Gotong Royong

2.3K 487 64
                                    

"Sesama pengangguran harus saling bantu."

~Geng pengangguran~




ES teh Shashi muncrat. "Gue nyuruh lo bikin airbnb estetis atau kos-kosan. Tapi kenapa jadi bikin asrama pembantu sih?"

Katia mencocol ayam dengan sambal. Banu makan sambil memelotot, menuntut penjelasan dari Katia.

"Kalau airbnb, gue mesti cari customer yang mau sewa serumah. Belum tentu ada tuh tiap hari. Sedangkan gue mesti nyewa desainer interior atau paling gak spending ke furnitur estetis yang gak murah. Duit dari mana?" Katia menyeruput es teh juga.

"Kos-kosan? Kan lumayan lo bisa jadi ibu kos." Banu tampak setuju dengan ide Shashi.

"Kos-kosan tuh pelik, gue mesti pintar-pintar milih anak kosnya. Yang mau rapi, yang mau taat aturan nggak berbuat asusila di kos-kosan, belum lagi amit-amit kalau terjadi kriminal, bisa karam itu KPR. Lagian, kalau kos-kosan, gue nggak mungkin nungguin itu kos-kosan atau ada penjaga lagi. Berkurang dong pemasukan. Dari empat kamar, gue cuma bisa sewain tiga." Katia sudah mempertimbangkannya masak-masak.

"Terus, kalau jadi yayasan, emangnya lo mau nungguin?" Shashi meremehkan.

Katia makan lagi satu suapan sebelum bicara dengan santai, "Cui, kalo penyalur pembantu, kasurnya bisa tingkat. Yang kamar ART juga bisa gue jadikan kamar. Jadi total dari lima kamar. Misalnya satu kamar buat gue, sisanya buat ART, gue bisa menampung enam belas ART." Katia sudah berhitung. Oke, mungkin kamar pembantu hanya bisa menampung tiga. Tetapi, berarti total yang bisa ditampungnya masih banyak, lima belas orang!

"Emangnya yayasan penyalur pembantu bisa bikin kaya, Kat?" Nada Shashi memelas, seolah-olah punya yayasan pembantu itu sama seperti punya yayasan buat kaum dhuafa yang intinya beramal.

"Lah itu, ibunya selebgram, punya penyalur TKI kaya banget, bisa belanja sampai muntah-muntah kayaknya." Sebagai pengangguran, Katia mulai keranjingan nonton youtube dan TikTok dari hal berguna sampai hal ghibah yaitu vlog kehidupan selebgram.

"TKI kan ekspor, Kat. Kalau lo? Di dalam negeri?" Banu mengingatkan.

"Lo aja bukannya butuh pembantu, Mas?" Katia balik mengingatkan.

Banu mengunyah pelan. "Iya sih."

"Bisa, Mas, bayarnya?" Shashi berempati.

"Gue udah nggak ada harga diri nih. Di rumah, gue salah melulu. Kalau bukan gue yang lunasin rumah dulu, kayaknya gue udah ditendang. Pokoknya rumah selalu kurang bersih, anak sakit, gue juga salah, salah kasih makan lah, cara main, anak jatoh juga salah gue. Stres banget gue." Banu curhat.

"Lo gak ngepel tiap hari kali?" Katia menebak.

"Emang ada orang ngepel tiap hari? Lagian gak debu-debu amat kok." Banu beralasan.

"Bi Minah ngepel tiap hari sih," Katia berujar lagi.

"Anak lo alergi kali, Mas," Shashi menambahkan.

"Kan gue bukan pembantu, Kat, masa ngepel tiap hari?" Banu tidak terima.

"Mas, lo itu pengangguran," Katia mengingatkan bahwa Mas Banu berada di kasta terbawah derajat sosial abad ke-22.

"Lo itu, disuruh ngepel, ya ngepel, disuruh nyuci ya nyuci, disuruh nyapu komplek juga lo sapu Mas. Ada hak suara apa lo dalam hidup ketika nggak menghasilkan satu perak pun?" Katia menyelipkan sedikit emosinya yang tak tersalurkan di sana.

