Pembantuku Genit Sekali

2.1K 337 29
                                    


"Harapan para ART itu banyak. Selain menyejahterakan keluarga, kerja dengan artis super kaya dan diajak liburan ke mana-mana naik pesawat, atau menikahi majikan dan menjadi nyonya."

~Curhat ART yang Siap Kena Azab~



BEBERAPA hari belakangan, Siti jadi sering mengamati Banu. Banu sering bertengkar dengan Mila. Padahal menurut Siti, Banu baik sekali. Suka ngasuh anak, mau cuci piring, bahkan pernah ketika rumah luar biasa berantakannya karena ada acara keluarga yang baru selesai jam sebelas malam, Banu menyuruh Siti naik dan biar dia saja yang membereskan.

Di kampung saja, kuli bangunan boro-boro mau cuci piring. Yang ada malah istri harus menyiapkan segalanya, beberes, dan harus nurut. Memang beda manusia perkotaan, elite betul, begitu pikir Siti. Ia mulai berandai-andai, punya suami seperti Banu. Kalau dilihat lagi, lama-lama Banu manis juga. Kulitnya sawo matang bersih, tubuhnya kurus tapi kekar layaknya artis sinetron. Belakangan, bahkan Siti sering curi dengar, Banu dimarahi oleh Mila dan memilih untuk diam saja, bahkan minta maaf. Wah, kalau di kampung, adik Siti sampai ditampar suaminya karena berani menyahut. Siti semakin mengidolakan Banu sebagai sosok pria idaman, yang tidak pernah ia temukan di toko kelontong kompleks.

Siti jadi makin rajin, turun ke lantai bawah, kerja. Kadang Siti bahkan mengelap rak TV dua kali. Pokoknya biar bisa mejeng di depan Banu. Banu adalah motivasinya untuk bekerja lebih keras, dan tentunya tampil lebih rapi. Seperti saat ini, Siti cuci piring dengan pensil alis yang membingkai matanya, lipbalm berwarna soft tapi berhasil membuat wajahnya berseri, tidak lupa Siti memberikan sedikit pewarna di pipi agar tampak cerah.

Mila meletakkan piring-piring kotor bekas ia dan anak-anak makan sambil melirik Siti. Kok dandan nih pembantu? tanya Mila dalam hati.

"Siti, kamu sudah punya pacar?" tanya Mila akhirnya.

Siti mengambil piring-piring kotor itu dan membilasnya dengan semangat.

"Nggak punya, Bu," jawab Siti singkat.

"Kenapa?" tanya Mila.

"Malas, Bu, pacaran sama orang sekampung. Pemalas." Siti nyengir.

Mila ikut tersenyum. Masuk akal. Mungkin Siti agak revolusioner di kampungnya.

"Terus mau cari jodohnya di mana?" tanya Mila.

Siti mesam-mesem. "Nggak tahu nih, Bu. Semoga ketemu pas kerja di kota."

Mila mengangguk paham. Dalam hati ia berkata, mungkin ini sebabnya pembantunya dandan di rumah. Mungkin biar pas menyiram halaman depan, Siti mimpi bisa ketemu cowok kayak di FTV.

"Minggu depan saya mau keluar kota ya, Siti. Kamu bisa urus anak-anak, kan? Nanti saya buatkan menunya buat tiga hari," kata Mila.

Siti menoleh dengan mata berbinar. "Pak Banu ikut, Bu?"

Perasaan Mila mulai tidak enak. Apa kepentingannya Siti nanya Banu? Otak Mila mulai melayang ke suami artis jebolan acara idola televisi menikahi babysitter anaknya.

"Kerjaan kantor saya, jadi saya aja," jawab Mila dingin.

Siti fokus ke piring lagi, tangannya cekatan menyabuni semua piring.

"Bisalah, Bu. Ibu tenang aja," ucap Siti semangat.

Mila meninggalkan dapur, lalu masuk ke kamar. Banu di meja kerja, serius memperhatikan kekurangan di CV-nya yang mungkin ia perbaiki. Banu semakin yakin, pekerjaan baru itu kian dekat.

"Mas, menurut kamu Siti gimana?" tanya Mila sambil duduk di tepi tempat tidur.

"Gimana gimana?" Banu sebenarnya malas memikirkan hal lain selain apa yang ada di depannya, melamar pekerjaan.

Agensi Rumah TanggaWhere stories live. Discover now