CHAPTER 1 : Permohonan Gila

1.1K 184 32
                                    


"Hhh... ."

Helaan napas kembali terdengar dari bibir pink nan lembut Aine. Remaja laki-laki itu sudah 30 menit duduk merenung di tepi lubang pohon raksasa yang disebut Pohon Kedamaian.

Mata biru glesternya tak lepas dari pecahan telur seukuran tubuhnya yang tadinya menjadi tempat berlindungnya. Ia benar-benar tak ingin mengakui bahwa ia baru saja keluar dari telur putih itu.

Apakah Ia termasuk unggas yang mempunyai ceker ayam? Dua garis air mata mengalir saat Aine membayangkan jika wajahnya yang tampan berubah menjadi siluman ayam.

Suasana hati Aine menjadi lebih pahit saat perutnya menggeram lapar, namun sekarang Ia berada di lubang di tengah Pohon Kedamaian, pohon yang setara dengan pohon tertinggi di dunia, terlalu tinggi untuk tubuh remajanya melompat.

Andai saja Ia tak membuat permintaan gila untuk isekai sebelum memakan buah salak, Ia pasti tak akan mati tersedak biji salak dan bangun di dalam telur, di tempat aneh ini! Ia sekarang pasti masih bisa menikmati pekerjaannya sebagai pemilik warung makan kecil dengan hati bahagia walau setiap hari rambutnya rontok dan hampir membuatnya botak karena terus melihat angka.

Sialan... Ia bahkan tak tau di novel mana Ia bertransmigrasi sekarang, terlalu banyak genre yang Ia baca. Semoga bukan genre gore dan horor saja...

Tapi, novel yang Ia baca kan memang mengandung semua genre sesat, terutama genre obsessive... F#ck!

Sudahlah, Aine akan pasrah dengan keadaan. Lebih baik Ia mencari makanan dulu untuk menghentikan suara guntur di perutnya.

Mata Aine memincing, meneliti seluruh bagian dalam lubang pohon yang Ia tempati. Tiba-tiba sebuah kilau perak di bagian atas lubang pohon menarik perhatian Aine.

Aine mengendikkan bahunya dan berdiri, hingga kepalanya hampir terantuk bagian atas lubang. Lalu dengan jari-jarinya yang ramping, Ia mengambil benda berkilau yang terselip diantara kayu yang meregang.

Itu ternyata adalah sebuah anting-anting sepanjang jari kelinging remaja dengan kristal biru glester bertabur gemerlap bintang yang serasi dengan warna mata Aine.

Aine merasa bingung, mengapa ada anting-anting cantik disini? Ia menaruhnya di telapak tangannya dan mengamatinya. Humm... pasti mahal, pikirnya.

Namun karena sekarang yang terpenting adalah makanan, jadi Aine mendengus dan meletakkan anting-anting gemerlap itu kembali ke tempatnya. Ia tak ingin menerima kutukan aneh atau semacamnya jika membawa benda-benda aneh di sakunya.

Dengan cemberut, Ia duduk kembali ke tepi lubang sambil merenung.

Saat Aine terlalu malas dan lapar, tiba-tiba pecahan telur putih di sampingnya terlihat lumayan enak. Ia tak akan keracunan kan? Bukankah gizi kulit telur itu bagus untuk anak-anak yang baru menetas?

Dengan ragu Aine memasukkan secuil cangkang telur kedalam mulutnya. Ia tak menyangka bahwa teksturnya akan renyah dan rasanya manis, gurih seperti keripik ubi jalar.

Terkejut dengan rasanya, Aine segera mengumpulkan pecahan-pecahan cangkang telur yang berserakan di sarang yang terbuat dari daun itu dengan tangan seputih saljunya yang ramping.

Aine sangat lega saat ia keluar dari telur tadi, ia memakai pakaian mirip blouse putih yang panjang hingga menutupi bawah pahanya. Jika tidak, itu akan memalukan untuk pria 25 tahun sepertinya, keluar dengan telanjang.

Mulut kecil Aine tak berhenti mengunyah cangkang-cangkang telur yang telah Ia kumpulkan dengan kedua tangannya, layaknya hamster yang kelaparan. Ia menjulurkan lehernya keluar lubang pohon dan menatap kagum keseluruh gua yang terlihat seperti gua di film fantasi yang pernah ia tonton.

I Became the Third Male Lead of a Sadistic Female ProtagonistOn viuen les histories. Descobreix ara