CHAPTER 9 : Makhluk apa itu?

672 142 61
                                    

Jangan lupa vote and komen yaa
(⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)

***

Malam yang bertabur bintang disertai kabut tipis yang dapat membuat para manusia menggigil kedinginan, terasa hampa tanpa suara manusia. Bahkan hembusan angin di luar balkon pun dapat terdengar jelas di telinga Elf milik Aine, membuat telinga runcing itu berkedut pelan.

Selimut yang seharusnya menutupi setengah tubuh Leon yang sedang tertidur di sofa, bahkan ia tarik hingga menutupi tubuh rampingnya sendiri.

Benar, Leon memang tidur di sofa dan memberikan tempat tidurnya pada Aine dengan alasan, ia tak nyaman tidur di samping seseorang. Dan apakah kalian berpikir bahwa Aine menuruti perintah Leon? Hoho... tentu saja tidak.

Pertama-tama, Aine memang tidur dengan patuh di ranjang Leon bersama Telur Naga Merah. Namun, setelah memastikan bahwa remaja tampan bermata biru laut itu tertidur, Aine mengendap-endap mendekat dan duduk dibawah sofa tempat Leon tertidur sembari membawa Telur Naganya. Bahkan Aine dengan tega merampas selimut pemuda berambut merah jambu itu, hingga membuat dahi Leon berkerut gelisah, seakan mengalami sebuah mimpi buruk.

Melodi merdu dari para jangkrik dan burung hantu yang silih berganti mengisi sunyinya malam, tak membuat Aine menjadi tenang. Ia juga tak dapat mendengar suara-suara imut milik bayinya lagi, akibat bocah itu sudah tertidur lelap. Padahal beberapa waktu lalu, ia masih menceritakan kisah Putri Duyung pada bayi Telurnya.

Aine hanya bisa menghilangkan ketakutannya setelah memeluk lengan kuat Leon yang tergantung di pinggir sofa dengan erat. Syukurlah aura lembut milik Aine membuat Leon menjadi tidak waspada sama sekali. Jika yang menyentuhnya tadi bukanlah Aine, dapat dipastikan tangan orang itu akan terputus oleh pedang milik Leon.

Jujur saja, setelah melihat penampakan seorang anak kecil yang berada dibelakang pilar Mansion sore tadi, pikiran Aine terus menerus berkecamuk. Siapa anak itu? Dan mengapa matanya membuat Aine begitu takut?

Jika anak itu adalah salah satu tokoh yang Aine ketahui, maka hanya ada satu orang yang cocok dengan ciri-ciri anak itu, yaitu adik kandung Leon... Xander.

Hanya saja, apakah aura dan tatapan itu benar-benar milik manusia? Aine rasa tidak. Ada sesuatu yang aneh, yang membuat Aine merasa tak nyaman semenjak ia memasuki Mansion ini.

"Hngg... aku memang benci darah, tapi itu lebih baik daripada hantu dan monster," keluh Aine dengan takut. Ia juga sebisa mungkin menahan suaranya, tak ingin apapun yang berada di Mansion ini mengetahui keberadaan dirinya.

Tuk... tuk... tuk...

Tiba-tiba, dari arah bawah balkon kamar, samar-samar suara langkah kaki anak kecil yang ringan terdengar. Membuat bulu kuduk Aine meremang, ia ingin sekali memberanikan diri untuk memeriksanya, tetapi... sebuah suara yang masih belum dewasa, terbawa oleh hembusan angin, menyapa pendengaran Aine. Suara yang terdengar begitu kosong dan mati rasa.

"Kakak"

Sialan! Persetan dengan harga diri! Aine lebih memilih kesehatan mentalnya daripada harga diri sekarang ini! Dengan ketakutan memenuhi dirinya, Aine segera melompat keatas tubuh Leon yang tengah tertidur lelap. Membuat pemuda itu mengerang kesakitan karena Aine mendarat tepat di perut eight-packnya. Erangan kedua juga menyusul, karena Telur Naga Merah milik Aine terjatuh tepat mengenai wajah tampan Leon.

"Brengsek! Apa yang—," umpatan Leon berhenti karena pemandangan di depannya bisa dibilang sangat lucu namun juga konyol. Bagaimana tidak? Aine sedang menutupi kepalanya dengan selimut sambil meringkuk dengan tubuh menggigil takut diatas dada bidang Leon.

I Became the Third Male Lead of a Sadistic Female ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang