CHAPTER 11 : Kabur

604 103 34
                                    

Maaf ya guyss telat up nyaa

Malah ketiduran

Yaudah jangan lupa vote and komen yaa
Makasihh ⊂⁠(⁠・⁠▽⁠・⁠⊂⁠)

***

Telinga Aine masih di penuhi dengan berbagai omelan Leon yang menyuruhnya untuk tidak keluar kamar apapun yang terjadi. Remaja berambut merah jambu itu juga berkata bahwa ia akan memutuskan rencananya kembali seyelah sarapan bersama Marquis nanti jika Aine dengan suka rela membantunya.

Jadi saat ini, Aine tengah berusaha kabur dari balkon menggunakan tali yang ia temukan di tempat penyimpanan senjata milik Leon di kamarnya. Walau Telur Naga Merah telah menolak untuk pergi agar ayahnya itu mengurungkan niatnya kembali, namun Telur itu tetap ikut karena ayahnya bilang akan pergi sendiri saja.

Tangan Aine tak terbiasa memegang sesuatu dengan kuat, jadi saat ini telapak tangan lembutnya sedikit tergores saat ia turun menggunakan tali. Namun seakan tak peduli, ia merentangkan tangannya keatas, agar Telur Naga Merah bisa melompat ke pelukannya dari balkon lantai dua.

Dengan kepercayaan penuh pada ayahnya, Telur Naga Merah hanya bisa melompat dari ketinggian dan syukurlah, pelukan Aine dengan cepat menangkapnya.

"Dapat! Kamu tidak apa-apa sayang?" tanya Aine dengan lembut sembari mencium pucuk Telur Naga Merah yang kini sedang mengusapkan cangkangnya pada dada Aine.

Oh benar, kali ini pun Aine hanya bisa memakai pakaian Leon. Yaitu kemeja putih panjang yang bahkan menutupi bawah pahanya, serta celana hitam pendek yang Hubert carikan di gudang. Leon berjanji akan membelikan Aine pakaian yang layak jika mereka pergi ke pasar nanti. Jadi untuk saat ini, Aine menggunakan jubah cokelat milik Leon untuk menutupi tubuh dan terutama telinganya.

Langkah kaki Aine mengendap-endap, menghindari para pelayan yang sedang berlalu-lalang. Bahkan Telur di pelukannya begitu senyap sekarang, seakan tau ayahnya tak ingin ketahuan.

Bukannya Aine tak ingin menuruti perkataan Leon, namun perasaan terkena ulat bulu api di kulitnya tadi malam, sama dengan deskripsi di novel jika seorang Elf bertemu Kekuatan Kegelapan. Karena itulah Aine penasaran, mengapa ia merasakan kekuatan kegelapan di dekat balkon? Apakah Leon telah memutuskan menggunakan kekuatan kegelapan? Tapi seingat Aine, itu harusnya terjadi saat Leon berumur dua puluh tahun dan saat Lynnox sedang berada di masa jayanya.

Jadi Aine akan mencari tahu sendiri, apa yang sebenarnya terjadi di sini. Yah, walau ia yakin Leon akan mengomelinya lebih dari sebelumnya. Namun, ia tak bisa membiarkan temannya itu masuk ke jalan kejahatan!

Para pelayan yang sedang membawa keranjang pakaian kotor, tak dapat melihat Aine yang tengah mengendap-endap di balik pepohonan di samping mansion. Mereka terlalu lelah untuk peduli karena Marquis selalu memprotes apapun yang menurutnya tak sempurna. Membuat para maid dan pelayan laki-laki merasa bahwa lebih baik tangan kanan Marquislah yang mengambil alih segalanya. Menurut mereka, tangan kanan Marquis, yaitu Jess, sangat baik dan perhatian pada para pekerja di mansion. Bahkan yang selalu menyuapi Marchioness yang tengah sakit di kamarnya adalah dia.

Aine yang mendengar para penjaga mengeluh, sedikit mengerutkan dahinya karena menurutnya itu sedikit tak masuk akal. Mengapa Jess itu tak memerintahkan seorang maid untuk menyuapi Marchioness dan malah melakukannya sendiri? Bukankah ia memiliki banyak pekerjaan?

Setelah melihat bahwa para maid dan beberapa butler pergi ke belokan, Aine dengan cepat berlari menuju arah berlawanan dengan mereka. Ia ingin mencari kamar sang Marchioness. Mungkin saja ia dapat mengumpulkan petunjuk disana.

