Pertama Yang Penglaris

1.5K 359 21
                                    


"Selalu ada yang kedua setelah yang pertama. Semoga."

~Doa Pedagang Tiap Hari~




KATIA menepikan mobil di depan gerbang tinggi rumah Kafka.

"Bi... ingat, kan, gimana cara pesan makanan?" Katia bertanya serius.

Sashi menoleh ke belakang. "Bisa, kan, Bi?"

Bi Minah mengangguk. "Sudah saya catat juga kok, Non. Kan kita sudah beberapa kali latihan di rumah?"

Dua hari terakhir, Bi Minah disuruh pesan makanan dan minuman sampai enam kali sehari. Sampai Bi Minah, Sashi, dan Katia berpindah tempat agar Bi Minah paham bagaimana mengubah-ubah tempat penerimaan.

"Bibi ingat ya, nggak boleh kasih tahu siapa-siapa alamat rumah ini, nggak boleh masukin ke Instagram, pokoknya rumahnya nggak boleh difoto-foto." Katia memperingatkan sekali lagi.

Bi Minah mengangguk kuat-kuat, seolah-olah ia akan diluncurkan ke medan perang.

"Bi Minah pasti bisa!" Sashi memberi semangat.

Katia tersenyum puas. "Sash, lo tolong antar ke dalam, ya. Gue mau telepon yang lain."

Sashi manut dan turun dari mobil bersama Bi Minah. Sashi menekan interkom dan gerbang dibuka.

Katia bergegas menelepon Siti.

"Eh, Mbak, gimana? Kapan bisa secepatnya ke Jakarta?" Katia to the point.

"Bisa, Mbak, tapi gini..." Siti terdengar ragu.

Waduh, kenapa lagi ini? Kepala Katia ikut pusing karena teringat rumah tangga Banu yang mungkin berakhir di Pengadilan Agama kalau Siti batal berangkat.

"Kenapa, Mbak Siti?" Katia berusaha menahan panik.

"Teman-teman saya pada mau ikut, tapi suster. Boleh nggak, Mbak?" tanya Siti.

Mata Katia berbinar. "Boleh, boleh banget. Bawa aja semuanya. Berapa orang?" Katia antusias bukan main. Padahal sebelumnya kepalanya mumet memikirkan bagaimana mendatangkan ART lainnya.

"Suster yang mau diangkut empat, pembantu dua, Mbak." Siti berhitung.

"Oke, nanti ongkosnya saya ganti ya, Mbak. Tolong pakai bus aja," kata Katia.

"Siap, Mbak," ucap Siti sebelum menutup telepon.

Katia bergegas mengambil laptop di belakang kursinya. Ia mengetik postingan Instagram dengan Canva. Tak lupa ia juga membuat TikTok dengan dirinya sebagai fokus. Kemudian ia mengisi voice over. "Cari babysitter dan ART berkualitas? Yuk, hubungi ART! Agensi Rumah Tangga, solusi untuk keluarga Anda!"

Katia mengetik nomor ponselnya di postingan TikTok ketika Sashi membuka pintu mobilnya.

"Ngapain lo?" Sashi masuk ke mobil sambil melihat ponsel Katia.

"Bikin Tiktok lah... Marketing." Katia memperlihatkannya ke Sashi.

"Wih, serius banget nih bisnis kayaknya." Sashi mengangkat satu alis sambil nyengir.

Katia manyun. "Serius lah gila, biar gue nggak minjem duit ke lo. Gimana situasi di dalam?"

"Kafka lagi nggak ada di rumah. Cuma ada Mbak Ira. Padahal gue pengin ketemu Kafka." Sashi mengeluh.

"Udahlah, Sash. Jangan mengharap terus. Omong-omong, gue dapat empat suster sama dua pembantu lagi di luar Siti." Katia mengunggah postingannya.

Sashi berhitung. "Wah, kalau semuanya bisa tersalurkan bulan ini, lo kaya dong?" Sashi memelotot tak percaya.

"Lumayan, kan? Bisa lunasin belanjaan kemarin. Surplus malah. Tinggal cari tuannya nih. Mungkin gue mau ketok tetangga juga deh." Katia memilih jemput bola.

"Wah, gue salut sih sama lo, sampai mau ketok pintu." Sashi menatap takjub.

"Namanya juga usaha, sekalian nyemplung," ucap Katia sambil mengirim pesan pada Banu.

"Eh, Kat, gue bisa jadi admin lo nggak sih? Atau jadi apa gitu?" Sashi tiba-tiba nyeletuk.

"Emang sekelas lo, belum dapat kerjaan?" Katia bertanya.

"Yaelah... Kalau gue udah dapat kerjaan, ngapain gue jadi kurir TKW gini? Email gue dibalas juga nggak." Sashi kesal.

"Tapi gue ngegaji lo berapa? Gue aja baru terima uang admin Bi Minah. Di bawah UMR itu. Belum operasional gue." Katia jujur.

Sashi berpikir sebentar. "Gini deh. Gue dibayar pakai komisi setiap kali ada tenaga kerja yang berhasil menemukan majikannya. Gaji pokoknya kecil aja, gimana?"

Mata Katia menyipit. "Ternyata usaha ini menarik juga, ya. Sampai sekelas lo aja mau ikutan."

"Gue sih realistis aja. Daripada kerja keren-keren nggak ada duitnya, atau gampang dipecat." Sashi mulai ketar-ketir membayangkan tabungannya bakal tergerus kalau banyak memilih untuk menghasilkan uang berapa pun itu.

"Kerja keren-keren tapi nggak ada duit tuh apa namanya?" tanya Katia polos.

"CEO coffee shop yang gulung tikar?" Sashi menjawab dan keduanya tertawa.

Agensi Rumah TanggaWhere stories live. Discover now