"Apa gue jadi customer pertama lo aja, ya?" Banu kemudian menyerah dengan kehidupannya sebagai "terpaksa jadi bapak rumah tangga".

"Nah!" Katia menaikkan satu telunjuknya.

Shashi menyeruput es teh lagi sambil mendengarkan.

"Gue tuh, belum ngitung-ngitung biaya dan lain-lain. Gue ngisi rumahnya dulu ya. Kasih gue seminggu. Buat mengisi rumah, dan mengisi penghuninya." Katia terdengar semangat.

"Lo mau, bedol desa dari mana Kat?" Shashi khawatir.

Katia berpikir sambil menghabiskan makanannya.

"Tapi boleh nggak, gue minjem, mobil lo pada dulu?" tanya Katia.

"Nggaklah. Nanti lo jual lagi, kayak di TikTok. Teman pinjam motor, mobil, terus digadai." Shashi menolak keras. Maklum, mobilnya paling mahal, Honda CRV terbaru. Ia beli bekas, dan belum lunas.

Katia melirik malas. "Cui, gue pinjem tuh sekalian minta tolong, sama lonya yang nyetir. Buat ngangkut perabot dari toko ke rumah. Please bantuin. Gue cekak nih kalau beli online. Semua ada ongkirnya."

Shashi menghela napas dalam-dalam.

"Gue juga mau bantuin, tapi gue juga lagi kusut sebenarnya." Shashi terlihat lemas tiba-tiba.

"Kenapa lagi lo? Putus?" Katia mulai bosan dengan cerita itu-itu saja.

"Gue sebenarnya kena layoff kemarin." Shashi menghela napas berat.

Banu tersedak, Katia memelotot.

"Anak emas kayak lo juga kena?" Katia tak percaya.

"Wah... gokil. Udah mau bangkrut apa perusahaan?" Banu mulai pesimis.

"Katanya sih investor udah ngancem cabut. Udah kebanyakan bakar duit. Jadi sekarang tim marketing makin kecil, yang senior-senior, yang gajinya kegedean dipecat. Biar diganti sama anak-anak baru yang lebih murah." Shashi merasa perih, dedikasinya selama ini ternyata dihargai tidak berbeda dengan dua rekannya, yaitu PHK.

"Anak-anak baru itu emang ngerti apa? Emang skill-nya sama kayak lo?" Katia ikut sebal.

"TikTok, cui! Impression. Reach. Viral! Trauma gue lihat media sosial sekarang." Shashi mengangkat bahu.

"Terus mereka nggak ingat lo dulu berhasil gaet artis ekslusif buat posting belanja sayuran?" Banu nyengir.

Sashi tertawa miris. "Udah nggak mampu bayar, kali. Jadi nggak guna sama orang yang kenal artis."

Katia tebersit sesuatu. "Mendingan lo jadi investor di perusahaan gue."

"Yayasan maksud lo?" Sashi mengingatkan realitas Katia.

"Ini cuma sementara, Sash. Serius deh. Setelah keadaan membaik, dan gue dapat kerjaan yang layak, gaji oke, yang bisa bayar KPR ini dan hidup sehari-hari." Katia terdengar letih.

"Nggak mau kirim-kirim CV aja ke perusahaan - perusahaan?" Sashi prihatin.

"Kalau lo udah kenyang kayak kita, mungkin lo trauma juga kirim CV." Banu nyengir.

"Emang lo mau bayar gimana tuh apartemen lo? Belum lagi maintenance, listrik, air. Tabungan lo bisa ludes lebih cepat dari gue, Sash. Gue aja juga udah putus asa kemarin jual tablet sama tas." Katia akhirnya buka kartu.

Sashi menghela napas berat. Ia menutup wajahnya.

"Terus sekarang masa gue harus jadi penyalur pembantu?" Sashi stres mendadak.

***


Ditunggu komen-komennya buat lanjuuudh

Agensi Rumah TanggaWhere stories live. Discover now