Syukurlah pada para pelayan yang terus bergosip, ia dapat mengetahui di mana balkon kamar Marchioness saat ini. Hanya saja, ia tak tau bagaimana caranya naik.

Jadi Aine termenung untuk beberapa saat, ia khawatir akan ada maid atau pelayan yang datang. Ia hanya bisa berbisik dengan gelisah pada Telur Naga Merah, "Telur Naga, bagaimana ini?" Senyap, itulah jawaban Telur Naga Merah.

Aine menatap Telur di pelukannya dengan heran, mengapa Telur yang biasanya begitu aktif sekarang terdiam? Oh! Sepertinya Aine tau. Ia lalu berbisik lembut seakan bertanya kepada seorang bayi kecil, "Sayangku, anakku... bagaimana sekarang?"

Benar saja, Telur Naga Merah langsung bergerak lembut seakan senang dengan panggilan itu, membuat Aine tersenyum geli karena tingkah lucu anaknya.

Dengan sekali lompat, Telur Naga Merah telah sampai di pegangan balkon kamar Marchioness. Membuat Aine terkagum dan bertepuk tangan lembut, ia lalu meminta tolong pada bayinya itu untuk mencari sesuatu seperti tali di sana. Telur Naga Merah mengangguk dan berguling ke dalam kamar dengan hati-hati, agar tidak ketahuan.

Namun, apa yang bisa di temukan di dalam kamar seorang Marchioness? Tidak ada yang namanya tali! Telur Naga Merah bahkan sudah mencarinya ke berbagai lemari di sana. Namun nihil, tak ada apapun. Hanya beberapa bedcover besar yang terlipat rapi di dalam lemari.

Baiklah, gunakan ini saja jika tidak ada tali.

Begitulah pikir sang Telur Naga Merah. Dengan kekuatan penuh, ia mendorong tiga tumpuk bedcover menuju balkon. Tak menyadari bahwa sedari tadi, Marchioness telah memperhatikan gerak-geriknya dari tempat tidurnya. Saat Marchioness dan Telur Naga Merah saling bertatapan, dunia seakan berhenti. Telur Naga Merah bergetar lembut karena takut manusia yang tengah berbaring di tempat tidur besar itu akan berteriak dan membuatnya kesulitan.

Namun setelah beberapa saat, Marchioness mengalihkan pandangannya yang kosong ke langit-langit penuh ukiran dengan tenang. Seakan tak melihat Telur Naga Merah yang dengan imutnya mendorong-dorong tumpukan bedcover ke arah balkon dan menutup kembali pintu balkon dengan kencang.

Melihat Telur Naga Merahnya menurunkan bedcover, Aine jadi teringat Rapunzel. Ia tertawa lembut dan memberikan jempol untuk bayinya itu. Lalu dengan hati-hati, ia memanjat tiga bedcover yang entah bagaimana dapat saling terikat. Apakah anaknya dapat menggunakan kekuatannya walau masih di dalam telur? Entahlah, Aine tak ambil pusing.

Setelah Elf itu sampai di balkon, ia segera memuji Telur Naganya dengan kata-kata manis dan memberinya banyak ciuman. Ia tak lupa menarik kembali bedcover yang terentang jauh ke bawah, agar para pelayan tak curiga.

Dengan jari telunjuk di bibir merah mudanya, Aine memberikan kode pada Telur Naga agar tidak berisik. Ia berani datang ke kamar Marchioness juga ada alasannya. Para pelayan bilang bahwa penyakit Marchioness itu bukanlah penyakit yang dapat di sembuhkan, karena ia mengalami penyakit mental. Yaitu tak dapat mengenali siapapun kecuali tangan kanan sekaligus sekertaris suaminya, Jess, yang dulu selalu melayaninya.

Jadi akan aman walau Aine dan Telur Naga Merah bertemu dengan sang Marchioness. Namun, sebelum Aine sempat membuka pintu balkon yang terbuat dari ukiran kayu terbaik itu, pintu kamar Marchioness terbuka dengan lembut, diiringi oleh suara yang tenang dan berwibawa.

"Nyonya Marchioness, saya membawakan anda sarapan. Mohon tunggu sebentar, saya akan menyuapi anda."

***

🍁🍁🍁

Guyss, aku mau mudik dulu yaa
Kalian juga hati-hati yang mau mudik

Dadahhh
(⁠っ⁠˘⁠з⁠(⁠˘⁠⌣⁠˘⁠ ⁠)

I Became the Third Male Lead of a Sadistic Female ProtagonistWhere stories live. Discover now