke arah taman dan mereka masih tetap duduk di sofa ruang tamu.

"Segera pergi ke ruang sholat" kata devan dengan nada yang lebih dingin dua kali lipat dan tatapan yang lebih mengancam.

"Ee ya, ka kami ke ru ruang sho sholat dulu, ba bay ka kak" kata brayan yang udah ketakutan dengan kakanya dan langsung berlari ke ruangan sholat disusul oleh zayyan, Calvin, Vino dan Gilang.

Sedangkan ditempat itu hanya tinggal devan dan gara yang diam dengan suasana hening yang datang terus menerus sampai suara seseorang bertanya.

"Gara ke ruang kakak sekarang, ada yang mau kakak tanyakan" kata devan yang melangkah pergi terlebih dahulu dan gara yang tau maksud hal itu langsung pergi ke ruangan devan karena gara tau ruangan kerja devan di mansion itu.

"Eh bentar gue sok sok ceramah tapii gue lagi ngincer anak orang lagi, kalau dia islam dan gak mau di sentuh dulu setelah dia lulus langsung gue halalin aja. Nah ide bagus tuh" batin devan yang berjalan mendekati ruangan nya.

Ceklek...

Suara pintu terbuka yang memperlihatkan seorang yang telah melepaskan jas hitamnya dan hanya menggunakan kaos oblong hitamnya saja.

"Kenapa kak, manggil gara" tanya nya sambil melihat devan yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri karena yah mereka udah ke adek kakak.

"Kakak mau tanya, selama kakak gak ada itu apa nayla pernah dekat dengan anak laki-laki"

"Hm se tau gara sih gak ya, dia hanya selalu di gang kita aja kak" kata gara dengan suara biasa karena jika suara dingin dan irit bicara, kakaknya lebih lima kali lipat dari sifatnya.

"Jadi dia tidak ada dekat anak laki-laki lain kan?“

" ouh ada sih, namanya itu Leo Dirgantara, anak om Joshua Dirgantara dan tante Livia Dirgantara yang pernah datang sapa kakak itu loh"

"Lalu dimana dia sekarang?"

"Hm waktu itu sih dia ikut lomba Olimpiade Internasional gitu di Amerika trus katanya sih udah balik tapi kami aja bahkan seharian gak lihat dia"

"Jadi namanya leo, seperti nama zodiak saja"

"Maybe orang tuanya milih zodiak leo sendiri karena kelahiran leo"

"Hm, gara kalau kalian ketemu jangan lupa tunjukkan ke kakak"

"Siap kak"

"Lalu bagaimana tugas mu itu" kata devan.

"Hm aman aja sih kak, soalnya mereka itu dingin karena gak kak yang berada disana" balas gara.

"Semangat saja, mereka kan seperti itu sesuai julukan saja gara"

"Yaudah deh, by the way kak"

"Hm"

"Aku masih bingung loh sama Kakak"

"why" tanya devan sambil mengangkat alisnya.

"Gini loh kakak, kan sebelum keberangkatan Kak kita udah kenal lama, kan? "

"Hm so"

"Sebelum Kakak pergi itu, kakak itu lucu, imut, polos dan apa lagi gak pernah pamer dengan ke kayaan kakak"

"Trus" tanya devan lagi.

"Trus tiba-tiba Kakak balik setelah sekian lama dengan penampilan seperti pria, bahkan banyak pria yang iri dengki ke tampan kakak"

"Yasudah biarkan saja" santai devan.

"Dahlah gue capek kak"

"Tidur"

"Capek ngadepin Kakak lebih tepatnya" kata gara yang di balas dengan tatapan mengancam dan ingin memakan seseorang itu.

"Hehe maaf kak" dia langsung keluar dan pergi karena tidak nyaman.

"Sudah pulang sana" ujur devan.

"Yaudah aku kembali pulang ya" sebelum mendapatkan dirinya yang di kembalikan dengan tatapan tajam nya langsung.

"Hm"

"Bay kak" dia melambaikan tangannya dan berjalan ke luar ruangan itu.

"Hm" katanya sambil memainkan ponsel dengan gambar grafik pemasaran perusahaan nya.

I'm a handsome man, no I'm a handsome womanWhere stories live. Discover now